Dava is....
Dava berjalan dilorong sepi sekolahnya.
Yah, sepi, Dava tak bisa tidur semalaman.
Alhasil pagi tadi ia siap lebih awal dengan mata pandanya ia berjalan ke sekolah.
"pagi pa ucok" sapanya pada cleaning service sekolahnya yang sedang menyapu halaman.
" pagi den Dava," balas pak ucok. Lalu melanjutkan membersihkan halaman.
Ia masuk ke kelasnya lalu duduk di bangku paling belakang dan paling sudut dekat jendela.
Tangannya dilipat diatas meja sebagai penopang kepalanya dan menutup matanya sebentar.
Angin sejuk sekali yah
Ucapnya dalam hati.
.
.
.
"Dav, bangun!!!
Yaellah, kaya yang gak ada rumah lo,
Sampe dikelas juga lo tidur"
Teriak Angga malas.
Dava bangun dengan mengangkat kedua tangannya lalu menatap kaget keseluruh isi kelasnya, yang ternyata sudah ramai.
" ngga, kapan sampe? " tanya Dava pada Angga disampingnya.
"17 tahun yang lalu" jawab Angga asal.
" apa sih," balas Dava malas.
Jam pertama matematika, malas sekali rasanya.
.
.Dua jam berlalu, Dava sudah malas mendengar penjelasan sang guru.
Ia kembali tidur. Karena tertutup oleh kevin dan maliq, ia jadi tidak ketahuan.
20 menit berlalu,
Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara besar pa guru itu.
" Dava?! "teriaknya kesal sendiri, ternyata ketahuan juga. Ia bangkit dan, benar saja maliq malah mencondongkan tubuhnya ke samping. Bagaimana tidak ketahuan?
"iya pak? " tanya Dava tanpa dosa dengan mata merahnya.
" kamu maju dan jelaskan ulang materi yang saya tadi. " ucap pa guru itu marah, karena mendapati Dava yang tertidur.Dava membuka buku cetaknya dan membaca sebentar.
Ia bangkit berdiri, mengambil kayu milik pak guru matematikanya, dan mulai menjelaskannya. Sudah cocok jadi pak guru yah Dava,
Jangan ditanya, bagaimana teman-temannya mendengarkan penjelasannya.
Begitu bagus dan mudah dimengerti.
" Maliq, rumus awal tadi bagaimana? " tanya Dava pada maliq yang kaget dengan pertanyaannya. Sengaja, balas dendam. Maliq menatap Dava horor.
Ia marah. Bagaimana bisa Dava bertanya padanya yang jelas-jelas tak tahu apa-apa.
" lupa Dav, " jawab Maliq enteng
"payah" balas Dava, masih dengan suara seraknya.
" saya Dav, saya tau! " teriak Ari teman sebangku Maliq.
" sorry, gue gak mau nunjuk orang kaya lu" balas Dava lagi, karena ia sedang ingin mengerjai temannya.
" Angga, bagaimana rumus yang akan kita gunakan untuk mengerjakan contoh soal dipapan?" tanya Dava sok jadi guru.
" emm..." Angga berpikir sebentar, lalu melihat buku cetaknya. Dimana tempat Dava membaca.
Dan Angga menjawab.
" yahh makasih Angga, kalau soalnya begini, kita bisa.... "
Dava menjelaskan begitu bagus. Tanpa ia sadari, si adik kelasnya yang ia namai Rain, melihatnya terus.
Ia tersenyum melihat bagaimana Dava dapat bertanggung jawab dengan apa yang ia langgar, ia memang selalu siap. Ehhh, sejak kapan si hujan disini?
Pak guru matematikanya pun melihatnya dengan bangga.3 jam merupakan waktu yang membosankan jika diisi dengan matematika.
Sampai ada yang sakit perut karena mabok dengan pelajarannya.
Dava? Ah... Laki-laki itu sudah melanjutkan mimpinya yang terpotong tadi.
Untung guru mata pelajaran tidak masuk. Ia bisa kembali mengisi waktunya untuk tidur.
Tidak sia-sia memang ia rajin membaca selama ini.
Nakal boleh, goblok jangan. Itu prinsip Dava dari ia mengenal yang namanya sekolah.
Mendapatkan prestasi?
Itu bonus untuk belajarnya selama ini. Dan tentunya satu kebanggaan untuk orang tuanya.
Sebagai anak tunggal yang dari kecil diurus oleh bibinya, ia tau dan sadar diri. Bapa dan mamanya memang orang hebat yang rela memotong waktu istirahat mereka hanya untuk dirinya.
Thank you pa, ma
Ucap Dava ketika sedang makan bersama di taman waktu itu.
Mamanya sekarang sudah tak begitu aktif dalam bekerja, dengan alasan ingin mengurus Dava, dan memperhatikan masa remajanya.
Ini, jaman dimana remajanya gak tau etika. Jadi mama bakal merhatiin kamu dimasa remaja kamu ini. Ucap mama Dava waktu itu.
Dava hanya mengangguk dan tersenyum senang mendengar ucapan mamanya.
Ia deh ia, terserah mama.Papanyalah sekarang yang sangat sibuk.
Keluar masuk kota dan negara.
Dava memakluminya. Uang kuliah Dava sudah papanya tabung. Ia bangga pada papanya. Yang rela menghabiskan waktu untuk mencari uang kuliahnya.
Kadang ia mendapati papanya tertidur diruang kerja, kadang ketika sedang menonton, papanya tertidur.
Ia bisa melihat raut wajah lelah papanya.
Oleh karena itu, ia belajar dengan sangat giat. Ia siap untuk menjadi seorang dokter yang cerdas! Itu cita-citanya.
"pa, kalau capek ya tidur dikamar, jangan disini" ucap Dava ketika sedang menemui papanya yang tertidur di ruang kerjanya.
" papa gak tidur, papa lagi nutup mata aja.
Papa gak mau kaya tokek yang gak tutup mata. Nanti mata papa jadi melotot kaya tokek lagi. " canda papanya. Dava hanya menjawab itu dengan anggukan. Kalau sudah begitu, ia hanya bisa membantu papanya dengan mengurut belakang papanya.
" kalau capek mah bilang. Dava juga ngerti kok. Sini belakang papa" itu yang Dava ucapkan kalau ingin mengurut papanya yang kelelahan. Papa bangga sama kamu, dewasa banget nangkep ini semua Dav.
Nah, itu kalimat yang selalu Dava banggakan. Mendengar itu membuat Dava bersemangat untuk menata masa depan yang sukses tanpa merasa tertekan!
I'll make you proud later.Jadikan ini sebagai panutan ya gengs, se nakal-nakalnya kita, ingat! Belajar itu penting.
Kalau bosan dengan buku yang sama, teknologi sekarang sudah maju, kita bisa belajar melalui youtube, dan lain-lain.Terimakasih untuk kesetiaan anda dalam membaca cerita saya
Caellah... Authornya lagi ngalay...
😅
Pret pisan oy!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara