35. M.P.B. Reyhan : Sebuah Fakta Menyakitkan.

6.9K 412 89
                                    

Reyhan yang  tak sabar ingin pulang ke Jakarta, tampak bersemangat merapikan pakaian dan oleh-oleh miliknya ke dalam kopor besar berwarna hitam dan tas ransel berukuran sedang.

Seharusnya besok malam adalah jadwal penerbangannya ke Jakarta, namun karena rasa rindu yang semakin membuncah kepada orang-orang terkasih dan pekerjaan yang selesai dari pada waktu yang seharusnya, menjadi alasan Reyhan untuk merubah jadwal penerbangan menjadi lebih awal.

Tepat pukul delapan pagi, Reyhan menginjakkan kaki di teras depan rumahnya. Wajahnya semringah dan hatinya bahagia, hari ini ia akan bertemu dengan bundanya, ayahnya, adik kesayangannya dan tak ketinggalan pacarnya yang sudah tiga bulan ini membuatnya seperti orang gila karena harus menahan rindu yang setiap harinya selalu bertambah dan kian menggunung.

Tak ingin membuang waktu lagi, Reyhan bergegas memencet bel rumahnya beberapa kali. Perasaan tak sabar ingin merasakan pelukan hangat bundanya, membuat Reyhan tak sanggup lagi menunggu walaupun hanya untuk menunggu seseorang berlari dari ruang makan menuju pintu utama.

Reyhan tersenyum simpul saat telinganya menangkap suara derap langkah yang semakin mendekat. Reyhan yakin itu pasti bundanya.

Kreakk!

Pintu terbuka. Reyhan tertegun menatap  wanita cantik yang membukakan pintu untuknya. Di sana, tepat di ambang pintu Lovika berdiri dengan wajah yang sama terkejutnya dengan Reyhan.

Keduanya mematung, saling menatap satu sama lain. Dengan detak jantung yang sama kencang dan perasaan yang tak sama lagi.

Perasaan Reyhan yang merah merekah  penuh cinta dan perasaan Lovika yang abu-abu, tak terbaca.

"Re - Reyhan," kata Lovika terbata dan sukses menyadarkan Reyhan dari keterkejutannya.

"Vika," seru Reyhan bahagia, "kamu beneran Vika 'kan?" tanya Reyhan memastikan.

Lovika menganguk. "Iya, aku Vika, Rey."

"Aku nggak salah lihat 'kan?" tanya Reyhan lagi, lalu menangkup kedua pipi Lovika. "Kamu Vika pacar aku 'kan?"

Lovika tersenyum kaku sebagai jawaban. Entah mengapa, ia merasa tak nyaman saat tangan Reyhan menyentuh kedua pipinya.

Tubuh Lovika menegang kaku, tiba-tiba saja Reyhan berhambur memeluknya. "Ya ampun, Bee. Aku kangen sama kamu, Sayang," ucapnya dengan suara serak seperti hampir menangis.

Lovika mencelos. Ungkapan rindu yang terlantun indah dari mulut manis Reyhan berhasil menusuk dadanya hingga ke jantung.

Sakit dan sesak. Rasa bersalah seketika mencuat kepermukaan, deras dan tak terbendung.

Reyhan yang sedang menumpahkan semua kerinduannya dan Lovika yang larut dalam rasa bersalah, membuat keduanya tak menyadari bahwa mereka telah berpelukan dalam waktu yang cukup lama dan tepat di balik pagar ada seseorang yang memperhatikan keduanya dalam diam.

Diam penuh luka, sakit, perih, lara dan kecewa.

Alka yang kembali pulang berniat mengambil dompetnya yang tertinggal, terpaksa harus melihat hal yang membuat hatinya remuk tak berbentuk.

Degan langkah gontai dan jiwa yang entah melayang ke mana, Alka berbalik, berjalan menjauh,  membawa pergi serpihan hatinya. Berharap di luar sana, masih ada penawar yang mampu menyembuhkan sayatan luka yang terlanjur tertoreh.

***

"Ehem!"

Lovika reflek mendorong tubuh Reyhan menjauh saat suara dehaman Mahira menginterupsi keduanya.

"Bunda!"

Bibir Reyhan melebar, merekahkan senyuman bahagia. Mahira berdiri, tersenyum hangat seraya meregangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar anak sulungnya itu segera mendekat untuk memeluknya.

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang