"Rain, kamu tau apa yang speisal dari senja? "
Tanya Dava pada Rain ketika sedang duduk dipinggir pantai sambil menikmati udara sore dipantai.
Rain melihat ke arah matahari yang hendak tenggelam itu sambil tersenyum.
Ia mengambil hpnya lalu menuliskan sesuatu dan dikirim pada Dava.Indah.
Dava membacanya sambil tersenyum.
"ia, indah, cantik.
Dan kamu lihat, cahaya senja mengenai kamu.
Cantik sekali."
Ucap Dava sambil kembali menatap sang matahari.
Gadis itu tersenyum lagi.
"oh iya, kamu mau dengar cerita tentang seseorang? "
Tanya Dava. Rain yang mendengar itu hanya mengangguk.
"okey, dengar ya.
Nama orang ini, Dava Adenara.
Antonius Dava Adenara. "
Rain langsung menghadap Dava bingung."dulu, dia mempunyai seorang adik.
Cantik. Kaya kamu.
Mereka selalu bersama, tapi tidak pernah saling dekat,
Selalu bertatap muka, tapi tidak pernah peduli.
Kamu tau kenapa?
Karena Dava Adenara itu, orangnya gak pedulian sama orang lain.
Dia lebih mementingkan diri sendiri.
Mereka punya keluarga yang lengkap.
Ada papa dan mama.
Tapi mereka sibuk, sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri.
Sampai, suatu hari, seseorang pergi begitu saja.
Jelas, itu adik Dava, pergi, tidak pamit.
Sepulang sekolah.
Dibawah hujan deras. Dia jatuh bukan karena tergelincir, tapi karena detak jantungnya berhenti. "
Ucap Dava sambil menahan napasnya.
Air matanya telah jatuh.
Jatuh membasahi pipinya.
Rain mendengar dengan seksama.
Bahkan ia sendiripun merinding.
Rain menarik sebelah tangan Dava lalu mencoba untuk menenangkan Dava dengan cara mengelus bahu Dava. Menenangkan.
"hari ini, hari ulang tahun dan hari kematiannya, Rain"
Ucap Dava lemas.
Rain kaget, kaget sekali.
"Rasanya belum pantas Dava menemuinya di sana.
Belum. "
Dava berucap sambil berusaha menahan tangisnya.
Rain menarik Dava bangun,
Berjalan ke arah mobil.
Setelah sampai di mobil, Rain meminta Dava untuk pergi ke suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara