3 hari sudah Dava disibukkan dengan tumpukan tugas yang sangat banyak.
Tangannya masih setia mengutak atik laptopnya.
"tugas terakhir. Fighting!" ucap Dava menyemangati dirinya sendiri.
3 hari sudah ia tidak keluar rumah selain ke sekolah. Ya,tugasnya memang banyak dan melelahkan. Bagaimana tidak, ia harus selesaikan 5 makalah dalam seminggu.
Dava tidak boleh diganggu oleh siapapun jika sedang mengerjakan tugasnya,Bisa habis dibuatnya.
" Dava, makan! Papa kamu udah nunggu lama loh di meja makan,
Kamu udah lama gak makan bareng pa_" ucapan mama Dava terpotong oleh balasan Dava.
" ma,Dava lagi kerjain tugas. ini Yang terakhir, udah di pembahasan terakhir. Dikit lagi habis" ucap Dava sambil menguap dengan mulut lebarnya dan matanya sudah sangat lelah.
"DAVA! Kamu mau sampai kapan di bujuk makan bareng?" teriak papanya dari ruang makan.
"iya nih om, Dava itu kalau udah kerja tugas, lupa sama semuanya. Katanya habisin tugasnya cepat biar bisa jalan-jalan bareng do'i"
Tunggu!
"itu suara siapa sih, ma? " tanya Dava pada mamanya.
" Angga. Udah dari tadi dia disini. Katanya lagi ada urusan penting sama Revan, om kamu" ucap mama Dava sambil merapikan tempat tidur Dava yang sudah dipenuhi dengan kertas penuh tinta.
" ohhh, yaudah, ayo ma, Kita makan bareng. Nanti papa marah lo ya" ucap Dava, lalu buru-buru keruang makan.
"hai Ngga.udah lama ya disini? " tegur Dava lalu duduk disamping mamanya.
"ummm" balas Dava sambil memasukkan nasi dan ikan goreng.
Dava yang melihat tingkah laku sahabatnya yang memang sudah seperti saudaranya itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"hai pakdeku, " tegur Dava pada Revan.
"hum,kamu baru muncul ya? Makan aja dikamar, kaya nuna-nuna" ucap Revan.
" udah-udah makan aja dulu.jangan banyak omel" ucap mama Dava.
.
.
.
.
Setelah makan bersama, disinilah Angga sekarang. Ia harus membantu Dava mengetik makalah. Mana ia sendiri baru 2 makalah lagi.
Matanya malas menatap tulisan-tulisan dikertas, yang telah diringkas Dava, tinggal di salin ke laptop saja.
Dava? Ah. Dava sudah tidur pulas, dengan tenang.
" Dav, lo bagi gue ya, berani gak, gw hapus semua yang udah gue tulis." ucap Angga malas.
Tidak ada jawaban. Angga berbalik, dan,
"taik, udah tidur lagi."
Drrrtttt
Bunyi hp Dava mengalihkan konsentrasi Angga.
"Sapa sih?" gerutu Angga malas.Nomer baru?
" hallo? "
Jawab Angga.
" emm Hallo, sama ka Dava Ya? " jawab seseorang di seberang sana." iya dengan saya sendiri, maaf dengan siapa? " tanya Angga yang mengaku sebagai Dava.
"saya Desi kak, saya mau ngabarin soal Rain. " balas seseorang disebrang sana, dan tenyata Desi yang dikenal sebagai sahabat Rain."ohhhhh.. Rain, kenapa? " tanya Angga penasaran.
" Rain sudah 3 hari gak balik rumahnya kak, kata mamanya, ada masalah sedikit. " jawab Desi.
" what! Parah tuh cewe, udah kaya laki-laki aja. Yaudah, bakal dicari ajadeh." jawab Angga asal.
" ini beneran ka Dava kan?" ragu Desi.
" bukan! Hehehe..saya temannya. Tapi, tenang aja, saya bakal kasihtau ke Dava. "
Jawan Angga jujur.
" ohh_i iya kak. Makasih ya kak" balas Desi keburu malu."Dav! Dava! Davaaaaa! Panggil Dava cepat tanpa mematikan sambungan telfon dari Desi. Bangun Brooi! Rain hilang!!!!!" panggil Angga kuat-kuat.
Desi yang mendengar itu, ia hanya bisa tersenyum mendengar suara Angga yang sedang berusaha membangunkan Dava.
"iaaa... Apasih ngga" teriak Dava dengan suara seraknya.
"Rain hilang" ucap Angga datar.
"hah! Apa tadi? Ngomong apa tadi? " tanya Dava dan berusaha untuk bangun.
" Rain kabur dari rumahnya. Tadi temannya nelfon lu.. Ehh lu malah tidur. Yaudahh aku_"
" okey. Gw titip tugas gw ya, gw pengen nyari dia dulu." jawab Dava memotong pembicaraan Angga. Angga yang mendengar itu hanya diam dan mengangguk.
"bye Ngga. Balik, gw traktir deh" ucap Dava yang tengah menggunakan sepatunya.
" mmm.. Gak usah deh, itu, gw cuman pengen dibagi ya tugasnya. Copas, maksudnya. " ucap Angga.
Dava membalasnya dengan anggukan.
Lalu keluar.
.
.
.
Dava sudah pusing kepalanya mencari sigadis hujan yang sepertinya tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Dava sudah sangat lelah, dengan mata yang berat dan ia menundukkan kepalanya.
Menguap lagi..
Rasanya, Dava ingin sekali membaringkan tubuhnya diatas kasur empuknya.
"i'm so tired now"ucap Dava pelan.
Ia mencoba menguatkan dirinya sendiri, lalu mencari si gadis hujan lagi.
Ia berhenti didepan taman yang sepi itu.Dan,
Siapa itu?
"Kok kaya kenal ya? "ucap Dava pelan.
Lalu?
" loh, itukan sigadis hujan? Ngapain disitu? Inikan hujan,"
Bingung Dava melihat si hujan yang jam segini belum pulang."ngapain duduk sendiri pas hujan deras gini? Nanti sakit! " ucap Dava datar. Ia membuka jacket yang dipakainya, lalu menutup bahu si gadis hujan tersebut dengan jacketnya.
Dava menarik tangan si gadis hujannya kearah motor yang ia parkir tidak jauh dari tempat sigadis hujan tadi.
Sebelum naik keatas motor, Dava berbalik kearah gadis hujannya.
"maaf kalau gw ikut campur. Tolong! Jangan ngilang gitu aja, jangan buat orangtua kamu panik, jangan buat teman kamu panik, dan jangan buat GUE panik." ucap Dava dan menekan kata 'gue' agar si gadis hujan tadi mengerti bahwa cara dia menghilang, membuat banyak orang panik, tak terkecuali dirinya.
Rain hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu menunduk.
" Rain, gw gak bermaksud buat marahin lo, tapi kalau boleh jujur, gw takut kehilangan lo banget, gw.. " ucapan Dava tidak ia lanjuti.
Ia menarik nafas dulu lalu.....
"gw sa_ampus!!" teriak Dava ketika bunyi guntur yang mengagetkannya.
"yu_yuk pulang" ucap Dava sedikit gugup.
.
.
.Selamat membaca readers..
Jangan lupa vote ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara