Dava berjalan santai kearah motornya.
Semua siswa sudah pulang, kecuali dia dan Angga. Mereka berdua mempunyai rumah yang sangat berdekatan.
Hanya melewati 5 rumah untuk sampai kerumah Angga.
Tidak heran jika mereka sangat dekat.
"Dav, lo udah tau belum, sepupu lo bakal pindah kesini secepatnya. "
Dava menatap Angga sebentar lalu mengangguk.
"bakal rame lagi deh kita.
Gw gak tau ya, ternyata tu orang masih sempat pindah"
"dia pintar. Gak bakal ngaruh.
Lagian ini masih awal kelas 12, masih bisa pindah. Tergantung sekolahnya aja"
Jawab Dava singkat.
"yee.. Lokan juga pintar.
Ahh.. Coba aja jeniusnya kalian itu pindah ke gw dikit aja"
Jawab Angga sambil tersenyum manis.
Dava hanya memutar bola matanya malas.
"gw ke toilet dulu. Lo duluan"
Isin Dava pada Angga yang dijawab dengan anggukan.••••
Setelah keluar dari toilet, Dava berjalan ke tempat parkiran.
Sekolah sudah sepi.
Ketika sudah hampir sampai motornya, Dava melihat adik kelas yang belakangan ini mengganggu harinya.
Adik kelasnya sedang berdiri menunggu jemputan.
Dava menaiki motornya lalu membawa motor itu ke arah adik kelasnya itu.
"naik. "
Adik kelasnya melihat kearahnya bingung.
"naik atau gw naikin"
Ucap Dava sambil menatap balik si hujan tajam.
Dengan cepat, adik kelasnya naik.Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan.
Yah jelas, Dava yang malas berbicara dan si hujan yang tidak bisa berbicara.
"gw jalan dulu"
Ucap Dava ketika sampai dirumah Raina. Ketika hendak menarik gas motornya, seorang ibu-ibu lari mendekatinya sambil memanggil namanya.
"masuk dulu yah, tante udah masak makanan enak,
Gak ada penolakan. " suruh Wanita paruh baya itu pada Dava.
Itu, jeaneth ibu dari gadis itu.
Ya. Jeaneth melihat dari jendela. Dengan buru-buru ia keluar lalu memanggil Dava.
Dengan keberatan Dava turun, lalu berjalan masuk kedalam rumah sambil disampingnya ada jeaneth ibu gadis itu dan si hujan dibelakang mereka."sudah dari kapan kalian mengenal? "
Tanya Reno ketika sedang menyantap makanan yang disajikan oleh istrinya.
"kami gak saling kenal om. Sy cuman ketemu dia di depan sekolah, lagi berdiri sendiri" jawab Dava sambil menyendok nasi kemulutnya.
Reno yang mendengar penjelasan Dava, menatap jeaneth membunuh.
Bagaimana bisa jeaneth mengatakan kalau Dava ini teman anaknya.
Padahal Reno sudah sangat senang, akhirnya putrinya ini punya teman dekat juga.
Tetapi semua nihil.
Ternyata mereka tidak saling kenal. Hanya kebetulan saja.
Jeaneth yang mendapat tatapan membunuh milik Reno hanya tersenyum miris.
" oke, om. Tante.
Makasih makanannya, saya balik dulu. Ini sudah sore"
Ucap Dava setelah sekian lama diam.
Reno dan jeaneth yang mendengar itu hanya mengangguk.••••
Dava berbaring sebentar di kasur kesayangannya setelah selesai mandi.
Kenapa dia sependiam itu?
Ko gw ngerasa kaya dia gak bisu ya?
Ucap Dava,memikirkan hal tentang keluarga si hujan.
Setelah acara makan siang tadi, Dava seperti ragu dengan apa yang dia pikirkan sebelum mengenal keluarga gadis itu.
Ia merasa gadis itu tidak bisu, tapi pendiam.
Dava menghembuskan nafas lelah.
Kenapa ia jadi memikirkan si hujan?
Ada apa dengan dia?
Gw harus cari tau ini.
Tekad Dava.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara