"Dava kita sudah tau siapa pelaku utamanya.
Suruhannya sudah ditangkap siang tadi. Kita tinggal menunggu kabar, pak polisi tengah mencari pelaku utamanya, karena menurut pengakuan perampok itu,mereka disuruh oleh seseorang.
Dan orang itu,"
Dava penasaran akan lanjutan dari omnya, Revan.
Siapa pelakunya?
"Dan orang itu perempuan" ucap om Revan.
"perempuan? Siapa? " tanya Dava sambil melihat kearah omnya dan Angga.
Angga mengangkat bahunya tak tahu begitupun dengan Revan.
"kita juga gak tau" jelas Angga.
Kini mereka tengah berada di kantin rumah sakit.
Mengisi perut dan membahas masalah ini.
"semoga saja, polisi dapat menangkap pelakunya besok" ucap Revan.
Sudah sangat lelah dengan drama yang dibuat oleh sipelaku.
Cukup menguras tenaga dan pikiran.
.
.
.
.
Pagi menyelimuti kota sibuk itu. Cahaya memaksa masuk di celah-celah jendela yang beralaskan kain gorden.
"Dav, ayo bangun kamu harus ke Sekolah kan? " papa Dava berulang kali membangun anak laki-lakinya ini, namun nihil Dava sama sekali tidak bergerak.
"pagi mas," sapa om Revan dengan membawa baju dan tas sekolah pesanan Dava.
"oh, pagi Revan. Huuh kamu bangun kan Dava sana, dari tadi mas sudah berusaha bagunkan tapi mana bangun dia, nanti terlambat ke Sekolah baru tau." curhat papa Dava.
"hahaha... Iyaiya mas, woy Dav bangun!" ucap Om Revan, dengan mengusap wajah Dava, dengan sesekali menjepit hidungnya.
"issss apaan sih Rev. Mata gw berat banget buat kebuka nii" Ucap Dava sambil berusaha membuka matanya.
"ahahha.. Bo'ong banget sih lo. Udah ah, cepat bangun, trus siap ke sekolah. Nih baju sekolahnya" ucap Revan sambil membuang tas sekolah Dava.
Dava bangun dengan mata yang masih tertutup.
Setelah kesadarannya sudah kembali, ia segera masuk kamar mandi diruangan mamanya, dan bersiap-siap.
...
Dava melangkahkan kakinya agak cepat menuju ruangan si adik kelasnya.
Rain.
Masih banyak waktu untuk bertemu si adik kelas.
Rumah sakit dan sekolahnya pun jaraknya cukup dekat.
Yah, lebih dekat daripada rumah-sekolah."pagi tante, pagi om" sapa Dava ketika membuka pintu itu.
"pagi Dav" jawab papa Rain, yang tengah memakai dasinya. Sepertinya akan kekantor.
"pagi nak" jawab mama Rain.
Dava mendekati tempat tidur Rain.
Rain menatap Dava dengan bibir yang sedari tadi melengkung ke atas.
"gimana keadaan Rain Tante? " tanya Dava pada mamanya Rain.
"huh, puji Tuhan, Rain sudah bisa pulang besok nak Dava. Kata dokter, Rain sudah sehat seratus persen" jawab mama Rain dengan senyuman yang sedari tadi tergambar dibibirnya.
"wah. Syukurlah. Berarti, tidak lama lagi kamu masuk sekolahkan? " tanya Dava berbalik menghadap Rain. Rain mengangguk sebagai jawaban.
"syukurlah, oh ya.
Om, tante, mm Rain aku ke sekolah dulu ya, " pamit Dava dan dibalas anggukan oleh mereka. Dava menyalimi kedua orangtua Rain dan keluar dari ruangan itu.
Oh, sebelum keluar dari ruangan itu, Dava menatap Rain dan Rain balik menatap Dava.
Bye ucap Dava tanpa suara dan tersenyum.
Rain balas tersenyum.
Dia manis, percayalah. Ucap Dava dalam hati.---
"Dav, bagaimana keadaan si adik kelas? " tanya Maliq, ketika pelajaran baru saja selesai.
Yah, hari ini sekolah Dava terlihat baik-baik Saja, jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Ia lebih tenang dan lebih bersemangat mengikuti pelajaran.
"sebentar lagi akan dikeluarkan dari rumah sakit"
Jawab Dava.
"wah, serius? Syukurlah. Semoga kasusnya juga cepat selesai yah, " ucap Maliq ikut senang mendengar kabar siadik kelas.
"Angga! " panggil Dava pada Angga yang tengah berbelanja di kantin sekolah.
Angga berbalik, ketika mendengar namanya dipanggil.
"ada apa? " tanya Angga, ketika sipemilik suara yang memanggil namanya tadi, sudah mendekatinya.
"lo ngapain jajan lagi, inikan mau pulang, " tanya Dava bingung.
"gw gak jajan" balas Angga.
"udah mbok? Dibungkus ya, mbok" ucap Angga pada ibu pemilik penjual dikantin itu.
Dava melihat apa yang dibeli Angga.
"untuk siapa? " tanya Dava ketika melihat yang dibeli Angga.
"Desi, temannya Rain" jawab Angga sekenanya.
Mendengar itu, Dava mengangkat alisnya kaget.
"kok lo bisa sedekat itu sama Desi? " tanya Dava.
"gw ketemu dia didepan toilet tadi. Kasihan mukanya pucat banget tadi.
Pasti dia malu kalau jalan.
Malu dilihat orang, dia lagi tembus."
Dava yang mendengar itu hanya bisa beroh ria saja. Semoga tidak ada perasaan yang tumbuh diantara mereka.
Angga itu milik Stasya.
Ingat! Milik Stasya.
Angga dan Staasya tengah menjalin hubungan jarak jauh atau kata orang muda jaman sekarang LDR jadi ya, takutnya, rasa cinta mereka hanya seperti bloototh; yang dekat terhubung, tapi kalau jauh putus.
Dava menghembuskan napasnya, ketika mengingat bagaimana beratnya Angga ataupun Stasya ketika berpisah.
"Dav, lo mau ngelamun disitu berapa lama? Gw udah selesai antarin pembalut buat Desi tadi, ayok pulang" ajak Angga, mengganggu lamunan Dava tadi. Dava hanya mengikuti Angga dari belakang.
.
.
.
.
.
"gimana mama, nak Dava? " tanya tante Dian pada Dava.
"hmmm, udah baikan sih. Hanya aja, Dava harus banyak sabar;karena mama mulai sadar kembali kalau Dea itu ada" jawab Dava dengan tatapan lurus kearah lantai.
" huh, yang sabar ya nak. Tante yakin, mama nak Dava bakal sembuh" ucap tante Dian, menguatkan Dava
" makasih tan".
Tante Dian adalah ibu dari Angga, sahabat kecil Sekaligus tetangga Dava, yang selalu ada untuk Dava.
Dava tengah berada dirumah Angga, menunggu sang sahabatnya yang sedang bersiap-siap, karena setelah dari rumah Angga, mereka akan ke kantor polisi menanyakan bagaimana kabar kemajuan kasus Dea, adik Dava.
"ayo Dav, udah selesai nih" ucap Angga tiba-tiba muncul
"akhirnya, selesai juva lo, lama bat dah" ucap Dava, dengan bahasa gaulnya.
"apa sih, lucu banget lo pake gaya bahasa yang kek gitu.
Sangat-sangat tidak cocok" jawab Angga.
"kalau masih mau debat, gak usah jalan aja sekalian kalian berdua ini ck ck ck" tegur tante Diana pada dua lelaki yang tadi sempat beradu mulut
"hehe, iya tan.
Kami jalan dulu ya" ucap Dava pelan, dan berpamitan dengan sopan pada wanita cantik yang kulit tengah otw keriput.
.
.
."hah, cepetan!" teriak Angga pada Dava yang tengah berjalan sambil fokus menelepon.
Mereka kini telah sampai pada tujuan mereka; kantor polisi.
" ya, sabar." balas Dava setelah menutup telponnya.
Ketika akan masuk ke dalam ruangan yang cukup ramai itu, Dava dan Angga bertemu dengan papa Angga.
"kalian kok kesini tidak kasih tau papa sih" kaget pak Andra.
" iya pa, soalnya tadi juga tiba-tiba aja pengen tau kemajuan berita tentang kasus Dea" jawab Angga.
Memdengar itu, pak Andra mengangguk mengerti. Segera ia mengajak Dava dan anaknya Angga, untuk masuk kedalam kantornya.
...
"jadi begini nak Angga. Pelaku yang kita cari ini, sepertinya telah mengetahui bahwa dirinya tengah dicari.
Sepertinya, anak buahnya, masih ada lagi. " ucap pak Andra.
Dava yang mendengar kabar itu, kaget.
Bagaimana bisa pelakunya bisa secepat itu tau.
Perasaan baru kemarin, anak buahnya ditangkap.
"lalu, bagaimana ini om? " tanya Dava.
"yah, kita harus berusaha mencarinya, sebelum pelakunya pindah keluar kota atau pindah keluar negeri."
Jelas pak Andra.
Dava menarik napas dalam-dalam, lalu menundukkan kepalanya.
"Dav,lo gak pa pa kan?" tanya Angga melihat Dava yang sepertinya,lemah, karena mendengar kabar itu.
Dava hanya mengangguk sebagai jawaban.
.
.
.
.
Setelah berbincang-bincang dengan pak Andra sebentar, Dava dan Angga pamit pulang.
"Dav, habis ini kita langsung ke Rumah Sakit?"
Tanya Angga
Dava mengangguk sebagai jawabannya.
Ketika hendak membuka pintu mobilnya,
Kringggg
"sabar bro, ada telpon nih" ucap Dava.
Ia menutup kembali pintu mobilnya, begitupun dengan Angga.
"ya, hallo" jawab Dava setelah menaruh hp pada telinganya.
"kapan!? " teriak Dava, membuat Angga ikut berbalik menghadap Dava ketika Dava teriak.
Dava segera memutuskan sambungan telponnya,dan segera membuka pintu mobilnya, dan masuk.
Angga yang penasaran langsung mengikuti Dava, masuk ke dalam mobil.
"cepat ngga, nyalain mobilnya, Rain diculik kata Desi tadi. " ucap Angga
"hah! Kok bisa? Siapa yang nyulik?" tanya Angga.
Dava menggeleng.
"katanya, Desi dan mama Rain tidak sadarkan diri tadi, ketika Rain diculik." jelas Dava.
Buruk! Ini buruk, satu hari ini, ia benar-benar mendapatkan kabar buruk. .
.
."kita langsung cek CCTV aja Dav" ucap Angga setelah mendengar cerita dari Desi dan mama Rain.
Mereka segera pergi ke tempat, dimana dapat ditampilkan apa yang terjadi.
"hah, siapa orang itu! " ucap Angga ketika mereka berasil mendapatkan video penculikan Rain, melalui CCTV.
Kringg!
Bunyi hp Dava memudarkan semua hal-hal yang tengah ia pikirkan.
"ya hallo, ini siapa? " tanya Dava.
"oh lo kev, gimana, udah dapat?" tanya Dava berusaha tenang.
" oke, gw segera kesana" ucap Dava kemudian, lalu menutup sambungan telepon dengan Kevin sahabatnya, yang tadi Dava minta untuk mengecek video di tempat parkiran dan sekitaran rumah sakit.
"gimana Dav? " tanya Angga tidak sabar.
"Kevin minta kita ke depan, dia lagi nunggu kita disana" ucap Dava pelan.
"yaudah yuk, oh pak, tolong segera diperiksa ya pak, teman saya juga lagi berusaha buat dapetin titik terangnya." ucap Angga pada security rumah sakit itu.
Mereka mengangguk, lalu mengutak atik computer untuk mencari jalan keluarnya.
...."udah dapat? " tanya Dava ttp ketika bertemu kevin yang tengah mengutak-atik laptop yang ada didepannya.
"udah. Ini plat ED mobil si penculik.
Kita lacak sekarang posisinya" ucap kevin lagi.
"gimana caranya? " tanya Angga tak paham.
"kaya baru kenal aja lo sama gw, teknologi udah canggih bro, bukan hanya buat main ga_""cari dulu, jangan banyak ngiming lu" potong Angga.
"takut dibilang gatek."jalan Dav, nih posisi mobil sipenculik." ucap kevin, ketika sudah berhasil mendapatkan posisi si penculik.
" jauh bat tuh" teriak Angga.
Dava segera melajukan mobilnya, ketika melihat dimana tempat sipenculik.
"lo, yakin benar ini? " tanya Angga ragu.
"selama itu menuju kearah titik terang, ngapain ragu" ucap Kevin yang kelihatan jengah dengan keraguan sahabatnya Angga.
"telepon, om gw Ngga, kastau kita mau kemana, dan buat apa, biar bisa bantu kita" ucap Dava.
"oke. Sekalian teman-teman ya, " ucap Angga.
" minta tolong papa lo Ngga, sapa tau penculiknya banyak orang" ucap Kevin lagi.Walah, akhirnya bisa ngeupload juga.
Sorry bat ya guys, lambat banget nih.
Semoga masih setia baca cerita ngawur ako.
Jangan lupa voment ya,Love kalian reader setia gw.
Btw, kalau ada yang kurang, bisa komen. Disini, biar gw sekalian perbaiki.💕💕💕
![](https://img.wattpad.com/cover/152423354-288-k854436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara