4. M.P.B. Revolver Angker.

10.8K 678 178
                                    

Dingin, begitulah sikap yang ditunjukkan Lovika pada Alka setelah kedatangan Nadhira ke apartemennya. Lovika hanya diam dan memasang wajah ketus saat Alka berada di dekatnya.

Seperti saat ini, kedua pasangan pengantin baru itu sedang makan siang bersama dalam keadaan hening, sunyi, senyap tak bersuara, mengalahkan sepinya kuburan di malam hari.

Berkali-kali Alka melirik Lovika yang sedang menyantap makan siangnya dalam diam dengan ekor matanya. Alka meringis menatap wajah sedatar keramik milik Lovika, terlebih saat manik mata miliknya bersirobok dengan tatapan tajam milik Lovika membuat nyalinya seketika mengerut begitu saja.

Mengembuskan napasnya kasar, Alka memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Vik, lo masih marah sama gue?"

Seperti menulikan pendengarannya, Lovika terus saja meneruskan aktivitas makannya tanpa menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan Alka.

"Vika, gue minta maaf."

Lovika melirik Alka sekilas, lantas menyuap kembali makanannya. Mengunyahnya dengan santai seakan benar-benar sedang menikmati makanannya tanpa ingin diganggu oleh siapa pun.

Alka mendesah. "Vika gue minta maaf," ulangnya lagi, kali ini terdengar nada frustrasi di dalamnya.

Alka menyentuh tangan Lovika, serta merta membuat Lovika mau tak mau menghentikan aktivitas makannya tanpa mau menolehkan wajahnya pada Alka.

"Please, dengerin penjelasan gue," mohon Alka, namun Lovika memilih tetap diam tak bersuara, ia hanya menatap piring miliknya yang masih menyisakan lauk dan nasi setengahnya.

"Gue sama Nadhira memang pernah pacaran selama tiga tahun, tapi seminggu sebelum kita nikah Nadhira minta putus sama gue, Vik. Dan soal kedatangan Nadhira tadi, gue bener-bener nggak tau. Pas gue buka pintu, tau-tau dia yang muncul dan langsung meluk gue. Sumpah, Vik ...," Alka mengangkat jari telunjuk serta jari tengahnya ke udara dan  membentuk huruf V, "gue bahkan enggak balas pelukan dia sama sekali. Ini semua nggak seperti yang lo pikirin, Vik."

Lovika tersenyum hambar. "Gue cukup tau diri, Al. Gue tau pernikahan ini bukan pernikahan yang lo pengen ...," Lovika memberanikan diri menatap wajah memelas Alka yang seketika menjadi dingin,

"tapi seenggaknya lo hargai gue sebagai istri lo sedikit aja. Kalau lo mau balik sama dia, silakan! Tapi, selesaikan dulu urusan lo sama gue," balas Lovika, lantas bangkit dari duduknya.

Alka yang merasa tersinggung dengan ucapan Lovika ikut bangkit dari duduknya, berusaha menahan kepergian Lovika dengan mencekal lengannya erat.

Lovika hanya diam selagi Alka menatapnya tajam penuh intimidasi.

"Gue emang nggak cinta sama lo." Alka tersenyum miring membuat hati Lovika meringis perih.

"Gue juga nggak menginginkan pernikahan ini, tapi satu hal yang harus lo tau, gue sangat menghargai pernikahan kita," ucapnya tegas, sengaja menekankan kata pernikahan kita di dalamnya.

"Gue memang masih bocah seperti yang selalu lo bilang, tapi gue paham betul bahwa pernikahan adalah hal yang sangat sakral, sesuatu yang serius dan bukan main-main. Gue tau dengan gue menikahi lo, gue bertanggung jawab penuh atas lo, termasuk menjaga perasaan lo sebagai istri gue," lanjutnya seraya menatap dalam mata Lovika tepat pada iris matanya.

Tubuh Lovika tercekat ketika melihat ada gurat kejujuran dan kemarahan di dalam sorot mata Alka.

"Gue nolak Nadhira pas dia ngajak gue balikan, selama di sekolah gue juga menghindar dari dia, dan yang terakhir yang perlu lo tau gue sedang belajar suka sama lo, sebisa mungkin nerima lo jadi istri gue. Jadi, kalau lo bilang gue nggak menghargai lo dan pernikahan kita, lo salah besar!"

My Protective Brownies (16+) Completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang