0.4

11.9K 1.3K 50
                                    

Pantengin terus yaah cerita yg ini, janji deh bakal fast update😝

_________

Gue bener-bener sedih banget sekarang karena cuma Kris yang selama ini bisa gue andalkan.

Seharusnya bukan cara seperti itu yang Kris tunjukan sama gue. Masih banyak cara lain yang mungkin membuat gue menerima jika akhirnya Kris emang gamau lagi sama gue.

"Kamu tinggal dimana?" Tanya pria yang memberi tumpangan untuk gue.

"Asrama putri univ. Seoul." Sambil tersedu-sedu gue menjawab pertanyaan dokter itu.

Dia tidak banyak berbicara, hanya menyodorkan sapu tangan miliknya ketika gue nangis sampe sesenggukan.

Mungkin kalo sepupu Kris itu nggak ada di bar tadi, gue udah kaya orang bego nangis di pinggiran jalan. Belum lagi eye liner gue yang berserakan, kondisi gue benar-benar menyedihkan kalo seandainya dokter Sehun ngga berbaik hati nganterin gue.

"Tadi Kris mabuk, dia ngga sadar." Katanya datar.

"Gue bukan baru 2 bulan sama dia. Gue kenal dia 3 tahun dan jadi pacar dia 2 tahun. Gue tahu betul gimana Kris kalo lagi mabuk." Sangkal gue atas pembelaan sepupu Kris itu.

Kris sepenuhnya sadar, gue bahkan ngitung berapa gelas yang udah dia teguk dan gue paham betul Kris punya toleransi yang tinggi terhadap alkohol.

Tapi gue apresiasi sikap dokter Sehun sebagai sepupu yang masih mau menutupi kesalahan Kris.

"Cuma Kris yang ngerti gue. Gue ga mau pisah sama Kris." Rengek gue tiba-tiba.

Stop it, Saena. Please don't make your self like a fool.

"Nanti saya coba bujuk dia." Tawarnya dengan lembut.

Gue menyeka air mata gue dengan cepat dan menoleh ke arah sang pengemudi. "Beneran?"

"Hm-iya, saya rasa Kris hanya khilaf. Dia sering ceritain kamu ke saya."

Di tengah air mata yang masih mengalir, gue tersenyum kecil mendengar dokter itu mengatakan jika Kris menceritakan gue ke sepupunya.

"Dia pernah bilang dia sayang banget sama kamu. Cuma kadang dia ga ngerti sama tingkah-tingkah aneh kamu."

Gue berharap itu benar, gue harap Kris benar-benar sayang sama gue senagaimana gue sayang sama dia.

Ekspresi dokter itu sama sekali tidak mencerminkan kebohongan, tapi dilain hal dia adalah dokter kejiwaan, dia bisa aja berkata hal-hal untuk buat gue tenang.

"Kemarin juga saya yang minta Kris bawa kamu ke rumah sakit. Dari semua cerita-cerita Kris saya rasa ada yang aneh sama kamu, untuk itu saya mau ketemu secara langsung."

"Kenapa?! Lo mau bilang gue gila karna gue aneh?" Terserah kalo dokter itu nganggap gue gila atau apa. Tatapannya yang seolah menelusuri diri gue lewat mata membuat gue mengalihkan pandangan gue ke lain arah.

"Sebagai dokter kejiwaan, ya saya bisa memastikan ada sesuatu yang aneh dengan kesehatan mental kamu."

Gue ngga mau dia membahas tentang diri gue lebih lanjut. Berhubung ini sudah berada di depan asrama, gue buru-buru mengucapkan terima kasih dan keluar dari mobilnya.

Untung aja belum terlalu larut malam jadi gue ngga ditegur sama penjaga asrama, tinggal disini memang harus mematuhi banyak peraturan salah satunya tidak dibenarkan pulang sebelum pukul 12.

Gue membersihkan diri dan mengganti pakaian. Selanjutnya kembali meneruskan kegiatan gue di mobil tadi, menangis.

Biasanya cewe seusia gue akan menghubungi sahabat atau kerabatnya ketika mengalami putus cinta ataupun bersedih. Tapi gue ngga punya.

"Don't leave me Kris." Rintih gue sembari menatap wallpaper handphone gue, photo gue dan Kris saat liburan ke pantai.

Kris sama sekali belum menghubungi gue. Gue berbaring di kasur sambil menatap layar handphone dengan penuh harapan.

Bukannya Kris yang muncul, sebuah pesan masuk dari orang yang tidak gue harapkan.

Oh Sehun
Teh hangat pilihan yang bagus untuk menenangkan pikiran, walaupun untuk sejenak.

Saena
Gue tau lo dokter, tapi gue bukan pasien lo.
Jangan ganggu gue.

Padahal gue rasa dokter itu bisa jadi tempat curhat yang tepat untuk gue sekarang. Tapi ya begitulah gue, begitulah sikap gue setiap kali ada orang baru yang mencoba untuk mendekat. Ga heran kenapa gue ngga punya banyak temen.

Kini ubun-ubun gue terpenuhi dengan sesuatu, seperti biasanya. Seperti ada barbel yang menimpa kepala gue. Biasanya gue hanya merasa pusing dan gelisah setiap malam, tapi kali ini terasa lebih berat.

Gue mencoba untuk mengikuti saran dokter itu. Menyeduhkan air panas ke gelas dan menyelupkan teh ke dalamnya. Teh herbal China pemberian Kris saat dia mengunjungi neneknya bulan lalu.

"Bahkan teh aja ngingatin aku sama kamu, Kris." Gue menahan dengan susah payah agar tidak ada lagi air mata yang jatuh karena gue butuh stamina untuk kelas pagi esok.

Oh Sehun
Kalau sudah mau tidur, cuci kaki supaya tidur kamu nyenyak.

Saena
Lo dapet contact gue dari mana sih?
Plis jangan ganggu gue. Gue bukan anak kecil yang ditelantarkan orangtuanya.

Oh Sehun
Saya minta contact kamu dari Kris.

Kalau benar Kris yang memberikan kontak gue ke dokter Sehun, terus kenapa dia nggak hubungin gue? Atau sekedar tanya gue udah sampe asrama atau belum. Padahal tadi gue pergi ke bar itu bersama dengan dia dan dia sama sekali ga nanyain gue udah dimana, pulang sama siapa, baik-baik aja apa engga.

Aku ga nyangka kamu semudah itu nyakitin aku.

Semakin gue larut dengan pikiran gue maka akan semakin sulit untuk gue tidur dan istirahat. Akhirnya gue juga mengikuti saran kedua dari dokter Sehun. Setelah itu menutup mata dan berharap setidaknya mimpi mampu menghibur gue.

[TBC]

Jangan lupa vote&comment yaaah😆

Doctor Oh ● Sehun EXO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang