"Dava, Dava bangun!"
Sandra sudah bingung, bingung harus dibuat bagaimana lagi anak laki-lakinya ini.
Susah sekali membangunkan anaknya ini.
Byurrr.Dava kaget.
Wajahnya basah, basah karena disiram.
"siapa yang nyiram gw!! "
Teriak Dava marah.
"KAMU BELUM MAU BANGUN JUGA HAH! "
sepertinya Sandra sudah capek membangunkannya, sehingga menggunakan cara yang ini.
Dengan cara menyirami Dava dengan segelas air.
"ma, inikan libur"
Ucap Dava sambil mengelap wajahnya dengan kain.
"OHHH. LIBUR.
BANGUN. CEPAT BERSIHIN KAMAR KAMU,"
teriak mamanya murka.
Dava yang melihat amarah mamanya di wajahnya hanya bisa bangkit lalu mulai membersihkan kamarnya.
Mamanya keluar dengan tangan dilipat didepan dada.
"anak satu-satu kok susah diurus. "
Ucap mamanya.
Dava menghembuskan nafas lelah.
Baru saja ia ingin tidur sepuas mungkin.
Didepan pintu, muncul dua orang, dua orang yang sedang puas-puasnya menertawai Dava.
Yah. Itu Angga dan Stasya.
Pasangan yang selalu dijuluki aneh oleh Dava maupun teman-temannya.
"Dav.
Ada telfon tuh"
Ucap Angga sambil berusaha menahan Tawa.
Dava yang mendengar itu langsung mengambil hpnya."hallo, "
"oh ada apa om? "
"hah! "
"saya segera kesana"Dava segera mengakhiri telfonnya dengan seseorang.
Dan buru-buru mengganti bajunya, mengambil kunci mobil, memakai sandal lalu berlari keluar kamar.
"mau kemana lo, ada apa? "
Tanya Angga yang hanya di jawab dengan angkat tangan Dava padanya.
"ck. Kambing"
Umpat Angga ketika melihat Dava pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya.••••
"Kamu mau kemana De"
Tanya seorang gadis pada temannya, yang terlihat sibuk mengemasi buku-bukunya diatas meja.
"aku mau nemuin papa sama mama.
Hari inikan ulang tahun aku. Pasti mereka ingat."
Ucap gadis tadi sambil mengangkat tasnya.
"loh. Kan belum jam pulang"
Ucap gadis tadi.
"aku pakai alasan sakitlah. "ucap gadis itu
"muka aku kelihatan kesakitan kan? "
Tanya gadis itu.
"ehh.. Ia. Kayanya kamu beneran sakit tau.
Nih. Kamu demam De"
Ucap temannya.
"gak. Gw gak sakit. "
"udah sana belajar yang benar. "
Gadis itu pergi begitu saja."De!!! Kamu dimana? "
Tanya gadis itu.
Ia mengikuti temannya. Ia takut temannya kenapa-kenapa."Dea!
Kamu gak papa kan?
Kamu kenapa? "
Tanya gadis itu pada temannya yang sedang terbaring lemas diatas aspal.
"Re. Pergi Re.
Mereka disini. "
Ucap gadis itu putus-putus.
"mereka siapa De?"
Tanya gadis itu lagi.
Ia mengangkat kepala gadis itu dan memangkunya.
Hujan lebat mengguyur tubuh mereka.
"Re. Pergi Re. Nanti kamu sakit.
Hujannya lebat Re."
Ucap temannya.
"aku gak papa De.
Ayo aku bantu kamu. Kita pulang.
Pasti kamu jatuh kan? "
Ucap gadis itu tanpa menyadari cairan kental berwarna merah mengalir deras dikepala sahabatnya.
"Re. Pergi"
Teriak temannya sambil mendorongnya.
"angkat dia. "
Ucap seseorang.
"Re! Re! "
Teriak temannya ketika ia ditarik paksa seseorang."TOLONG!!! TOLONG! TOLONG!
DE TOLONG DE""nak. Sayang. Kamu gak papa.
Ini mama sayang. Ini mama"
Ucap jeaneth sambil menarik tangan anaknya.
Rain yang langsung sadar, menolak mamanya jauh.
Ia berlari kepojok kamarnya, sambil menangis.
"PERGI. PERGI!! "
teriak Rain pada mamanya.
Mamanya ketakutan, keluar dari ruangan itu sambil menangis.
Ia langsung menelfon suaminya, lalu terduduk lemas.
Ia sedih. Sedih melihat anaknya, sudah 1 tahun tidak berbicara.
Sekali berbicara, tapi kelihatan seperti orang gila.•••••
"tante, mana Rain?" tanya Dava cepat.
"itu nak. Didalam kamar."
Ucap Jeaneth mama Rain.
Dengan kecepatan kilat, Dava berlari.
"Rain? "
Panggilnya sambil membuka pintu yang diyakininya merupakan pintu kamar milik Rain.
Benar. Ternyata itu kamar milik Rain.
Ia melihat Rain duduk dipojok kamar dengan menangis.
"hei.. Kamu jangan nangis. "
Ucap Dava sambil menghapus air mata Rain.
Rain hanya bisa terdiam.
"mm.. Cerita sama saya"
Ucapnya lembut.
Rain menggeleng. Ia lalu bangun dari tempat ia duduk dan mencoba untuk membaringkan diri di tempat tidurnya. Ia berbaring lalu tertidur.
Dava bingung apa yang terjadi dengan Rain. Ia menaikkan selimut lembut pada badan Rain yang kini tertidur.
Dava keluar dan menemui Jeaneth mama Rain."Rain sejak kapan seperti itu tante?
Perasaan selama ini dia diam,tenang, dan tidak pernah berbuat kasar pada orang. Bahkan berbicarapun jarang. "
Ucap Dava ketika sudah duduk di kursi yang berhadapan dengan mama Rain.
Jeaneth menarik nafasnya lelah.
"ini terjadi sekitar 1 tahun yang lalu nak.
Ini terjadi ketika ia diculik.
Dan dianiaya oleh penculik.
Dia dipukul, ditendang, bahkan rambutnya digunting asal-asal oleh penculik.
Dan yang lebih parahnya lagi, sahabatnya dibunuh oleh mereka.
Penculiknya itu sekelas dengan mereka. Namanya Asyila.
Anak itu melakukan kekerasan, hanya karena dia cemburu pada Rain, karena Rain selalu mengalahkan dia dalam bidang pendidikan.
Itu semua dia lakukan karena ia selalu tertekan dengan orangtuanya yang selalu memaksanya untuk menjadi yang paling pintar dikelas.
Kalau tidak, anak itu akan dipukuli orangtuanya.
Seperti gangguan jiwa, "
Cerita tante jeaneth panjang lebar.
Dava kaget. Kaget dengan apa yang diceritakan oleh mama jeaneth
"temannya sampai meninggal tante? "
Tanya Dava kaget.
Mama dari Rain mengangguk sambil menunduk.
Ia sedih. Sedih dengan apa yang terjadi dengan anaknya.
"ya sudah. Kamu balik gih. Nanti kalau Rain udah baikan, tante tlf.
Yah? "
Ucap mama Rain.
Dava terdiam sebentar, menimbang-nimbang saran dari mama Rain.
Rasanya berat meninggalkan Rain dengan keadaan seperti ini.
Biasanya ia akan meninggalkan Rain dengan senyum merekah yang cantik milik Rain.
Apa boleh buat. Baik-baik ya Rain.Ucap Dava membatin
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara