Bantuan? "
Tanya mereka serempak.
Dava mengangguk.
"gw kepengen tau nama gadis itu.
Dan, gw udah usahain itu, gw cari tau dari orang tuanya tapi orang tuanya malah nyuru gw buat cari tau dari anak mereka sendiri"
Dava menghembus nafas lelah.
"apa perlu gw buntutim tu cewek, trus dengar orang-orang manggil namanya, atau gimana? "
Tanya Dava pada kedua sahabatnya yang mendengarnya begitu serius.
Setelah itu, mereka berdua berpandang-pandangan lalu mereka menatap Dava lagi dan Angga mengusulkan sesuatu.
"emm.. Menurut gw, sebaiknya lo deketin dia aja Dav.
Karena kalau ngebuntutin dia itu kaya..lucu aja. Parahnya, kalau sampai lo ketahuan gimana. MALU"
ucap Angga sambil menekan kata Malu pada Dava.
Dava menatap mereka,
"trus gw harus deketin dia gitu? ".
Angga dan Stasya mengangguk.
"okey. Gw coba ya, "
Ucap Dava.
"lo suka ya sama dia?"
Tanya Stasya.
"gak. "
Jawab Dava singkat.
"trus kenapa lo nanya-nanya soal dia? "
Tanya Stasya lagi.
"ahh. Banyak tanya. Kalian lanjutin aja kencannya yah, gw mau balik. Hujan udah mulai deras. Malas gw nunggu lama disini"
Ucap Dava menghindari pertanyaan yang menurutnya membingungkan untuk mencari jawabannya.
Angga dan Stasya hanya mengangguk saja.Jalanan betul-betul sepi. Hujan semakin deras, dan harus ekstra hati-hati.
Sedang fokus dengan jalan yang tertutup kabut, Dava melihat ada situkang penjual martabak yang sedang berjualan.
Martabak speisal?
Pikirnya.
Dava memberhentikan mobilnya, tepat di dekat tempat jualnya martabak.
Ia keluar dengan menggunakan payung yang cukup besar, lalu berlari ke arah penjual.
"mang, martabak speisal dua"
Pesan Dava pada penjual.
"okey den"
Sambil mengacungkan jari jempolnya Mamang penjual martabak itu mulai menjalankan aksinya.
Dava merapatkan jeket dibadannya.
Dingin. Itulah yang ia rasakan.
Tiba-tiba, Dava melihat ada orang yang sedang berusaha berteriak karena tasnya ditarik paksa.
"Jambret! "kagetnya. Penjual martabak tidak mendengar apa yang ia katakan karena jarak diantara mereka cukup jauh. Dava menitip payung pada Mamang itu lalu pergi ketempat si jambret.
Manusia-manusia. Ujan deras kaya gini masih aja ada yang ngejambret.
Ucap Dava dalam hati, sambil berlari ketempat orang dijambret.Satu tendangan untuk orang yang sedang menarik tas wanita itu.
Orang itu kaget dengan apa yang terjadi.
Preman tadi bangkit lalu hendak memukul wajah Dava. Dengan sigap Dava menahan tangan preman lalu memukul balik preman tadi.
Preman tersebut lari bersama temannya menaiki motor yang mereka bawa.
Dava berbalik melihat wanita yang ia tolong.
Wanita itu menunduk. Dava mendekatinya, dan apa yang terjadi.
Itu adalah gadis yang selama ini menjadi trend topic dalam pikirannya.
Dengan badan yang basah kuyup akibat hujan yang tidak berhenti
Dava menarik gadis itu kearah mamang penjual martabak yang sudah lama menunggunya.
Dava mengambil pesanannya lalu membayar.
Dava tetap menggenggam tangan gadis itu.
Dan menariknya kearah mobil yang ia bawa.
Setelah sampai didalam mobil, Dava menatap gadis itu.
"lo gak papa kan? "kalimat pertama yang ia berikan setelah lama menatap gadis yang sedang menunduk.
Gadis yang mendengar jawabannya mengangkat kepalanya dan mengangguk sebagai jawaban.
"emm.. Hei
Gw boleh minta nomor tlp lokan?"
Tanya Dava sedikit gugup.
Gadis yang mendengarnya pun terkejut.
Lama sekali mereka saling menatap, sampai akhirnya gadis itu, mengangguk.
Dava tersenyum senang.
Lalu dengan cepat ia memberikan hpnya.
Lalu meminta hp gadis itu dan mengetik nomornya.
Setelah itu mereka mengembalikan hp mereka masing-masing.
"emm.. Nama lo? "
Tanya Dava pada gadis itu.
Gadis itu menunjuk kearah luar.
Seperti mengerti apa yang dimaksud Gadis itu. Dava bertanya lagi.
"emang nama lo beneran hujan? "
Tanyanya lagi. Dan diangguki oleh si gadis didepannya.
Dava mengangguk pelan, lalu menulis nama gadis itu hujan dalam bahasa inggris.
RAIN.
biar tidak terlalu lucu
Dava menunjukkannya pada gadis itu.
Gadis itu tersenyum. Manis sekali.
Gadis itu mengangguk senang.
Lalu Dava menyimpan hpnya kembali pada tempatnya dan mulai mengendarai mobilnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/152423354-288-k854436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara