44 END?

23 1 0
                                    

Kembali menjalani hari setelah 2 minggu dirumah menjalani proses penyembuhan, Dava benar benar merindukan suasana sekolahnya.
Ia melajukan motornya sambil sesekali bersiul Ia merasa bebannya selama ini telah hilang.
Setelah sampai disekolah,  segera ia memarkirkan motornya ketempat parkir.
Ia melihat murid-murid masih sedikit. Ya,  saking semangatnya ia datang sepagi ini...
Semua mata memandang tak percaya ke arah Dava yang berjalan santuy ke kelasnya dengan tangan ia sisipkan kedalam saku celananya.
Prok prok prokk
Itu suara tepukan tangan, Dava mengangkat wajahnya dan mendapati guru kesayangannya.
"ehhh selamat pagi pak Geo" sapa Dava
"wah wah wah,  seorang Dava adenara datang sepagi ini.. Bapak suka perubahan  kamu yang sekarang Dava,  kamu begitu kelihatan berkilau,  sampe bapak tidak menyangka itu kamu" ucap pak Geo.
"ahh bapak bisa aja" balas Dava sambil menyalimi tangan guru itu.
Pak Geo memperhatikan Dava dari atas sampai bawah.
Rapi.
Bersih.
Dan tamvan.
Yah yang terakhir itu tatapan para siswi disekolah Dava yang lalu lalang disekitar mereka.  Pak Geo menepuk bahu Dava, dengan bangga..
"lanjutkan nak.. Bapak dukung kamu sama dia"
Kriikkk kriikkk kriikkk..
Dava menggaruk kepalanya tak paham maksud gurunya itu.
Mengerti dengan tingkah Dava, 
"ya itu.. Perempuan yang waktu itu lari sama kamu dilapangan waktu saya kejar kamu" sambung pa Geo.
Tringg!
Ahhh Raina Rupanya
Dava tersenyum.
"kalau itu mah siap atu pak"
Jawab Dava.  Yah,  setelah semua yang telah ia lewati bersama si gadis hujannya itu,  ia mulai nyaman, dan mulai jatuh cinta pada gadis itu. 
Ia bahkan datang sepagi ini untuk bisa ada waktu menemui gadis hujannya.
Aahh... Kenapa lupa
Dava menepuk dahinya kuat.
"pak,  saya mau nemuin dia dulu dikelasnya.  Maap ya pak,  saya mau goes dulu" ucapnya.
Pak Geo hanya geleng geleng kepala.

"Desi" seseorang memanggil nama gadis  itu dengan berbisik.
Ia mengangkat wajahnya yang sedang fokus menggambar.
"tuh,  dipanggil ka Dava" lanjut si dinda teman sekelas Desi dan Rain.
Desi yang mengetahui itu langsung gelagapan,
Gugup sedikit
It's okay
Ia meyakinkan dirinya...
Dan melangkah menuju pintu kelas untuk menemui si most wanted yang akhir akhir ini harus berurusan juga dengan dia karna teman duduknya yang putri hening....

"maaf kak,  ada apa ya,  kaka manggil saya" tanya Desi sopan.
"kamu tau Rain dimana,  saya lihat lihat dikelas kamu gak ada tuh" to the point
Desi mengangguk,  Rain sudah 3 hari tidak hadir entah apa yang terjadi pada gadis itu.
"saya sudah tidak bertemu dia 3 hari yang lalu kak"
"terakhir,  saya lihat dia ngomong sama seseorang trus pergi. Pass didepan kelas"
Jelas Desi sedetai itu.
Dava kaget.  Siapa lagi itu?
"saya kerumahnya kemarin, kata mamanya dia lagi keluar sama seseorang".

"Cewek kak"
Lanjut Desi. Seolah mengerti arti tatapan Dava.
Siapa lagi yang mengenal Rain?
Apa gadis itu memiliki sahabat lain?
Setelah berterimakasih dan pamit pada Desi karna bell masuk baru saja berbunyi,  Dava sesegera mungkin masuk kekelasnya.
.
.
.
.

"setelah pulang sekolah,  kita ngumpul kuy"
"ayo"
"Dimana? "
"aku mah manut jeu"

"sorry guys, gw gak bisa ikut kalian,  gw ada urusan bentar"

Semua teman teman Dava menatapnya bingung.
"urusan apa Dav? " ucap Angga.
"gw, gw harus ke rumah si Rain. Tau dah 3 hari gak datang sekolah kata Desi temannya,  akhir akhir ini dia sering ketemu sama seseorang, gw tak.. "
"ya astaga Dapa Dapa... Lo kalo belum ngikat, jangan so cemburu,  bagaimana bisa kamu cemburu sama orang yang bukan siap.. "
"dengar dulu Vin"
Potong Maliq karna Kevin memotong ucapan Dava yang belum selesai berbicara.
"hah...
Seseorang itu,  cewek,  dan gw gak tau siapa? " gw takut dia diapa apain sama orang lagi"
Lanjut Dava.
"okay okay...kalau lo udah dapat kabar,  segera hubungi kami kami" ucap Angga diikuti anggukan teman teman Dava lainnya.
"thanks,  bye" lanjut Dava dan segera berlari ke motornya yang terparkir manis ditempat parkiran.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang