36

76 3 2
                                    

Dava memasuki rumahnya dengan tatapan datar.

"Dava, darimana aja kamu? " tanya om Revan.
Dava menarik nafasnya, lalu ia berbalik menatap Revan dengan tatapan datar. Tanpa berkata sepatah katapun,
ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
Dava berbaring ditempat tidurnya yang empuk dan nyaman itu.
"apa yang kamu ketahui soal meninggalnya Dea? " tanya Dava pada seseorang yang telah menelfonnya.
"aku tau kenapa adikmu bisa meninggal" balas orang itu pada Dava.
Dava menarik nafasnya pelan.
"siapa kamu? " tanya Dava lagi
"kamu gak perlu tau, siapa aku.yang jelas,  sekarang aku ingin memberitahukan padamu soal kejadian yang terjadi pada adikmu beberapa tahun yang lalu" balas orang itu,  tenang.
Dava tak membalasnya, Lagi.
Ia menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang itu.
"kamu tau gadis bisu disekolahmu?" Dava berpikir, siapa gadis bisu disekolahnya,  lalu teringat akan Rain,  gadis hujannya.
"kenapa? " tanya Dava lagi.
"dia adalah sahabat adikmu ketika adikmu memasuki Smp. Hubungannya dengan meninggalnya adikmu itu, mmm.. adikmu meninggal karena  menolong dia. Waktu itu,  mereka pulang dari sekolah bersama. Hujan deras, jalanan sepi.
Hari itu adikmu ulang tahun, gadis bisu itu mengajak adikmu untuk jalan-jalan sebentar sebelum pulang rumah.
Dengan berbagai macam rayuan,  akhirnya adikmu mau juga untuk pulang bersama.
Ketika mereka melewati jalan sepi, dua orang perampok datang untuk merampok barang-barang milik mereka. Ketika hendak berlari, adikmu tergelincir dan kepalanya terbentur aspal." ucap orang itu pada Dava.
Dava menatapnya lalu tertawa.
"lelucon macam apa ini?" ucapnya sinis.
"ini. Kalau tidak percaya padaku. " ucap orang itu dengan wajah seriusnya.
Dava mengambil sebuah amplop coklat, lalu membukanya.
Jreng!
Seakan ingin bunuh diri,  ketika ia melihat foto adiknya bersama Rain,  gadis hujannya ketika sedang berlari,  dan ketika adiknya terjatuh,  dengan kepalanya yang penuh darah itu.
Dava menatap orang itu,  lalu.. "dapat dari mana kamu foto ini? " tanya Dava singkat.
"dari temanku. Ia ada di tempat kejadian waktu itu. Ia juga melihat,  saat gadis bisu itu mundur dan ditangkap oleh dua perampok tadi lalu ia dibawa entah kemana. "
"sahabatku juga yang telah menelfonmu. Apa kau sudah ingat? " tanya Orang itu pada Dava.
Dava terdiam dengan tangan ia kepalkan kuat.
"Dava! " teriak Revan mebuatnya sadar dari lamunannya. Ia menatap Revan dengan tatapan datar.
"kamu kenapa? " tanya Revan.
"aku, aku ada masalah Van. " Ucap Dava pelan.
Susah baginya jika harus berbohong pada omnya itu.
"masalah apa? " Tanya Revan pada Dava singkat.
Dava menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini. Revan mengangguk mengerti.
"trus kamu percaya pada dia? " tanya Revan singkat.
Dava mengangguk.
Revan menggeleng lalu menepuk pundak Dava singkat dan keluar dari kamarnya.
Ia ingin pikiran Dava lebih jernih lagi. Hati Dava lebih tenang lagi.
Ia akan membantunya jika semuanya sudah terasa lebih tenang.
Dava tau itu, sudah biasa ia melihat cara penyelesaian masalah ala Revan,  omnya.

....

"Van." tegur Dava ketika Revan memasuki kamarnya. Revan duduk di kursi yang berada dikamar Dava lalu menatap Dava.
"mana foto itu? " tanya Revan singkat.
Dea adalah keponakan kesayangannya. Mendengar cerita Dava tadi siang membuat hatinya sakit.
Revan melihat foto itu, lalu tanpa sadar air matanya jatuh. Mengingat bagaimana dulu, Dea selalu dekat dengannya, curhat dengannya, dan,
Dan Revan tau tentang Rain gadis hujan Dava, yang selama ini diceritakannya.
Ia menatap Dava yang terlihat frustasi itu.
"coba tenangkan dulu dirimu Dav. Kalau sudah merasa tenang,  beritahu saya. " ucap Revan,  lalu bangkit berdiri dan keluar dari kamar Dava itu.
Dava yang mendengar itu menarik Nafasnya, bermaksud menenangkan dirinya walau susah.
.
.
.
.

"Dav,  kenapa? " tanya Angga pelan saat jam istirahat.
" bantu aku Ngga, " jawab Dava pelan.
"aku udah tau dari Revan. " ucap Angga singkat.
Ia tahu, Dava betul-betul membutuhkan bantuan sekarang.
Angga menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan.
"gini,  kenapa dia bisa tau awal ceritanya, yang bagaimana si Rain bisa temanan sama adik lo, trus bagaimana orang itu bisa tau kalau hari itu ulang tahun adik lo. Bagaimana dia bisa tau?  Lo gak curigai itu?" tanya Angga,serius.
Dava yang tengah tertunduk tiba-tiba mengangkat kepalanya.
Benar. Bagaimana orang itu tau segalanya? Padahal katanya, temannya ada ditempat kejadian. Lalu,  bagaimana ia bisa tau alasan mereka jalan-jalan bersama, Rayuan Rain agar Dea mau jalan-jalan bersama dia.
"lo tenang aja. Gw bakal cari tau semuanya. " ucap Kevin.
Dava mengangguk.
"hmmm.. Dav,  Dav.
Seharusnya lo gak marahin siadik kelas itu dulu.
Lo kan tau,  dia itu bisu karena kejadian yang menimpa dia dan Dea adik kamu.
Aku rasa, dia itu punya alasan sendiri kenapa sampai gak kasih tau kekamu tentang siapa dia sebenarnya.
Seharusnya kamu itu bersyukur,  kamu sudah dekat dengan orang yang bahkan juga termasuk korban atas kejadian itu. Kamu bisa mendekatinya,  dan kamu bisa pelan-pelan menanyakan kronologi kejadian itu padanya" Ucap angga panjang lebar.
Dava yang mendengar itu,  hanya bisa menundukkan kepalanya.
"kamu itu pintar,,selalu dapat juara. Tapi ketika menghadapi masalah ini, baru dengar dari satu orang yang jelas-jelas gak tau siapa orang itu, gak tau dari mana orang itu bisa tau ini semua,  barang bukti baru ini aja,  udah kemakan. Untung gak dibunuh si adik kel_"
"udah dong Ngga,  lo mau ceramahin dia? " ucap Maliq memotong pembicaraan Angga yang menceramahi Dava yang jelas-jelas tengah terpuruk itu.
Angga hanya menarik nafas malas melihat sahabatnya yang ia anggap terlalu tolol dalam menghadapi masalah Dea.
"tapi Dav, ini bukan masalah yang gampang. Jadi, pintar-pintar menarik kesimpulan ya? " ucap Ari yang sedari tadi diam,  dan akhirnya ikut nimbrung juga.
Dava mengangguk mengiyakan.
Dalam hati ia menyesal telah membentak Rain.
Gadis itu, pasti mentalnya akan semakin buruk.
Dibentak Dava?  Ahh.. Rasanya Dava ingin menemuinya dan meminta maaf pada gadis hujannya yang entah dimana sekarang. Namun sayang,  egonya terlalu tinggi untuk melakukan itu.

Rain, maaf.
Aku telalu sensitif tentang masalah adikku tanpa mau tau alasan sebenarnya dari kamu yang jelas-jelas orang paling tau kejadian itu.yang mungkin saja juga termasuk korban dalam kejadian itu.
Ucap Dava dalam hati menyesali itu semua.
Memang benar kata orang. Menyesal itu selalu datang terlambat.

Apa benar Dava sedang menyesali perbuatannya?  Lalu bagaimana dengan Rain, yang mungkin saja juga merupakan korban dari kejadian itu?

Rumit sekali kisah cinta Dava.
Kalau saja ia betul-betul jadi mengatakan cintanya pada Rain,  bagaimana jadinya sekarang?  Apakah mereka akan putus atau hubungan itu yang akan menguatkan mereka dan meyakinkan Dava bahwa Rain bukanlah alasan Dea, adiknya meninggal? Tak Ada yang tau.
Semua terjadi begitu cepat. semuanya terjadi akibat dari emosi dan rasa kecewa yang berlebihan pada Dava.
Lalu,  bagaimana Rain sekarang? 
Ia ingat betul,  bagaimana terpuruknya Rain kemarin,  walau kemarin amarah menguasai dirinya, ia masih bisa melihat bagaimana keadaan Rain yang terlihat shock dan begitu merasa bersalah.

Tiba-tiba Dava dikagetkan oleh siadik kelas,  sahabat Rain, Desi yang datang dengan air mata yang membasahi wajahnya,  dan nafasnya yang memburu.

"saya tau, saya tau anda kecewa pada Rain. Tapi tidak seharusnya anda melakukan itu pada dia kemarin. Anda tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.  Anda benar-benar keterlaluan!" teriak Desi histeris menghebohkan seluruh siswa yang berada didalam kelas. 
Angga bangkit untuk menenangkan Desi. Namun sayang,  emosinya betul-betul menutup segalanya. Tanpa embel-embel 'kakak'yang biasa ia ucapkan untuk Dava,  desi terus memaki-maki Dava. "karena perkataan anda kemarin,  Rain hampir saja bunuh diri! " teriak desi, dengan isakan tangisnya.
Dava bangkit berdiri ketika mendengar kata
'bunuh diri'.
Ia langsung keluar kelas, dan berjalan kearah parkiran sekolah. Maaf maaf maaf maaf maaf
Kata-kata itu selalu ia lafalkan dalam hatinya.
Rasa menyesal didalam hati begitu besar. Ia menyesal telah berkata seperti itu pada gadis hujannya.

"Dava! " panggil Angga tak digubrisnya.
Angga hanya bisa geleng-geleng kepala melihat itu.
Ketika hendak membuka pintu mobilnya,  seseorang menarik tangannya.
Dava berbalik melihat siapa yang menarik tangannya.  Ketika menghadap orang itu,
PLAK!
satu tamparan lolos mengenai pipinya.
Dava merasakan panas.
Matanya panas, hatinya panas,  tangannya panas. Ia meninju pintu mobilnya kuat.
"STOP! " ucap Orang itu.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang