42

127 5 2
                                    

Kemarin sudah ditulis, ehh ceritanya terhapus, terpaksa harus tulis ulang :/
Jangan lupa voment😊
.

.

.

Cukup jauh jalan yang sudah mereka tempuh.
Dava tetap fokus mengikuti arahan jalan dari Kevin.
Ckiittt
"arah mana? " tanya Dava kepada Kevin, karena mendapat pertigaan.
"sebelah kiri Dav. " ucap Kevin.
Dava segera memutar mobil kearah kiri, lalu melajukan mobilnya dengan kekuatan penuh.
"lo yakin kev? " tanya Angga yang sedari tadi diam. Wajahnya terlihat lemas gara-gara Mobil yang dikendarai Dava melaju terlalu cepat.
" lo dari tadi ngeraguin gw banget ya, namanya juga berusaha!" ucap Kevin marah.
Angga diam, ia tak berani berkata-kata lagi.
Trrrtt...
"ngga, hp gw ada yang getar nihh, kayanya ada yang telfon, lo bisa ngangkat ga? " ucap Dava. Angga yang sedang berusaha menahan mualnya, segera bangkit untuk mengambil hp Dava yang berada didepan.
"dari Maliq" ucapnya.
"hallo?" sapa Angga ketika ia menggeser yang berwarna hijau kearah tanda merah.
"kita masih dijalan."
Jawabnya lagi.
"ohhh, didepan warung kecil, belok kanan, sampai pertigaan belok kiri." ucap Angga.
"iya, nanti kita tunggu ya, iya iya masih jauh sih itu untuk sampai ke pertigaan" jelasnya lagi.
"iya, kaya kepin, ikut aja jangan banyak ngebacot" ucapnya sambil melihat kearah pemilik yang sedang fokus.
"oke-oke entar gw kabarin kalau kita sudah sampai. Bye" ucap Angga mengakhiri telfon.
"Emm Dav, setelah hutan-hutan ini, didepan ada perumahan. Tapi hanya 3 aja, disitu tempatnya." ucap Kevin.
"apasih gaje banget. Disitunya, rumah yang keberapa?" tanya Angga emosi.
"yang paling ujung" ucap Kevin.
Dava menambah kecepatan mobilnya, tanpa memikirkan Angga maupun Kevin yang kepalanya bertambah pusing.
Ketika sampai pada perumahan yang di katakan kevin, segera ia memelankan laju mobilnya.
"Dav, kita parkir didepan rumah
Kedua itu aja, biar aman." ucap Kevin.
"kenapa? Kalau kita masih sembunyi-sembunyi kapan nolongnya?"
Tanya Dava yang sudah tidak tahan ingin tahu siapa pelaku yang dengan beraninya menculik gadis hujannya.
"Dav, gw paham lo udah ga sabar buat nolongin tu adik kelas, tapi lo harus sabar, kita tunggu bantuan dari belakang, kita gak tau siapa yang kita lawan, gak tau berapa banyak yang kita lawan nanti" jelas Angga.
Dava menarik napasnya pelan lalu menhembuskannya.
Ia benar-benar sangat kwatir dengan keadaan Rain, sigadis hujan.
"ada mobil masuk! Tunduk! " teriak kevin ketika ia melihat kearah belakang, mobil coklat yang tidak dikenali itu masuk ke rumah tempat perkiraan Rain di sekap.
"lo gak curiga gitu, sama seseorang? " ucap Angga ketika melihat mobil itu masuk.
"maksud lo? " bingung Dava.
"Lucia? " tanya kevin pada Angga, dan diangguki oleh Angga.
"masa sih? Yang gw tau, Lucia lagi sibuk nyariin adiknya yang hilang." ucap Dava tak percaya pada kecurigaan Angga,
"ya bet_, ehh bisa ajakan benar Dav, lo kan tau sendiri, gimana rasa sayangnya Lucia ke ellu" ucap Kevin kemudian.
"ckk.. Husst, udah gak usah diingat.
Kita buktikan saja nanti." ucap Angga kemudian.
"ini gak bisa dibiarin" ucap Dava, lalu keluar dari mobil, dan melangkah cepat keluar.
Angga dan Kevin yang ingin menahan Davapun, cepat-cepat lari agar jangan sampai ketahuan penjahat.
"Dav, tunggu! " ucap Angga cukup kuat.
"apa lagi sihh.. " kesal Dava.
"kamu ini gimana sih, kan udah gw bilang, tunggu dulu. Gimana kalau banyak anak buahnya? Kita gak bakalan sanggup ngelawan, dan berakhir pada kita semua disekap." ucap Angga gemas.
"masuk dulu yuk, entar malah ketahuan" ajak kevin, lalu menarik Dava kembali masuk mobil.
"lo coba telfon Lucia" suruh Kevin ketika mereka masuk kembali kedalam mobil.
Dava menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya kasar.
Ia mengambil hpnya yang terletak didepannya.

LUCIA

ia Menekan tombol, lalu menempelkan hpnya di telinga kanannya.
"halo" sapa Dava.
Iya hallo, ada apa Dav? "lo kenapa? Suaranya kok kayak gugup gitu? " ucap Dava ketika mendengar suara Lucia yang terdengar bergetar. Ahaha.. Apasih gugup, gak kok, aku gak gugup. Btw, ngapain lo telpfonin gw balas Lucia.
"lo lagi dimana? " tanya Dava dengan ekspresi datarnya.
Entah mengapa, ia merasa bahwa apa yang dikatakan Angga benar.
Gw lagi di panti nyariin adek gw, kenapa? Balas Lucia.
"yang benar aja lo? " ketus Dava pada Lucia.
Mendengar itu, Angga segera menarik hp Dava. Dan berusaha menjauhkan hp Dava.
"lo apa-apain sih, jangan dikasih tau dulu keles, entar dia malah curiga lagi. " ucap Angga gemas.
"oke" balas Dava singkat.
Ia kemudian menempelkan kembali hpnya di telinga kanannya.
Hallo, hallooo Dava Adenara panggil Lucia ketika tak dapat jawaban diseberang.
"ohh, ha_llo Lucia, sorry, tadi hp gw jatuh.
Apa tadi? " ucap Dava.
Ckk, apaan sih, lo kenapa sih, udah ah. Gw lagi sibuk.
"uhh, hallo Lucia, tunggu dulu, hey! "
Tutt

"sh*t" umpat Dava.
"udah ah, sabar aja, entar juga ketahuan dia" ucap Angga.

Sedang asik melihat-lihat situasi, sebuah mobil hitam masuk ke rumah yang menjadi sasaran mereka.
"eh mobil siapa itu? " teriak Angga.
Dengan cepat Dava keluar dan dengan cepat masuk kerumah itu.
Ia melihat gadis dengan rambut dikuncir tinggi.
Ia mengikuti dari jauh gadis itu, dan melihat pintu suatu ruangan terbuka.
Dan ia melihat didalamnya, ada gadis berwajah sendu.
Matanya memancarkan ketakutan.
Gadis itu..
"Rain.." ucap Dava lirih.
Hatinya hancur, melihat gadisnya begitu rapuh.
Dava segera berlari kearah ruangan itu. Dengan keahlian bela dirinya yang seadanya, Dava melawan semua penjahat diruangan itu.
Setelah berhasil melawan penjahat itu, ia menghadap kearah gadisnya...
"Rain. Kamu gak papa? " sambil membuka tali ditangan dan kakinya.
"sudah puas? " suara seseorang menghentikan gerakannya.
"siapa lo?! " tanya Dava pada gadis yang menggunakan topeng.
"masa, lo lupa sama gw, sahabat lo. Sahabat yang lo lupain" ucap gadis itu.
"lucia!? " terka Dava.
"ahahaha.. Sedih banget ya gue, udah lama dekat, dan lo gak tau gue" ucap gadis itu sambil tertawa, diikuti air mata yang jatuh dipipinya.
Gadis itu membuka topengnya, dan..
"syifa... " gumam Dava tak percaya.
"iya. Ini gue Dav, gue yang selalu berusaha ngedekatin lo. Gue yang merupakan sahabat perempuan disamping lodan adik lo" ucap Gadis itu.
"gak usah kaget gitu. Gue ikut percepatan, makanya gue bisa seangkatan sama lo! " lanjutnya.
"Kenapa gue berusaha gak kenal dia! Karena dia udah ngebuat sahabat gue satu-satunya pergi!
Lo tau, gue gadis berwajah jelek dan berbadan gemuk, yang selalu kerumah lo bareng adik lo.
Tapi, lo cuek sama gue, sampai akhirnya, gue memutuskan untuk berubah menjadi cantik, diet, oplas.. Semuanya gue lakuin buat lo!" teriak gadis itu.
"tapi apa, lo malah cuekin gue, lo malah ngehindar dari gue.. Lo.. Lo jahat Dav! Lo malah memilih bareng cewek pembunuh ini dari pada gue! " teriak gadis itu, dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.
"jaga ya ucapan lo, sekarang gue tau, dia bukan pelaku adik gue meninggal. Lo kan, lo kan pelakunya! Lo yang udah ngebayar orang buat ngebunuh adik gue!"
Teriak Dava sambil memegang tangan gadis disampingnya.
"ahahaha. Iya! Dan itu semua karena lo!" teriak gadis itu.
"sekarang, " sambil mengangkat pistol ditangannya.
"gue bakal mengakhiri semuanya, gue bakal habisin dia, biar lo bisa sama gue" ucapnya sambil mengarahkan pistol kearah Rain.
Rain menutup matanya.
Dava dengan cekatan menendang pistol yang ada di tangannya.
Namun, tanpa sepengetahuan Dava, tangan Syifa satunya mengarahkan beda tajam kearah perut Dava.
"akhhh" teriak Dava.
"tidakkk! Dava" teriak Syifa.
Teman-teman Dava dan polisi datang, dan segera menangkap syifa dan anak buahnya.
"Rain. " panggil Dava kecil
Rain menangis sambil menahan darah yang keluar dari perutnya.
"aku cinta kamu Rain, aku cinta kamu bidadari hujanku, aku.. "
" aku juga mencintaimu Dav" ucap Rain memotong pembicaraan Dava.
Dava tersenyum, ia senang mendengar ucapan yang keluar dari mulut gadis hujannya.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang