Bel pulang sekolah berbunyi 15 menit yang lalu.
Dava masih setia duduk ditempatnya. Belum ada niatan untuk pulang sampai Angga memanggilnya untuk pulang"Dav! Woy Dava! "
Panggil Angga yang langsung di dengar oleh Dava.
"hm.. "
Jawab Dava singkat sambil menutup matanya lalu menidurkan kepalanya diatas meja.
"caellah.. Dav, ayo pulang!! "
Panggil Angga.
Angga melihat anggukan Dava walaupun masih dalam posisi sebelumnya.
"Dav, lo kenapa sih,
Lo gak bisa tidur karena dapat nomor si gadis yang lo namain Rain itu? "
Yah. Dava telah menceritakan keberhasilannya mendapatkan nomor Rain, gadis bisunya itu, dan mendapatkan apresiasi dari Angga yaitu sebuah ucapan 'selamat' dan 'hebat' serta sebuah tepukan bangga pada bahunya dari teman-temannya.
Agak sedikit lebay melihat reaksi teman-temannya. Tapi itulah Dava, menganggap semuanya biasa saja.
Tapi tidak, ketika ia mendapatkan nomor Hp dari sigadis yang ia beri nama Rain itu, ia merasakan sedikit rasa bahagia.Dava mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Angga.
Tentunya hanya mengangguk, yah setidaknya membuat Angga diam. Tapi Dava justru mendapatkan tawaan yang sangat keras dari seorang sahabat terlaknat baginya. Angga tertawa sambil memukul meja dekatnya.
"lo kok, lebay banget sih. Hahahah... "
Ucap Dava disela-sela tawanya. Dava mengangkat kepalanya lalu bangkit dari tempat itu lalu mengambil tasnya dan berjalan kearah Angga, lalu memukul kepala Angga menggunakan tasnya.
"lo kok jadi asing banget sama gw sih.
Ya gw gak bakal selebay gitu kale.
Gw tidur puas kok. Gw cuman mager"
Ucap Dava sambil keluar kelas dengan smirknya.
Angga yang mendengarnya kaget.
Eh iya ya, ngapain juga si Dava gak tidur cuma karena gadis itu memberi nomornya.
Mana ada gadis yang gak mau kasih nomornya ke Dava yang notabennya cerdas, tampan, kaya?Anjir!!!
Umpat Angga dalam hatinya.
Ia keluar dari kelas itu dan mengejar Dava yang sudah hampir sampai ditempat parkiran.••••
2 jam lagi gw jemput ya Rain.
Iya
Setelah mendapatkan balasan dari sigadis yang ia beri nama Rain itu, Dava bersiap-siap.
Mandi, memakai baju yang terlihat sangat cocok dengannya sehingga ketampanannya pun bertambah, mengambil sepatunya, dan sedikit menyemprot parfum pada tubuhnya, tidak lupa menyisir rambutnya kebelakang, agar terlihat keren.Setelah merasa sudah cukup, Dava mengambil hp, dompet, dan kunci mobilnya lalu keluar kamar.
"Ma, pa Dava berangkat ya,"
Pamit Dava pada mama dan papanya yang sedang menikmati waktu bersantai diruang keluarga.
"mau kemana sih Dav? "
Tanya mamanya.
"jalan ma"
Jawab Dava sekenanya.
"sama siapa? "
Tanya mamanya lagi.
"Rain ma, "
Jawab Dava.
"Rain? Siapa? "
Tanya mamanya lagi.
Dava menghembuskan nafas malas.
"nanti Dava bawa kesini deh. Biar mama tanya sepuas mama"
Jawab Dava.
Kalau dijawab juga sih
Dava menyambungnya dalam hati sambil tersenyum.
Sandra, mama Dava yang mendengarnya hanya bisa menampilkan wajah cemberutnya.
Lalu menatap suaminya yang sudah senyum-senyum melihat Dava anaknya dan Istrinya, mama Dava yang sudah cemberut.
Dava cepat-cepat mencium tangan mama dan papanya lalu pergi.
"pa, Dava pa. "
Ucap mamanya manja.
"issh mama kaya ABG aja yang mau tau urusan Dava. "
Ucap papa Dava sambil tersenyum
"tapi pa_" belum selesai bicara, papa Dava sudah menyambungnya.
"jangan mulai deh ma, Dava itu udah gede, dan dia itu juga butuh kebebasan. Percaya deh, Dava itu bisa jaga diri"
"emangnya mama pernah lihat Dava jalan sama cewek?
Kalau sama Stasyakan mereka temenan dari kecil. Sekarang Dava lagi deket sama cewek selain temannya jangan ditanya banyak-banyak.
Tunggu aja, nanti juga bakal dikenalin ko, "
Ucap papa Dava panjang lebar.
Mamanya hanya menarik nafas panjang lalu menghembuskan. Melanjutkan membaca majalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara