13. M. P. B. Mimisan

8.8K 521 108
                                    

Assalamualaikum my lovely readers. Maaf sebelumnya karena jumat kemarin aku nggak sempet update dikarenakan ada sesuatu hal yang nggak bisa aku ceritakan. Tapi untuk menebus kesalahanku itu rencananya hari ini aku akan double up sekarang dan nanti sore. Semoga kalian suka ya. Happy reading. Jangan lupa vommentnya😀😁

"Yang! Dasi gue di mana?"

Teriakan Alka menggema di seluruh apartemen, bahkan Lovika yang sedang berada di dapur bisa mendengarnya dengan baik.

"Ada di laci di dalam lemari, Al. Gue satuin sama CD lo," sahut Lovika tak kalah toa. Perempuan itu sedang sibuk memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini.

"Emang lo nggak pake CD apa mau ke sekolah? Kok, sampe nggak keliatan!" cibir Lovika masih dengan volume suara yang cukup kencang.

Alka yang sedang memasang kancing kemeja seragamnya di depan cermin hanya terkekeh mendengar cibiran istrinya.

Tanganya bergerak membuka laci di dalam lemari, meraih sesuatu di dalamnya setelah mengobrak-abrik isinya sebentar.

Setelah dasi miliknya terpasang dengan rapi, Alka menyisir rambut hitamnya dengan jari-jari tangannya. Ia mengangkat sebelah alisnya ke atas, lantas tersenyum jemawa memandang refleksi wajahnya pada cermin, dan berkata, "Sip. Udah gantenglah."

"Udah jam setengah enam, Al. Cepetan sarapan, ntar lo kesiangan lagi!"

Sekali lagi Lovika yang sedang menata masakannya di atas meja makan berteriak memanggil suami bocahnya yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya, khas seperti emak-emak yang selalu repot mengomeli anak-anaknya setiap pagi agar tidak terlambat pergi ke sekolah.

"Iya, Yang. Ini udah selesai," sahut Alka ketika keluar melewati pintu kamarnya dengan mencangklongkan ransel di bahu kiri dan sebelah tangannya menenteng kaus kaki.

"Cepetan makan! Hari ini hari pertama ngejalanin hukuman lo 'kan? Jangan sampe terlambat, Al."

"Iya. Lo bawel amat, sih," jawab Alka seraya menarik kursi di hadapannya dan mendudukkan pantatnya di sana, membuat Lovika mendengkus sebal.

"Vik kayaknya gue hari ini bakalan pulang malem deh."

"Mau ke mana emang?" Dahi Lovika mengernyit, menatap curiga Alka yang sedang menyantap nasi goreng miliknya dengan lahap.

"Ada sedikit masalah sama kerjaan gue."

Lovika menghembuskan napasnya kasar. "Sebenarnya lo kerja apa sih, Al? Kok, kesannya lo nggak mau banget gue tau kerjaan lo." Lovika tersenyum sarkastis. "Gue jadi curiga, apa lagi kemarin gue check saldo ATM yang lo kasih ke gue isinya banyak banget. Nggak mungkin 'kan Ayah lo ngasih uang jajan sepuluh juta sebulan."

Alka tersenyum santai selagi Lovika menatapnya penuh selidik. "Lo nggak percaya kalau uang yang gue kasih ke lo itu uang halal?" balasnya, lantas kembali menyuap sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Bukan gitu, Al. Lo jangan salah paham dulu. Lo suami gue dan gue sebagai istri lo berhak tau dari mana suami gue dapet uang buat nafkahin gue."

Bibir Alka melengkungkan senyuman, hatinya menghangat mendengar Lovika mengakui dirinya sebagai suami. Entah lah kalimat ' lo suami gue' begitu sakti karena hanya dalam hitungan detik mampu membuat hati Alka melambung tinggi ke awang-awang. Beberapa kali ia mengerjap-ngerjapkan matanya melihat si merah berbentuk hati yang memiliki sayap berwarna putih di kiri dan kanannya, melayang dan berputar-putar di sekitar kepala beriiringan dengan lagu cinta yang mengalun indah tertangkap gendang telinganya. Entah sumbernya dari mana Alka tidak tau.

"Al!" sergah Lovika kesal karena melihat Alka hanya diam seraya tersenyum menatap wajahnya, "Lo dengerin gue nggak, sih?"

Alka tersentak, ia gelagapan. Cepat-cepat Alka mengubah ekspresi wajahnya menjadi biasa saat Lovika mulai menatapnya aneh, dan bersamaan dengan hal itu si merah bersayap pun ikut raib dan lagu pengiringnya pun ikut berhenti.

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang