2. M.P.B. Where There Is A Will, There Is A Way.

12.1K 741 261
                                    

Setelah memarkirkan motor sport berwarna hitamnya, Alka lantas berjalan santai menuju kelas dengan kedua tangan yang dibenamkan di dalam saku celananya. Memasang wajah annoying, saat banyak pasang mata mulai tertuju padanya, lebih tepatnya terpukau dengan ketampanannya, terutama murid perempuan yang melabeli dirinya sebagai Alkalicious.

"Subhanallah, calon imam gue datang!"

"Omegat, itu muka makin cakep aja. Alka, aku padamu!"

"Gila, si Alka makin keren aja."

"Alka, masa depan akoh, I love you!"

"Babang Alka, Adek siap dihalalin kapan aja!

Alka hanya mengedikan bahunya acuh saat mendengar kasak-kusuk murid perempuan di sepanjang koridor sekolah yang dilewatinya. Tatapan cowok itu lurus pada satu titik---pintu kelasnya.

Kedua sudut bibir Alka  terangkat saat kedua kakinya memasuki kelas, dan mendapati ketiga sahabatnya sedang duduk di bangku paling pojok melemparkan senyuman seterang matahari ke arahnya.

"Woah ... Abang Alka is coming," seru Indra---teman sebangku Alka seraya turun dari meja yang didudukinya, lalu menghampiri Alka, ber-hi five ria, kemudian berangkulan dengan hangat.

Langkah Alka tiba-tiba terhenti saat matanya menangkap seorang murid perempuan yang beringsut menjauh, menggeser duduknya perlahan, menjaga jarak dengan tubuh Alka yang hampir melewatinya.

Alka terkekeh. "Pagi Cika-cika," sapanya, suaranya sengaja dibuat lembut setengah berbisik, Alka berniat menggodanya.

"Seminggu lebih nggak ketemu, lo berasa cantikan, deh." Alka menyeringai dengan salah satu alisnya terangkat ke atas, membuat Cika memutar bola matanya jengah, ia sudah keki dengan Alka yang setiap hari selalu mengusilinya.

"Seminggu lebih nggak ketemu lo, hidup gue berasa damai," sahut Cika dengan wajah mencemooh.

Alka kembali terkekeh. "Bukannya kangen ya?"

Cika tidak berniat menjawab, gadis itu hanya mencebik. Alka yang melihatnya semakin gemas dan berniat ingin menggodanya lagi.

"Udah nggak usah basa-basi busuk lagi." Cika menyodorkan bekal makannya pada Alka. "Lo mau ini 'kan? Ambil semua!" Cika geram, wajahnya menjadi merah padam.

"Wuih ... Woles dong Ayang cika-cika (baca: kunang-kunang) . Gitu aja ngambek." Alka meraih kotak bekal milik Cika. "Lo nggak usah khawatir, mulai hari ini dan seterusnya gue nggak akan ngerecokin sarapan lo lagi," jelas Alka seraya meraih tangan Cika, lantas menaruh kotak bekal di atasnya.

Cika mencibir saat Alka berjalan meninggalkannya. " Syukur deh kalau lo udah tobat," sinisnya, lalu menghela napas lega.

Alka memundurkan langkahnya kembali, menyipitkan matanya, kemudian menatap Cika dengan intens. Cika salah tingkah dibuatnya.

"Amiin, alhamdulillah. Insya Alah, taubat nasuha," tuturnya seraya menampilkan wajah yang dibuat serius.

Sontak, tawa ketiga sahabatnya pecah mendengar celotehan Alka, sedangkan Cika hanya mendengkus sambil mendorong tubuh Alka menjauh darinya.

Alka tersenyum miring, menggedikan bahunya acuh, dan meneruskan langkah kembali untuk menghampiri ketiga sahabatnya.

"Kemana aja lo, Al, udah seminggu lebih nggak masuk?" tanya Raffi seraya menjabat tangan Alka.

"Honeymoon," selorohnya santai. Tangannya bergerak menyalami Willy yang sedari tadi masih menertawakan keusilannya pada Cika. Alka menaruh ransel dengan asal, mendudukkan pantatnya di atas bangku seraya menyenderkan tubuhnya pada dinding.

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang