19. M. P. B. Triple Sial.

8.5K 489 143
                                    

Alka duduk di ujung tempat tidur, menghadap cermin lemari pakaian yang menampilkan refleksi wajah tampannya. Cowok itu tersenyum manis sembari meraba pipi, ingatannya melayang ke hari di mana Lovika menciumnya. Perlakuan kecil dari Lovika yang mampu membuat hatinya berbunga-bunga, harinya terasa indah dan bibir tipisnya tak pernah lelah menyunggingkan senyuman.

Alka sedang kasmaran, ia jatuh cinta.

Setelah menyelesaikan sarapan paginya bersama sang istri, Alka lantas bergegas pergi ke sekolah menggunakan motor miliknya seperti biasa.

"Al."

Langkah Alka terhenti, Nadhira datang menghadang jalanya, gadis itu berdiri dengan senyum seterang bulan miliknya.

Hei, Dhi," sapa Alka dengan senyuman yang sedikit kaku.

"Hei, Al. Hari ini ganteng banget pake jaket warna merah." Bola mata gadis itu membesar, memandang antusias penampilan Alka dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

"Aku seneng lihat kamu pake jaket itu."

Alka meringis menyadari kebodohanya, bisa-bisanya ia lupa  jika jaket yang melekat indah di tubuhnya adalah jaket pemberian Nadhira, hadiah anniversary mereka yang kedua tahun.

Bego banget, Al. Kalau Nadhira salah paham gimana?

"Al."

Nadhira menepuk lembut lengan Alka membuat cowok itu berjengit kaget dan tersadar dari lamunannya.

"Eh, kenapa Dhi?"

"Dipuji malah ngelamun." Nadhira tertawa renyah melihat Alka nyengir sambil menggaruk tengkuknya.

"Ini buat kamu, Al." Nadhira mengangsurkan sebuah paper bag kecil ke hadapan Alka. "Oleh-oleh dari Mama buat kamu," lanjutnya saat Alka menatapnya penuh tanya.

Alka bergeming, wajahnya nampak ragu.

"Ambil, Al," tegas Nadhira kemudian meraih tangan Alka dan mengaitkan tali paper bag di sela-sela jarinya.

"Tapi, Dhi ...."

"Aku nggak terima penolakan, Al," protes Nadhira cepat, bahkan sebelum Alka menyelesaikan ucapannya.

Alka menghela napasnya berat. "Yaudah. Makasih ya, Dhi. Tolong sampein juga ke tante Nasyila. "

Nadhira tersenyum senang. "Sama-sama, Al. Iya, nanti pasti aku sampein."

"Gue ke kelas duluan."

"Nggak dilihat dulu isinya?" Nadhira berlari kecil mengejar Alka berusaha mensejajarkan langkahnya.

"Nanti aja."

"Aku takutnya kamu nggak suka sama warnanya, Al. Warna hitamnya sold out."

Mendesah berat, Alka menghentikan langkahnya, merogoh paper bag berwarna coklat muda itu lantas mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang yang tersimpan di dalamnya.

Alka terperangah saat melihat isi kotak tersebut, sebuah jam tangan merek terkenal edisi terbatas dan  berharga ratusan juta berada di genggamannya.

"Maaf, Dhi," Alka menutup kembali kotak itu, "gue nggak bisa terima ini," ucapnya lagi setelah memasukkan kotak tersebut kembali ke dalam paper bag dan menyerahkannya pada Nadhira.

Nadhira memundurkan kakinya satu langkah ke belakang. Gadis itu menghindari paper bag yang diserahkan Alka.

"Kenapa nggak bisa, Al? Karena warnanya bukan hitam ya? Kamu nggak suka?"

Alka menggeleng. "Bukan. Ini tuh berlebihan menurut gue. Ini terlalu mahal. Gue nggak bisa terima, Dhi."

"Oh my God,  Alka." Nadhira mendesah. "Nggak usah bahas harga deh. Yang penting mamaku ikhlas ngasih ini buat kamu. Masa kamu tega sih nolak pemberian mama yang udah jauh-jauh beliin ini dari London cuma buat kamu, Al."

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang