Gue ngga mau supir mama jadi pelampiasan atas PTSD atau bipolar gue. Bagaimana pun dia orang tua dan wajib gue hormati. Gue ngga mau lepas kontrol kalau nantinya gue akan menyakiti perasaannya dengan kata-kata atau sikap gue.
Walaupun gue sempat kelepas ngebentak dia karena ngga mau nurunin gue, tapi setidaknya pria tua itu tidak akan melihat gue jika salah satu dari penyakit gue muncul. Dan akan lebih parah jika dia melaporkan gue ke mama.
Gue memang kecewa atas perilaku mama ke gue tadi. Tapi bagaimanapun mama gaperlu tau keadaan gue sebenarnya.
"Cuacanya bagus." Gue menatap lurus ke arah sungai Han yang luas. Merentangkan tangan sambil memejamkan mata agar angin setidaknya bisa menghapus luka yang ada di diri gue.
"Jangan lakukan itu Saena!!! Kalau kamu akan tetap loncat, saya tidak segan-segan untuk terjun dan menangkap kamu!!!!!!"
Seorang lelaki berlarian dari kejauhan sambil berteriak. Sepertinya gue ngga salah dengar jika dokter Sehun menyebut nama gue dalam teriakannya.
Loncat? Siapa yang ingin loncat? Gue melihat ke sekeliling dan tidak ada orang selain gue dan dokter Sehun yang kini sidah menggenggam tangan gue dengan sangat erat hingga gue merasakan perih di pergelangan gue.
"Aww sakiitt." Gue merintih karena genggaman kuat dokter Sehun.
"Tolong Saena, jangan ambil keputusan seperti itu. Kalau kamu merasa tidak ada lagi yang peduli, TOLONG HARGAI KEKHAWATIRAN SAYA!!"
Jujur gue merasa disini yang sakit itu dokter Sehun bukan gue. Sebenarnya daritadi tuh ini dokter ngapain sih? Dia mau casting drama atau gimana.
Gue berusaha melepaskan genggaman dokter Sehun dari tangan gue tapi yang terjadi malah lebih parah.
Dokter yang tadi berlarian seperti orang dikejar setan itu memeluk gue. Kalau tadi nenek memberikan gue pelukan yang hangat, kini dokter Sehun memberikan pelukan penenang untuk gue.
"Dok, dokter kenapa?" Gue berbicara sehalus mungkin karena daritadi dokter ini seperti sedang tidak sehat.
"Kamu yang kenapa Saena. Kenapa kamu semudah itu untuk memutuskan bunuh diri?"
"WAIT WHAT? Bunuh diri?" Gue melihat lagi kesekeliling untuk memastikan tidak ada kamera atau apapun karena setau gue di daerah sini emang sering dijadikan tempat untuk scene bunuh diri di drama-drama.
"Saya lihat kamu keluar dari mobil hitam itu dan saya lihat kamu disini seperti akan melakukan terjun bebas ke bawah sana."
Gue tertawa sejadi-jadinya. Jadi alasan kenapa dokter Sehun ini berlarian seperti dikejar setan dan menggenggam tangan hingga memeluk gue karena dia kira gue akan bunuh diri di sungai Han ini.
Tapi tawa gue tidak berlangsung lama karena tatapan dokter Sehun yang masih sama seperti tadi.
"Gue ngga ada niat bunuh diri."
Dokter Sehun kemudian meletakkan telapak tangannya ke kening gue kemudian di leher gue.
"Please, gue beneran ngga ada niatan bunuh diri. Tadi itu memang gue lagi ngga bisa kontrol diri tapi alasan kenapa gue ada disni karena gue gamau melampiaskan apa yang gue rasa sama supir yang kerja sama mama gue." Ujar gue jujur.
"Memangnya apa yang kamu rasa?"
"Lo kok bisa disini sih?!" Gue mencoba mengalihkan pembicaraan supaya dokter itu tidak menggali lebih dalam lagi tentang apa yang terjadi dengan gue hari ini.
"Saya cuma kebetulan lewat dan lihat kamu turun dari mobil lalu berlari kesini."
"Ooh. Yaudah deh gue mau balik ke asrama, makasih udah khawatirin gue." Gue pamit sambil memberika senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor Oh ● Sehun EXO✔️
Fanfiction[Completed] "Memangnya kenapa lagi? Kamu itu pasien saya. Tanggung jawab saya."