"Saya terima nikah dan kawinnya Lovika Sarasvati binti Putra Pratama Widjadiningrat dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"
Alka menjabat tangan Putra Pratama--- Daddy dari Lovika, mengucapkan satu kalimat panjang nan sakral dengan satu helaan napas. Lancar, lantang dan tegas.
Hanya satu kalimat, tapi sarat tanggung jawab di dalamnya.
"Bagaimana saksi, sah?" tanya laki-laki berumur kisaran 40 tahunan yang berstatus penghulu pernikahan.
"Sah!"
Saksi pernikahan menjawab secara berjamaah membuat seluruh hadirin yang ada di sana mengucap hamdalah secara bersamaan.
Senyum bahagia sontak berkembang di wajah setiap orang yang hadir di sana, tidak terkecuali kedua orang tua dari Alka dan Lovika.
Berbanding terbalik dengan keadaan gadis berkebaya gading yang terlihat begitu anggun dan cantik dengan riasan sederhananya, ia terduduk lesu di dalam kamar pengantin. Satu kata yang terlontar dari para saksi pernikahan berhasil memporak-porandakan perasaanya, meruntuhkan pertahanannya yang sedari tadi membentengi dirinya dengan senyuman agar tetap terlihat tegar dan bahagia.
Lovika memejamkan matanya, meremas kuat seprai dengan kedua tangannya, punggungnya bergetar dan mulutnya terisak. Gadis itu menangis, menggugurkan bulir-bulir bak kristal dari dalam matanya.
Perasaan bersalah pada sang kekasih menyeruak memenuhi rongga dadanya, terasa sesak dan menyakitkan. Lovika mengumpat, menyalahkan dirinya. Hanya karena kebodohanya malam itu, kini mimpi yang selama dua tahun dirajut bersama Reyhan harus pupus begitu saja. Kandas dan tak bersisa.
Vita---ibu dari Lovika yang biasa di panggilnya Mommy, menatap sayu putri kesayangannya, tangannya lantas mengusap kepala Lovika dengan lembut dan penuh sayang.
Lovika semakin terisak, gadis itu langsung berhambur memeluk Vita dengan erat.
"Mom," lirihnya. Lovika kembali terisak, ia tidak mampu meneruskan kata-katanya.
Vita kembali mengelus punggung Lovika dengan lembut, berusaha memberikan sedikit ketenangan untuk putrinya.
"Mommy mengerti perasaanmu, sayang, tapi untuk kali ini Momi minta maaf, Momi tidak bisa berada di pihak kamu. Momi setuju dengan Daddy kamu, sayang. Kamu harus menikah, sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kamu terlalu sering melanggar aturan yang Daddy tetapkan, Nak."
Vita melepaskan pelukkannya, kedua tangannya menangkup wajah Lovika, menatapnya dengan lembut tepat pada manik matanya. "Sayang, kami sangat menyayangimu lebih dari apapun, kami hanya ingin yang terbaik untukmu, jadi tolong mengerti."
Lovika bergeming, hatinya mencelus mengingat betapa seringnya ia melanggar perintah orangtuanya, mengecewakan kedua orangtua yang selama ini selalu menyayanginya sepenuh hati tanpa pamrih, memberikan apapun yang diinginkannya tanpa berharap imbalan yang setimpal.
Gadis itu menatap sendu wajah cantik Mommynya yang mulai terlihat menua, wajah penuh harap tergambar jelas di dalamnya. Perlahan ia menganguk. "Demi Mommy dan Daddy, Lovika akan berusaha."
Vita terharu, tangannya langsung merengkuh putri kesayangannya itu ke dalam pelukkannya. "Terima kasih, sayang. Doa terbaik Mommy dan Daddy akan selalu menyertaimu."
Lovika menganguk. Senyum getir tersungging di bibir merahnya saat sekelebat bayangan Reyhan sang kekasih terlintas di pikirannya.
Maafkan aku, Hon.
****
Tepuk tangan bergemuruh memenuhi seluruh ruangan setelah Alka selesai memakaikan cincin bertahtakan berlian pada tangan Lovika, lalu dilanjutkan dengan ritual mengecup kening Lovika dengan Takzim.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Brownies (16+) Completed.
Romance(Silakan follow dulu sebelum baca) Mencintai lalu menikah itu biasa, tapi menikah lalu mencintai itu luar biasa. Raditya Alkalifi Guciano. Kisah ini menceritakan tentang Alka si Brondong pecicilan yang harus menikah dengan perempuan yang tidak dici...