"Bund."
"Bunda." Lovika menyentuh lengan Mahira dengan lembut.
"Bunda kok ngelamun? Di makan nasinya dong, Bund."
Mahira menghela napasnya dalam. "Reyhan juga dari pagi belum makan, Vik."
"Bunda khawatir ya?"
Mahira menganguk lemah.
"Yaudah kalau gitu ...," Lovika berdiri dari duduknya, "biar Vika bujuk Reyhan buat makan ya, Bund."
"Kamu yakin Reyhan mau?" Wajah Mahira nampak ragu.
Lovika tersenyum. "Kita coba dulu ya, Bund," kata Lovika lantas berjalan pergi menuju kamar Reyhan.
"Rey ... Reyhan." Lovika mengguguh pintu kamar Reyhan beberapa kali. "Rey, makan malam dulu yuk! Bunda udah nungguin tuh."
Hening. Tak ada sahutan dari sang empunya kamar.
"Rey ... ini aku Vika. Buka pintunya ya, Rey, please," mohon Lovika dengan tangan yang tak berhenti mengetuk pintu kamar Reyhan.
"Rey, kamu boleh marah sama aku, tapi bukan berarti kamu harus nyiksa diri kamu sendiri, Rey. Ayo kita makan yuk, dari pagi kamu belum makan, Rey."
Lima belas menit berlalu, Lovika mulai frustrasi karena Reyhan yang tak kunjung membukakan pintu untuknya.
"Rey, please, buka," rengek Lovika lagi, suaranya terdengar putus asa, "aku khawatir, Rey."
Klik.
Pintu terbuka menampilkan Reyhan dengan wajah kusut dan penampilannya yang berantakan.
"Rey ...."
Perlahan bibir Lovika melebar, merekahkan senyuman. Hatinya melega, akhirnya setelah hampir sebelas jam mengurung diri di kamar, Reyhan mau membukakan pintu untuknya.
"Makan aja duluan, aku belum laper," ucap Reyhan dingin, tangannya lantas terulur untuk menutup pintu kamarnya kembali.
Senyum Lovika perlahan meredup seiring dengan sebelah tangannya yang refleks bergerak menahan laju pintu. "Belum laper gimana? Dari pagi kamu belum makan, Rey."
"Menurut kamu setelah apa yang kuketahui hari ini, aku masih bisa makan dengan tenang?"
Reyhan menatap lovika datar selagi Lovika mencelos di tempatnya.
"Rey ... aku minta maaf," kata Lovika memelas.
"Apa maaf kamu bisa bikin semuanya kembali ke tempatnya semula? Nggak 'kan?" Reyhan tersenyum miring, "tapi sepertinya di sini cuma aku yang berharap semuanya kembali seperti semula."
"Rey aku emang salah, tapi tolong jangan bersikap seakan aku ini adalah yang paling jahat di sini. Kamu pikir cuma kamu yang menderita. Aku, Alka, kita semua pernah menderita dengan pernikahan ini," balas Lovika mulai termakan emosi.
"Kalau kalian menderita kenapa kamu terlihat baik-baik saja? Aku nggak buta, Vik. Kamu udah berubah, kamu udah nggak sama lagi. Kenapa semudah itu, kenapa, Vika?"
Reyhan memejamkan matanya, berusaha sedikit meredam emosi yang sudah menggunung di atas kepalanya.
"Apa segitu nggak berartinya aku buat kamu? Apa dua tahun yang kita lalui itu bukan apa-apa buat kamu? Atau jangan-jangan selama ini cuma aku yang punya cinta sedangkan kamu nggak."
"Rey ... kamu salah. Selama ini aku tulus cinta sama kamu."
"Tulus?" Kata Reyhan skeptis, "kalau kamu tulus cinta sama aku, seharusnya kamu bisa bertahan buat aku, Vik. Aku cuma pergi tiga bulan, bukan tiga tahun atau tiga ratus tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Brownies (16+) Completed.
Romance(Silakan follow dulu sebelum baca) Mencintai lalu menikah itu biasa, tapi menikah lalu mencintai itu luar biasa. Raditya Alkalifi Guciano. Kisah ini menceritakan tentang Alka si Brondong pecicilan yang harus menikah dengan perempuan yang tidak dici...