"Pagi!"
Alka tersenyum, memamerkan wajah seterang matahari miliknya. Ia sedang berpura-pura, memanipulasi keadaan hatinya yang sedang gegana, gelisah galau merana.
Tidak ingin terlihat lemah, dan berusaha membuktikan pada dunia bahwa dirinya baik-baik saja.
"Pagi, sayang."
Mahira balas tersenyum pada putra bungsunya yang sedang menarik kursi lantas mendudukan pantatnya di sana.
Begitu pun dengan Revon, pria paruh baya itu menghentikan kesibukan membaca koran paginya hanya untuk tersenyum dan membalas sapaan putranya.
"Pagi, Al. Ayo, lekas sarapan, Bunda sudah bikinin nasi goreng kesukaan kamu tuh."
"Iya, Yah." Alka menganguk, tangannya bergerak meraih piring dan sendok, kemudian mulai meciduk nasi goreng di hadapannya.
Lain halnya dengan Lovika, ia hanya diam, tak acuh dengan kehadiran suami bocahnya.
Melihat Alka sama saja dengan menyulut rasa sakit hatinya.
Gue akan melepaskan lo.
Bak kaset kusut, kalimat itu terus berputar-putar di kepalanya. Jantung Lovika seperti di hujam ribuan jarum setiap mengingatnya.
"Vik, hari ini Willy keluar dari rumah sakit, kamu mau ikut jemput?"
Lovika yang sedang mengunyah roti isinya hanya menggeleng lemah tanpa berniat menatap wajah Alka sedikit pun.
"Oh," gumam Alka pelan. Cowok itu tak berbicara lagi, ia terus melahap nasi gorengnya dalam diam.
Air muka Mahira berubah sendu, perasaan bersalah kembali bercokol di dalam dadanya.
"Bund, Alka pamit ke rumah sakit ya."
"Loh, Al," Kening Mahira berlipat, "Kenapa nasi gorengnya nggak dihabiskan?"
Alka nyengir, berlagak ceria. "Willy sama tante Willona udah nunggu Alka, Bund. Nggak enak kalau telat."
"Tapi 'kan---,"
"Alka berangkat ya Bund, Yah," pamitnya seraya menyambar tangan Mahira dan Revon untuk disalami secara bergantian.
" Vik, aku berangkat ya," katanya lagi seraya mengelus pucuk kepala Lovika dengan lembut, lantas berjalan tergesa menuju pintu keluar.
Tanpa berniat menunggu sahutan dari istrinya, Alka langsung mengeloyor pergi dengan perasaan risau menyelimuti jiwanya.
Lovika mendesah, menatap nanar punggung Alka yang semakin menjauh. Ada perasaan rindu yang membuncah di hatinya, ingin rasanya Lovika berlari mengejar Alka dan memeluknya dengan erat.
Sayangnya, hati dan logikanya tak sejalan. Tubuh Lovika tercekat, tetap bergeming di tempatnya. Bayangan Alka yang akan meninggalkannya dengan cepat tergambar sempurna di pikirannya, membuatnya urung mengikuti bisikan hati kecilnya itu.
"Bund, Yah, Vika juga pamit ke kamar ya."
Baru saja Lovika hendak berdiri dari duduknya, tiba-tiba saja terdengar bel pintu berdentang beberapa kali. Lovika langsung memohon izin untuk membukakan pintu kepada kedua mertuanya.
Lovika berjalan lunglai kearah pintu, tubuhnya menegang kaku saat melihat seseorang di balik pintu. Seorang laki-laki tampan tengah berdiri di hadapannya dengan ekspresi wajah yang tak kalah terkejutnya dengan dirinya.
"Re--reyhan?"
***
"Akhirnya, lo datang juga, Al," Indra berseru heboh saat Alka sampai di dalam kamar rawat Willy, "gue pikir lo diculik banci taman lawang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protective Brownies (16+) Completed.
Romans(Silakan follow dulu sebelum baca) Mencintai lalu menikah itu biasa, tapi menikah lalu mencintai itu luar biasa. Raditya Alkalifi Guciano. Kisah ini menceritakan tentang Alka si Brondong pecicilan yang harus menikah dengan perempuan yang tidak dici...