Jatuh cinta
Motor Dava berhenti tepat didepan rumah Rain.
Rain turun dari atas motor Dava dan tersenyum pada Dava lalu memasuki gerbang rumahnya. Dava menunggu Rain masuk kedalam rumahnya, lalu ia menghidupkan motornya dan pergi meninggalkan tempat itu.
Sepanjang jalan pulang kerumahnya, Dava terus memikirkan Si gadis hujan itu.
Ia takut gadis hujan itu diapa-apakan oleh Lucia.
Secara Lucia itu tipe perempuan yang posesif dan melakukan apapun untuk kebaikannya sendiri."Dava.
Dava!!! "
Teriak mama Dava dengan emosi yang memburu.
"iya ma? "
Tanya Dava ketika sadar mamanya tengah berteriak memanggil namanya.
"ada apa ma? "
Tanya Dava tenang.
"kamu dari mana aja hah?!" teriak mama Dava.
"habis ngantar teman ma" ucap Dava tenang sambil berjalan ke arah mamanya dan mencium tangan mamanya.
"kamu itu, jangan bohong sama mama ya, kamu pasti bohong sama mama kan? " ucap mamanya emosian.
"adoohhh.. Mama, Dava beneran kok. Jujur" ucap Dava sambil menunjukkan tampang seriusnya.
"emang siapa teman yang kamu maksud? "
Tanya mamanya sedikit serius.
"ada lah, nanti Dava kenalin deh" ucap Dava sambil berlari masuk kekamarnya setelah mengedipkan sebelah matanya ke mamanya itu.
Mamanya yang melihat tingkah anaknya yang aneh itu, berteriak bertanya kepada anaknya soal teman yang dimaksud Dava. Namun sia-sia saja sepertinya. Dava sudah berlari lebih dulu kedalam kamarnya.
"besok kamu bawa teman yang kamu maksud itu ke rumah. Kalau nggak, mama bakal ngurungin kamu didalam kamar" teriak mama Dava. Dava yang mendengar itu berteriak membalas mamanya
"emang kucing! "
Mamanya hanya cekikikan-cekikikan sendiri didapur......
Bulan bintang sudah menjadi teman malam Dava. Malam ini mata Dava sepertinya masih kuat. Ia menatap hpnya yang menampilkan wajah seorang gadis cantik. Itu,
"adek marah ya sama kaka? "
Tanya Dava pelan.
"maafin abang ya dek, kayanya abang gak bisa bareng sama dia lagi. Dia itu egois dek"
Ucap Dava pelan.
Dia gak seperti adek pikirkan. Dia itu ninggalin kaka, karena dia ninggalin kaka pas kaka depresi Karen ditinggal adek" ucap Dava pelan.
Yah foto gadis yang ia lihat adalah adiknya sendiri......
Pagi ini matahari begitu terik.
Dava masih terlelap dalam tidurnya. Sudah berulang kali mamanya membangunkannya. Apalah daya, mata Dava masih setia tertutup menikmati kopi hangat mimpinya.
Sampai akhirnya ia bangun sendiri dengan sedikit berat sebenarnya.
Setelah bersiap-siap, Dava menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
07.37 oke gw telat!
Ucap Dava dalam hati. Ia sudah merencanakan ini dari malam. Ia sedang malas mengikuti les pertama. Ia menyalakan motornya lalu melajukannya keluar pekarangan rumah."Dava, Dava sudah baik 4 hari ini kamu gak telat. Kok sekarang telat lagi sih! " ucap pa guru berkumis tipis itu.
"maaf pak. Saya kesiangan, "
"iya! Kamu kesiangan. Yang bilang kamu kepagian siapa coba? " ucap pa guru itu memotong pembicaraan Dava. Menatap datar, Dava hanya terdiam malas.
"ya sudah. Seperti biasa tugas kamu kalau terlambat. Tapi, tamba satu lagi ya, rapikan perpustakaan" ucap pa Rian sambil tersenyum miring.
"yah. Pak ko tambah-tambah sih!
Biasanya juga bersih-bersih toilet"
Protes Dava.
"oh. No! Gak ada penolakan. Yang punya hak memutuskan adalah saya. Kamu cepat laksanakan. Sampai habis. Yah kalau telat, gak usah ikut les kamu. " ucap pak guru itu enteng. Dava menatapnya datar, sambil berusaha sabar.Semuanya sudah ia selesaikan. Sekarang ia sedang menikmati waktu istirahatnya diperpustakaan. Siapa yang peduli dengan pelajaran-pelajaran hari ini? Sorry gw capek. Ucapnya tadi sebelum memutuskan untuk istirrahat diperpus. Yang paling tenang dan aman. Ia membuka hpnya.
Good morning rain:)Send to rain.
Ia melihat ulang pesan yang ia kirim, lalu senyum-senyum sendiri.
Iya kak? Lagi gak ada les ya kak?Getar hpnya mengagetkannya. Ia cepat-cepat membuka hpnya, dan benar. Itu dari sigadis hujan.
Gak tau. Kamu lagi gak ada les ya?
Balas Dava cepat. Belum sampai semenit. Hpnya bergetar lagi. Ia membuka hpnya, ada pesan masuk lagi dari si gadis hujan.
Loh. Kok gak tau sih kak? Iya ni kak. Pa gurunya lagi keluar kota kata bu debi.
Dava dengan cepat membalas chatingan si Rain.
Lagi di perpus dari pagi. Biasa, gara-gara telat, dihukum pa Rian.
Wah. Aku tunggu di taman belakang sekolah ya,Ketik Dava sambil terkikik geli.
Getar lagi hpnya.Ohh. Kenapa telat?
Ngapain kesana?Dengan lihai Dava memilih huruf-huruf yang akan menjadi kalimat yang panjang.
Entar aja aku jelasin. Ada perlu. 15 menitan lagi kita ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Roman pour AdolescentsBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara