Cinta itu, rahasia hati.
Setelah mengantar gadis hujan itu, Dava pergi ke rumah Angga.
Disana sudah ada teman-temannya yang lain.
Ada Kevin, Maliq dan yang paling berbeda, Stasya.
Ngapain tu kunti disini?
Dava membatin.
Ia memasuki rumah besar milik Angga dan duduk disamping Maliq.
Maliq yang menyadari keberadaan Dava, langsung menyapanya.
Begitupun yang lainnya.
"Darimana Dav? "tanya Angga yang bingung, mengapa baju seragam Dava masih setia ia pakai.
"Dari Rain"
Jawab Dava singkat, sambil sibuk menuliskan sesuatu
"cieee... Apel mulu lo.
Udah pacaran? "
Tanya Angga yang sukses menarik perhatian teman-temannya.
"nggak. " ucap Dava
"Babang Dava gak usah boong deh. Boongkan dosa, "
Ucap kevin dengan bahasa alay ples lay-laynya.
"gw gak pacaran sama dia.
Tadi dia minta ke gw buat ngantarin dia ke makam Dea. "
Ucap Dava dengan satu tarikan nafas.
"seriosly?"tanya Stasya ikut nimbrung.
Dava mengangguk.
"Dav. Lo udah cerita ke dia soal Dea? "
Tanya Stasya lagi.
Dan lagi-lagi dijawab dengan anggukan.
"oke. Fix. Lo suka sama dia. "
Ucap Stasya seolah-olah memantapkan apa yang Dava pikirkan selama ini.
"apa sih ti. Gak usah sok tau lu. Lo_"
Belum selesai mengucapkan kata-kata penolakan Stasya langsung memotongnya.
"no brother, bukan hanya suka tapi cinta.
Nih ya, kalau lo gak cinta sama dia, kenapa lo sampe rela hujan-hujanan buat nolongin dia? "
Tanya Stasya.
"gw niat aja mau nolongin dia"
Balas Dava. Yang lain hanya diam melihat kedua sahabat mereka mendebatkan perasaan Dava pada gadis hujan itu.
"Oh.. Jadi niat nolongin.
Nolonginnya 24 jam?
Ya ampun Dav. Gw kenal elo.
Lo itu orang paling egois yang gak pernah nolongin orang.
Lo itu manusia es yang merasa hidup sendiri di bumi.
Mana pernah nolongin orang.
Sekarang, lo intropeksi diri deh. Tanya sama diri lo sendiri. Lo beneran gak suka eh gak cinta sama Cewek itu? " ucap Stasya panjang lebar.
Dava terdiam. Cukup lama.
Yang lain? Mereka juga sibuk menunggu reaksi Dava.
"cinta itu rahasia hati.
Hati gw belum ngebongkar rahasia itu.
Jadi, gw gak tau gw suka atau gak sama dia. "
Ucap Dava akhirnya, sambil melanjutkan apa yang ingin ia tulis.
Stasya dan yang lainnya hanya diam membisu."caelah. Ini itu lemnya dikit aja. Jangan banyak-banyak. Entar keranya basah." ucap Maliq, sambil mengunyah pisang goreng buatan ibu Angga.
"kera lo bawa-bawa."ucap Angga mengamuk
"Jir.. Maksud gw kertas ogeb" ucap Maliq tak mau kalah.
"lah si manusia ngomongin kera sama kertas. Entar keranya bisa nulis, kabur lo semua." ucap stasya yang baru saja dari dapur, membantu mama Angga menggoreng pisang.
"ehhh... Kera emang udah hebat nulis.
Lo gak lihat disamping gw nih? "
Ucap Kevin menunjuk Revan, yang daritadi sibuk menulis.
"lo kalau gak di ulek, diam deh. Revan lagi serius kerja tuh"
Ucap Angga mengingatkan
Sambil melihat kearah Revan yang memang sedari tadi sibuk menulis.
Revan menatap Kevin, lalu mengambil pisang goreng dan dimakan dengan masih menatap Kevin.
Kevin menelan salivanya susah.
"Sya, air ada? " tanya Dava tiba-tiba.
"ooohhh.. Bentar gw ambilin". Ucap Kevin yang bangkit dari duduknya lalu berlari ke arah ruang makan.
Stasya, Angga, dan Revan yang melihat itu, menertawai Kevin yang sudah lari terbirit-birit.
"penakut lo! "
Teriak Stasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara