22. M. P. B. Camping. Bag. 3.

7.7K 480 139
                                    

Play mulmed ya sambil baca biar sedikit baper. Wkwk.😅😅😁

Dia---Anji.

Tangan Lovika  mencengkeram kuat dahan pohon yang sedari tadi jadi pegangannya,  perlahan ia menutup mata seiring dengan dadanya yang tak henti berdebar kencang karena merasakan hembusan napas Alka yang semakin terasa  hangat di pucuk hidungnya.

Hari ini Lovika tidak akan menolak, ia akan belajar membuka hatinya untuk Alka.

"Awwwss."

Lovika terkejut, perempuan itu langsung membuka matanya, dan melihat Alka yang sedang meringis kesakitan sambil mengusap-usap pelipis sebelah kanannya yang terlihat memerah.

Raffi pelakunya. Cowok itu yang melempar kepala  Alka dengan buah jambu batu yang ia petik dari pohon jambu yang tumbuh di depan penginapan.

"Woy, ngapain mesra-mesraan di atas pohon? Udah kaya Oa Jawa mau kawin aja lo."

Alka meringis mendengar ke empat sahabatnya sedang tertawa terbahak-bahak, wajahnya memerah antara menahan malu, kesal dan sakit.

Malu karena kepergok hampir berciuman, kesal karena keempat sahabatnya telah mengganggu momen romantisnya dengan sang istri yang sangat langka dan jarang terjadi, dan terakhir sakit karena kepalanya dilempar buah jambu batu oleh Raffi.

Lengkap sudah penderitaan Alka.

This is the kamvret moment! Alka mengumpat dalam hati.

Sementara di sampingnya Lovika hanya diam tersipu dengan kedua pipinya yang sudah memerah bak kepiting rebus.

"Emang gue udah kawin, mau apa lo?" balas Alka sewot.

Raffi terkekeh. "Iya, deh. Yang udah kawin, mau ngapain aja boleh," ucapnya masih asik menggoda Alka.

"Iyalah, boleh. Kenapa, lo pengen? Cari bini sono!"

"Ogah, ah. Dedek masih di bawah umur," sahut Raffi dengan gesture tubuh melambai khas banci taman lawang.

"Najis!" Alka bergidik jijik melihatnya. Seperti biasa Alka akan selalu sentimen dengan  siapapun yang berkelakuan seperti banci.

"Turun, Al! Setengah jam lagi kita on the way Cikaweni." Willy menyela, cowok itu sedikit berteriak.

"Iya, kita turun," sahut Alka tak mau kalah, ia pun berteriak.

"Yang turun, Yuk!" ajaknya pada sang istri.

Lovika mengangguk.

Alka bergegas menuruni pohon, tapi pergerakannya terhenti karena Lovika yang tak kunjung mengikuti. Perempuan itu hanya diam dengan wajah resahnya.

"Kenapa? Kok lo diem aja? Nggak jadi turun?"

Lovika meringis. " Gue lupa, Al."

"Lupa?" Kedua alis Alka bertautan.

"Lupa apa?"

Lagi-lagi Lovika meringis, menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Lupa kalau dulu gue manjat pohon, pas turunnya selalu pake tangga."

Alka diam, cowok itu terlihat sedang berpikir, berusaha memahami arti dari ucapan perempuan di hadapannya.

"Tunggu, jangan bilang lo penganut aliran sesat."

"Sesat?" tanya lovika tak mengerti.

Alka mengangguk. "Bisa manjat nggak bisa turun."

Lovika menggaruk tengkuknya, perempuan itu salah tingkah. "Iya," akunya malu-malu, wajahnya berubah merah padam.

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang