Setelah pulang dari cafe Dava melanjutkan jalan-jalannya ke Pantai terdekat.
Hari ini, ia ingin menikmati hari liburnya sendiri.
Dava tidak tau mengapa, yang jelas bahwa ia terus saja memikirkan gadis itu. Siapa lagi kalau bukan si hujan?
Dava duduk diatas pasir dan menikmati udara pantai.
Ia berencana setelah dari pantai, ia akan pergi ke rumah Angga untuk menceritakan semuanya. Ia butuh teman untuk bercerita.••••
"serius? "
Kaget Angga, saat Dava menceritakan semuanya. Semua yang ia pikirkan belakangan ini tentang Si hujan.
"Dav, kalau menurut gw, lo suka deh sama tu cewe. Lo berubah karena dia Dav. Lo mana pernah tolong orang, "
Ucap Angga.
Dava menatapnya datar.
"emangnya lo gak pernah gw tolong? "
Tanya Dava pada Angga.
"yeee... Maksudnya selain kita teman-teman lu"
Dava terdiam.
"lo ingat gak, yang lo dipanggil temannya lalu bilang ke llo kalau si adik kelas itu di buli lagi,"
Ucap Angga, dan diangguki Dava.
"lo gak mikir dua kali. Lo kawatir sama dia.
Benarkan? "
Tanya Angga
Dan diangguki oleh Dava.
"tapi gw gak mau langsung mengambil kesimpulan, kalau gw suka sama dia.
Ya, bisa jadi kan gw hanya penasaran sama dia, "
Ucap Dava lagi dan membuat Angga tersenyum. Angga menepuk pundak Dava dua kali.
"rasa penasaran itu adalah awal dari cinta. "
Ucap Angga.
Dava terdiam. Ia memikirkan semuanya. Semua yang Angga ucapkan.Setelah berlama-lama di rumah Angga, Dava pergi ke super market untuk membeli beberapa snack. Karena snack yang di belinya minggu lalu, habis di makan Angga. Sudah jadi hal yang biasa bagi Dava, Angga sudah seperti saudaranya. Tidak masalah.
Itulah yang sering Dava ucapkan didalam hatinya ketika Angga memakan semua Snack.
Tengah asik memilih, ia melihat seseorang. Seseorang yang selama ini mengganggu pikirannya.
Si hujan.
Dava menghampirinya.
"hai, "
Sapa Dava dan di jawab dengan senyuman.
Tapi, sebelum itu, Dava ingin memastikan apa benar ini nyata atau ia hanya sedang berakhayal.
Nyata. Ucapnya dalam hati saat ia mencubit tangannya sendiri.
"mau pulang bareng? "
Tawar Dava dan diangguki si hujan.
Dava mengambil semua belanjaan gadis itu, yang walaupun sempat ditolak. Tapi, Dava tetap memaksanya.
"lo suka ngemil juga? " tanya Dava ketika mereka sudah dalam perjalanan pulang. Gadis itu mengangguk.
"lo beneran bisu? "
Tanya Dava tiba-tiba karena sudah sangat penasaran.
Tetapi jawaban yang ia dapat, hanya senyuman, senyuman yang sulit diartikan.
Dava terdiam. Dia benar-benar bingung dengan gadis yang ia panggil hujan itu.
Setelah menempuh jalan yang cukup ramai, Dava dan gadis itu sampai di rumah gadis itu.
Sepi.
Itulah yang mereka lihat. Gadis itu menarik Dava kedalam rumah.
Sempat kaget, karena tangannya dipegang gadis itu. Tapi, ia menetralkan kembali rasa kagetnya. Ia takut dibilang kaku.
Setelah sampai di dapur, ada secarik kertas yang ditulis oleh pembantu dirumah itu.
Non, nyonya sama tuan lagi rapat penting
Saya lagi belanja sayuran.Dava menatap gadis didepannya bingung.
Ia terlihat senyum-senyum sendiri.
Apa yang lucu?
Apa jangan-jangan dia senang berdua dengan Dava.
Oh tidak-tidak. Dava harus bertindak cepat.
"emm.. Gw balik ya,"
Gadis itu menggeleng cepat. Dava ditariknya ke ruang keluarga, Dava didudukkan disana.
Lalu gadis itu pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu.
Setelah beberapa menit, Gadis itu kembali dengan dua teh dan sepiring nastar keju yang menggiurkan.
Gadis itu meletakkan teh hangat dimeja depannya, lalu duduk disamping agak jauh darinya.
Dava memperhatikan gerak-geriknya yang tengah sibuk menguyah nastar.
Diam-diam Dava tersenyum. Senyum-senyum sendiri sambil menatap gadis didepannya.
Tengah asik memperhatikan gadis itu, Dava dikagetkan dengan suara pembantu rumah tangga yang baru saja pulang dari pasar.
"non mau makan apa?"
Tanya bibi itu serius.
Gadis itu mengangkat bahunya, lalu menunjuk salah satu menu makanan di hp yang ia mainkan dari tadi.
"ok non"
Ucap bibi tadi,lalu pergi ke dapur.
"gw balik ya? "
Tanya Dava pada gadis didepannya.
Sudah malam. Dava juga sudah kecapean.
Gadis itu mengangguk,lalu mengantar Dava sampai didepan rumah, Setelah itu Dava pergi dengan menggunakan mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara