24. M.P.B. Alka & Willy.

6.7K 451 64
                                    

Sebuah pohon besar membentur punggung Willy tanpa ampun. Tubuh Willy tercekat, matanya membelalak, dan mulutnya mengaga. Rasa sakit yang mendera tubuhnya terlalu hebat, Willy tidak sanggup menahannya.

Willy terbatuk beberapa kali, darah segar menyembur dari mulutnya. Dadanya perih dan napasnya terasa sesak. Tubuh Willy meruai, kesadarannya berangsur hilang seiring dengan genggaman tangannya yang melonggar. Willy melepaskan pegangannya dari semak-semak. Tubuhnya mengapung terseret arus.

Alka yang baru saja sampai di atas tebing, wajahnya pias melihat tubuh Willy hanyut terbawa arus tanpa perlawanan.

Nadhira meraung, cewek itu berteriak histeris menyerukan nama Willy. Chika yang wajahnya sudah bersimbah air mata, meraih tubuh Nadhira kepelukannya, merengkuhnya dengan erat. Keduanya menangis sesegukan.

Begitupun dengan Yara dan Yori, dua remaja kembar itu kini tengah menangis di pelukan Rasti, di sampingnya ada Lovika yang sedang menundukkan wajahnya dalam. Perempuan itu tidak menangis, ia hanya membisu dengan wajahnya yang pucat pasi.

Raffi dan Indra kelimpungan. Rasa bingung, takut, panik bercampur menjadi satu. Keduanya tampak kacau. Terlebih ketika melihat Alka yang hendak kembali melompat ke dalam sungai.

Melihat debit air yang semakin deras, membuat Raffi dan Indra secara impulsif menahan tubuh Alka yang sudah berancang terjun. Alka meronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Raffi dan Indra.

"Lepasin gue!" sentak Alka. Matanya menatap tajam pada Indra dan Raffi secara bergantian.

"Nggak!" tolak Indra tegas.

"Lo jangan gegabah, Al. Lo liat air sungainya," Indra menunjuk air sungai yang semakin meluap, banyak dahan pohon dan ranting yang mengapung terbawa arus, "kalau lo terjun ke sana, kemungkinan bukan Willy aja yang nggak selamat, tapi lo juga!"

Lovika diam. Hatinya dilema, pikirannya terbelah dua. Jika mencegah Alka, bagaimana nasib Willy. Jika membiarkan Alka menolong Willy, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada suami bocahnya itu.

"Gue nggak peduli!" sentak Alka lagi, cowok itu terus meronta, berusaha melepas kedua tangannya yang dicengkram kuat oleh kedua sahabatnya.

"Tapi gue peduli, gue peduli sama nyawa lo." Indra dan Raffi tetap menahan tubuh Alka dengan kuat.

"Kita tunggu bantuan datang, Al." Raffi ikut membujuk Alka yang tetap teguh dengan pendiriannya.

Alka kalut, sorot matanya berkabut penuh ketakutan. Pandangannya sudah tidak fokus. Cowok itu sangat mencemaskan Willy---sahabat yang sudah dianggap seperti keluarganya.

"Lepasin gue, Anjing!" Alka berteriak, emosi sudah menguasai dirinya.

Indra dan Raffi terperangah. Tiga tahun mengenal Alka, ini kali pertama Alka memaki keduanya dengan sangat kasar.

"Kalau nunggu sampe bantuan datang, yang ada Willy keburu mati, goblok!"

Lagi-lagi Alka memaki Indra dan Raffi dengan kasar. Cowok itu menghempaskan tangannya dengan kuat. Tubuh Raffi dan Indra terdorong ke belakang, dan refleks membuat keduanya melepaskan cengkeraman mereka dari tangan Alka.

Hening. Semuanya tercekat. Memandang Alka dengan pandangan tak percaya.

Cowok tampan yang biasanya selalu ceria, jahil, hangat dan menyenangkan kini berubah bak monster yang sedang mengamuk.

Alka sangat menyeramkan. Bahkan Lovika pun tak berani menatap mata Alka yang berkabut penuh emosi saat itu.

Memang pernikahan keduanya baru seumur jagung, tapi Lovika tau, walaupun terkadang Alka bersifat dingin, tapi suami bocahnya itu bukan tipe cowok yang suka berkata kasar bahkan jika sedang marah sekalipun.

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang