2.6

8.2K 1.1K 57
                                    

VOTE COMMENT
VOTE COMMENT
VOTE COMMENT
😇😇😇
💚

Esoknya, Sehun bangun pagi seperti biasa. Walaupun jam kerjanya masih beberapa jam kedepan tetapi ia terbawa budaya eropa yang mengharuskan bangun pagi.

Tau jika sang tuan sudah bangun, para pelayan dengan sigap menyiapkan sarapannya.

"Selamat pagi tuan. Sarapannya sudah siap, silahkan dinikmati."

"Apa Saena sudah bangun?" Tanya Sehun sebelum duduk di meja makan.

"Sepertinya belum tuan. Apa mau saya bangunkan?" Ujar sang pelayan.

"Biar saya saja. Siapkan sarapan untuk Saena juga." Padahal sarapan memang sudah disiapkan untuk mereka berdua.

Sehun menaiki tangga menuju lantai dua tempat Saena tidur. Kamar yang Saena tempti adalah kamar tamu, setiap tamu yang datang menginap akan tidur disana.

Pintu kamarnya masih tertutup. Tamu istimewa itu tampaknya memang belum bangun.

Sehun mengetuk pintunya dengan perlahan. Beberapa ketukan selanjutnya belum ada jawaban dari Saena.

Untunglah Saena tidak mengunci pintunya, Sehun dapat masuk leluasa ke kamar itu.

Dan benar, Saena masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. Wajahnya terlihat begitu damai. Rambutnya sedikit berantakan dan menutupi sebelah matanya.

Ingin melihat keseluruhan wajah dari Saena, Sehun menyingkirkan helaian-helaian rambut Saena ke belakang.

"Saya janji akan buat kamu sembuh." Ujar Sehun pelan sambil menikmati setiap inchi wajah Saena.

Sehun membuka horden yang bertepatan menghadap ke arah timur, tempat matahari terbit. Ruangan itu jadi dipenuhi dengan cahaya matahari yang lumayan silau.

Merasa terganggu, akhirnya Saena terbangun. Ia membukakan matanya perlahan dan melihat ke sekeliling karena ia merasa ada seseorang di ruangan ini selain dirinya.

Saena tersadar akan kehadiran Sehun yang berdiri menghadap ke jendela yang sangat besar itu. Ia heran mengapa Sehun bisa tahan menghadap ke cahaya mentari yang begitu silaunya.

"Sehun?" Panggil Saena.

"Oh, kamu udah bangun?" Melihatnya sudah terbangun, Sehun menghampiri Saena secara dekat dengan duduk di sisi ranjang.

"Ini jam berapa? Gue belum terlambat kuliah kan?" Tanya Saena dengan wajah bantalnya yang sangat polos.

"Ini masih pagi kok, ayo kita sarapan dulu."

"Iya mau mandi dulu. Lo tunggu aja dibawah." Jawab Saena dan kemudian ia melewati Sehun lalu menuju ke kamar mandi.

Diam-diam pria itu melirik Saena dari ujung rambutnya hingga ujung kaki dari belakang.

Kenapa rasanya Saena jauh lebih— sexy?, batin Sehun saat matanya melekat pada lekukan tubuh sang calon istri.

Apa yang dimaksud sexy dengan tubuh yang kurus, bokong yang tak terlalu besar, mungkin Sehun melihat Saena sambil membayangkan sebuah fantasi yang membuat otaknya berspekulasi gadis itu punya sisi yang sexy.

"Hari ini sarapan—nya apa." Saena berputar karena ingin bertanya menu sarapan kepada Sehun.

"Lo ngapain liat gue kaya gitu?" Kaget Saena.

Akhirnya Sehun tersadar jika ia belum pantas melakukan hal itu sekarang. Ia harus menahannya sedikit lagi.

"Oh maaf, maaf. Baiklah saya tunggu dibawah."

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang