Biarkan masalalu menjadi masalalu
Kring!!!!!
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Senyum bahagia tercetak jelas diwajah siswa-siswa.
"Dava adenara? " panggil seseorang.
"iya pak? "
Refleks Dava berbalik. Dava menatap guru matematika.
"ada yang perlu kamu tuh. Diluar" ucap pak guru itu sambil merapikan buku-bukunya.
"siapa pak? Adik kelas? "
Tanya Dava lagi. Takut-takut itu adik kelasnya yang katanya teman dari si gadis hujan.
"bukan. Udah, kamu keluar aja. Lihat sendiri sana"
Suruh pak guru itu.
Dava cepat-cepat merapikan buku-bukunya,menyampirkan tasnya dibahu kiri, lalu pamit ke pak guru dan keluar.
Ada seseorang, bukan anak sekolah yang seperti Dava harapkan. Orang itu berbalik lalu,
"Luci? "
Kaget Dava.
Gadis itu tersenyum.
"apa kabar Dav? "
Kalau Dava punya magic menghilang, maka Dava akan memilih menghilang dari hadapan gadis umur satu tahun lebih tua darinya ini.
"Dava, kamu belum mau pulang? "
Tiba-tiba pak Rian datang dengan kayunya yang setia ditangannya.
"eh. Iya. Eh. Ini mau pulang pak"
Ucap Dava terbata-bata, kaget dengan kehadiran Pak Rian.
"ohhh.. Ini siapa Dav? "
Tanya pak Rian, saat melihat seseorang yang bukan merupakan anggota dari sekolah ini.
"ohh Lucia pak. Pacar Dava"
Ucap Dava sambil mengulurkan tangan.
"pacar? "kaget Pak guru itu, tak menyangka seorang Dava Adenara yang terkenal cuek itu punya pacar.
Pak Rian menatap Dava tak percaya.
"dia bukan pacar saya pak.
Dia itu mantan saya. "
Ucap Dava. Terlihat sekali ia sedang menahan emosinya.
"ohh.. Ya sudah kalian pulang sana, kamu juga Dav, ini udah jam pulang sekolah. Jangan buat orangtua kamu kuatir," ucap pak Rian seraya berbalik ke arah kantor guru.
"lo dengar kan gw disuruh pulang. Gw balik dulu. "
Ucap Dava lalu pergi meninggalkan Luci.
"Dava! Tunggu."
Teriak Lucia sambil mengejar Dava.
Dava berusaha menghindar dari Lucia dengan mempercepat langkahnya.
Ketika ia sudah jauh dari gadis itu, Dava menaiki motornya, menghidupkan motornya, lalu keluar dari gerbang sekolah.
Ketika hendak melaju motornya, ia melihat seorang gadis,
"Rain? "
Kaget Dava memberhentikan motornya dipinggir jalan, lalu turun. Seorang gadis berseragam sama dengannya, berdiri sendiri seperti sedang menunggu seseorang.
"Rain? "panggil Dava ketika sudah hampir sampai pada gadis itu.
Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menolehkannya pada Dava.
"kamu nungguin siapa? " tanya Dava pelan
"bapa kamu?"
Tanya Dava lagi. Gadis itu mengangguk.
"aku antarin, mau? "tawar Dava lagi.
Gadis itu menggeleng lagi.
"Aku temenin ya?" tawar Dava lagi.
Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk.Dava tersenyum pada Raina lalu berdiri disamping Raina dan bercanda gurau dengan Raina yang hanya ditanggapi senyuman."katanya, mau pulang cepat! "
Teriak seseorang memberhentikan tawa Dava dan senyuman Raina.
"ngapain berdiri disini?"tanya Lucia dengan tampang wajahnya yang terlihat kesal.
"mau nemenin adik kelas nungguin bapanya.
Kenapa emang? " tanya Dava santai membuat emosi Lucia naik tingkat Dewa.
"emang dia siapa, sampai lo rela temenin dia? " tanya Lucia lagi.
"urusannya sama lo apa? " balas Dava yang terlihat tenang.
"gw PACAR lo. Gw berhak buat tau hubungan lo sama dia"
Ucap Lucia dengan Dava yang tak kalah cepat membalas apa yang Lucia katakan.
"lo bukan pacar gw. Gw bahkan gak kenal sama lo. "
Ucap Dava.
"ahahaha... Gw gak tau lo seplayboy ini! "
Teriak Lucia.
"gw tau lo Dav. Lo itu cinta mati banget sama gw. Lo pasti udah dipengaruhi sama cewek ini! "
Ucap Lucia sambil menunjuk Rain yang terlihat bingung dengan apa yang ia lihat.
"dengar! Gw gak pernah cinta sama lo! Gw kasihan sama lo aja, makanya gw pacarin ello!" balas Dava dengan mengikuti Rain yang sedang berusaha menarik Dava.
Rain mendorong Dava ke arah motornya.
Lalu berbalik kearah tempat ia berdiri, namun baru selangkah Dava menahannya.
"jangan kesana, gw takut lo diapa-apain sama dia. Biar gw antar yah? "
Ajak Dava.
Rain terdiam sebentar, lalu mengangguk.
Dava tersenyum senang, lalu naik keatas motornya diikuti Rain lalu melajukan motornya.
Dibelakang mereka Lucia mengepalkan tangannya, dengan Wajah yang tak kalah emosinya.
Ia menatap Rain dengan tatapan yang sangat marah.Lumaya panjang ya guys.
Jangan lupa votenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara