26. M.P.B. Jangan Pergi Willy.

7.2K 494 76
                                    

Terkadang, seseorang harus merasakan kehilangan terlebih dahulu untuk merasakan cinta di dalam hatinya.

Suara berdebam dari sepatu yang mencium lantai terdengar menggema di sepanjang koridor. Alka berlari menuju tempat di mana Willy sedang bertarung memperjuangkan nyawanya dengan tangan yang tak pernah lepas dari genggaman Lovika.

Bahkan kaki Lovika sampai terseok-seok berusaha mengimbangi langkah besar dan cepat cowok itu.

Mendadak langkah Alka terhenti saat melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Wajah Alka pias, tubuhnya bergetar hebat.

Di sana ... di depan sebuah ruangan operasi Nadhira meraung berpelukan erat dengan ibu dari sahabat yang sangat disayanginya---Willy.

Berjalan perlahan dengan jantung yang berdegup kencang , selangkah demi selangkah Alka mendekati Tatang yang terduduk lesu di atas lantai seraya menyandarkan tubuhnya pada dinding rumah sakit. Wajahnya kusut dan pakaiannya berantakan. Di sampingnya Rasti berdiri bak patung hidup. Tidak bergerak, hanya meneteskan air mata.

"Tang," panggil Alka serak. Suaranya terdengar sedikit tercekat di tenggorokan.

Tatang mendongak, menatap wajah Alka yang pucat.

"Gimana keadaan Willy?" tanya Alka was-was.

Tatang mendesah berat. "Kita ... kita ... kehilangan Willy, Al." Suara Tatang bergetar, seketika air matanya luruh membasahi pipinya.

Alka tergugu. Bagai tersambar petir di siang bolong, Alka membeku. Tubuhnya menegang kaku. Napasnya sesak, paru-parunya seakan tak mampu lagi menghirup oksigen di sekitarnya.

Lovika dan Tatang mulai merasa cemas melihat Alka hanya bergeming, ekspresi wajahnya datar tak terbaca.

Tidak lama cowok itu tertawa.  "Sialan, gue cape banget. Jangan becanda lo."

Alka menolehkan wajahnya pada Lovika, perempuan itu membisu dengan wajah pucatnya. "Yang, jokes si Tatang garing banget ya?"

Alka tertawa sumbang. Lovika hanya membisu dengan air mata yang mulai menyeruak dari kedua bola matanya.

"Hei, Yang," Alka menangkup wajah Lovika dengan kedua tangannya, "jangan nangis! Tatang itu cuma becanda," ucapnya mencoba menghibur Lovika, berusaha menyangkal kenyataan yang sebenarnya.

Kemudian tangannya bergerak menghapus air mata Lovika menggunakan kedua ibu jari.

"Willy itu super boy. Dia itu kuat. Lo tau itu 'kan?"

Alka memandang Lovika tepat pada manik matanya,  cowok itu menatap lovika penuh pengharapan, berharap istrinya itu akan mengatakan iya, mengatakan hal yang akan memberikan secercah harapan baru untuk hatinya yang mulai lemah.

Namun sayang Lovika malah memutuskan kontak mata di antara mereka. Lovika terisak sembari menundukan wajahnya dalam.

Alka mendesah kecewa, lantas tertawa miris dengan sikap Lovika.

"Al," desah Tatang semakin frustrasi saat melihat Alka lagi-lagi tertawa, cowok itu seakan-akan sedang mendengar lelucon yang menggelikan.

"Willy sudah meninggal," ucap Tatang lagi dan sukses membuat tawa Alka yang berderai perlahan menjadi isakan. Alka menangis, menitikan bulir-bulir bak kristal di atas pipinya.

Tatang memeluk tubuh Alka yang bergetar dengan pandangan matanya yang kosong.

"Tang, lo bohong 'kan?" Alka masih berusaha menepis kenyataan pahit yang di dengarnya.

Tatang tidak menjawab, cowok itu hanya mengeratkan pelukannya pada tubuh Alka yang mulai meronta.

"Lo bohong 'kan?"

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang