34. M.P.B. Pergi.

7K 481 142
                                    

Reyhan yang sedang memeriksa berkas-berkas penting perusahaannya kembali melirik Lovika yang terlihat resah dalam duduknya.

Perempuan itu menghembuskan napasnya berkali-kali. Ada gurat kekhawatiran dalam wajahnya.

Menghentikan pekerjaannya, Reyhan berdiri dari duduknya lantas berjalan menghampiri Lovika.

"Kenapa? Kok kelihatannya gelisah banget?"

Lovika mengangkat wajahnya, menatap Reyhan yang kini sudah duduk di sampingnya. "Alka, Rey," lirih Lovika.

"Alka kenapa?"

"Alka bilang mau jemput aku, tapi kok belum dateng juga ya."

"Segitu kangennya ya, sampe nggak sabar nunggu," Reyhan terkekeh, "baru tiga jam nggak ketemu udah rindu berat kayaknya, tapi tiga bulan nggak ketemu sama aku, biasa aja kayaknya."

Lovika berdecak. "Rey, apaan, sih? Jangan mulai deh," kata Lovika, nampak tak suka.

Reyhan tertawa. "Aku becanda, Vik."

"Selamat! Nggak lucu." Wajah Lovika berubah judes.

"Iya iya, sorry. Jangan ngambek dong, nanti tambah cantik, mau?"

"Baper, jangan?"

Reyhan nyengir. "Jangan ah, nanti pengen puter balik lagi."

"Maaf ya, Bang. Nggak mempan recehannya."

"Iya, deh. Yang udah jadi istri orang mah gitu. Suka nggak mempan digombalin, " kelakar Reyhan dan lagi-lagi tertawa.

"Rey ...," desah Lovika frustrasi. "Udah ah bercandanya." Reyhan menganguk melihat wajah memohon yang ditunjukkan Lovika. "Iya, Bee."

"Rey!" tegur Lovika, Matanya membulat sempurna.

"Iya iya," jawab Reyhan masih konsisten dengan kekehan andalannya. "Galak banget sih, punya bini ..."

"REYHAN!"

"Eh, bini orang maksudnya."

Lovika meraih bantal sofa, kemudian memukul kepala Reyhan bertubi-tubi.

Reyhan malah tertawa dan Lovika semakin kesal.

"Kok, berhenti?" tanya Reyhan saat Lovika menghentikan aksinya.

"Tau, ah," Lovika melempar bantal sofa pada Reyhan, "orang lagi bete juga."

Reyhan terkekeh selagi Lovika mencebikan bibirnya. Entahlah, Reyhan merasa perempuan di hadapannya ini semakin terlihat menggemaskan, apa lagi setelah statusnya berubah menjadi mantan pacar.

"Udah, nggak usah bete. Paling bentar lagi Alka nyampe sini."

"Tapi ini udah dua jam dari waktu dia nelpon aku, Rey. Masa selama itu, sih. Jarak sekolah Alka sama kantor kamu 'kan nggak terlalu jauh. Dalam keadaan normal bisa ditempuh hanya dengan dua puluh menit."

"Mungkin macet, tapi coba aja kamu telpon dia, Vik."

Lovika tidak membantah, langsung saja perempuan itu meraih ponselnya dan melakukan panggilan telepon pada suami bocahnya itu.

Lovika menghela napasnya saat panggilan telpon pertamanya tidak mendapat respon dari Alka.

"Nggak diangkat, Rey."

"Coba lagi! Mungkin Alka lagi di jalan."

Lovika menurut, ia kembali melakukan panggilan telepon kedua pada Alka, namun hingga panggilan, ketiga, ke empat hingga kesepuluh tak kunjung mendapat jawaban, dan akhirnya Lovika menyerah.

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang