10. M.P.B.Rasa Yang Tertinggal.

8.9K 658 81
                                    

Aroma telur bercampur sosis menguar di seluruh ruangan, menusuk sampai Indra penciuman Alka yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Ia menyeringai melihat Lovika yang sedang asik memasak nasi goreng, ide jahil langsung terlintas dipikirannya.

Alka maju, melangkah perlahan, selangkah demi selangkah, mendekati Lovika yang sedang membubuhkan garam pada nasi goreng yang sedang dibuatnya.

Push! Alka menghembuskan napasnya tepat di telinga Lovika. Wanita itu terlonjak, refleks membalikan tubuhnya, dan tidak sengaja menginjak kaki Alka.

Memekik tertahan, wajah Alka meringis, serta-merta mengangkat kakinya yang terasa nyeri dan memegangnya dengan sebelah tangan. Tanpa ia sadari, pergerakannya membuat handuk yang sedari tadi meliliti pinggangnya hampir saja terlepas.

Lovika memekik saking terkejut, dengan cepat menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya.

"Alka!"

"Nggak jadi lepas, kok, Yang," ucapnya seraya nyengir tanpa dosa. Tangannya dengan cepat bergerak membetulkan lilitan handuk di pinggangnya.

Lovika yang tidak percaya, meregangkan sedikit jari - jarinya, memastikan kebenaran ucapan Alka dengan mengintip pada sela-sela yang diciptakannya.

"Ngapain pake ngintip segala, Yang? Kalo lepas juga tinggal lihat aja, sih. 'Kan udah halal juga," selorohnya dan langsung mendapat injakan sayang dari Lovika untuk ke dua kalinya.

Alka kembali meringis. "Aw ... sakit banget, Pikacu!"

"Bodo!"

"Ini namanya KDRT."

Lovika tersenyum miring. "Mau lapor sama kak Seto, hmm?"

"Hah, kak Seto? Lo pikir gue bocah apa?" sergah Alka tak terima membuat Lovika terkekeh puas.

Alka menyeringai seraya melangkah maju mendekat pada Lovika. "Lo masih perlu bukti?"

"Lo ngapain?" tanyanya dengan wajah yang berubah panik. "Sana pake baju!"

"Tenang aja, Yang." sindirnya dengan senyum yang terkulum di bibirnya karena merasa geli melihat Lovika yang memundurkan tubuhnya dengan wajah yang terlihat cemas. "Gue nggak akan apa-apain lo, terkecuali lo yang minta," goda Alka seraya menaikturunkan alisnya.

Lovika langsung mendelikan matanya tajam. "Berani lo macam-macam sama gue, gue sunat lo," ancam Lovika sengit.

"Eh, Yang. Serem amat, sih?" Alka menatap horor pada Lovika yang mengacungkan pisau dapur ke arahnya.

"Gue becanda kali," imbuhnya lagi.

Berbalik keadaan, kini wajah Alka yang terlihat pias. Ia menelan salivanya payah saat Lovika mulai melangkah maju, semakin mengikis jarak antara pisau dengan tubuhnya.

"Oke oke, gue pake baju." Alka menyerah, ia mundur, membalikan badannya, lantas berlari menuju kamarnya dengan sebelah tangan memegang handuk agar tidak terlepas dari pinggangnya meninggalkan Lovika yang tertawa terbahak-bahak.

***

"Yang."

Lovika yang sedang menonton televisi langsung mendongakkan wajahnya, melemparkan tatapan bingung melihat Alka yang sibuk menggaruk-garuk kepalanya.

"Lo kenapa, Al?"

"Gatel, Yang. Kayaknya kepala gue ada kutunya, deh," keluhnya, kemudian mendudukkan pantatnya di samping Lovika.

"Hah, kutu?"

Alka mengangguk membuat Lovika bergidik jijik.

"Ih, jorok. Emang lo nggak sampoan apa?"

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang