Mulai gaje. Doakan semoga nyambung ya guys.
Authornya lagi galau nih,
Eh malah curhat.Hujan lagi malam ini.
Dava terlihat fokus menyetir mobilnya. Tengah fokus dengan jalan yang sepi, Dava melihat seorang gadis, berjalan sendiri, menunduk. Entah apa yang ia rasa, ia memberhentikan mobil itu begitu saja, dan berjalan keluar mobil mendekati wanita itu.
Ketika sudah dekat, betapa terkejutnya Dava.
"hujan, "
"lo ngapain dijalan yang sepi, sendirian? " tanya Dava sambil memegang tangan gadis itu.
Gadis itu hanya menggeleng sebagai jawaban.
"pulang. Gw antar. " ucap Dava datar. Ia sangat tidak suka hujan. Dan sekarang dia basah. Itu semua karena adik kelasnya yang bernama hujan.
Gadis itu ikut saja. Tidak menolak.
"rumah lo dimana? "
Tanya Dava ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
Namun setelah mengingat bahwa si hujan ini tidak bisa bicara, Dava menghela nafas lelah.
"Oke oke, kita kerumah gw aja. Nanti gw kasih deh kertas sama pena buat lo tulis alamat rumah lo."
"eh, atau lo pake hp gw aja. Nih tulis alamat rumah lo. "
Sambil menyerahkan hpnya ke si hujan.
Mengangguk sebagai jawaban, gadis itu mengetikkan alamat rumahnya.
Setelah selesai, gadis itu menyerahkan kembali hp Dava.
"okey. Untung gak jauh dari rumah gw" ujar Dava tenang.
Gadis itu tersenyum.
Cantik.
Astaga, kenapa Dava baru sadar kalau gadis ini cantik?
Dava menatap gadis itu, lalu tersadar saat gadis itu juga menatapnya balik. Ia kembali menyetir mobilnya mengantar gadis itu.••••
Setelah yakin bahwa rumah yang cukup besar itu milik Si hujan,Dava cukup mengantar gadis itu didepan rumahnya saja, Dava melanjutkan jalannya pulang kerumah.
"rumah sebesar itu, punya dia?
Kaya gw gak yakin deh. Tapi, dia cantik, manis. Kaya bidadari."
Tanpa Dava sadar, Dava senyum-senyum sendiri di tempat tidurnya. Ini semua karena Si hujan.
Gara-gara dia, Dava seperti orang gila.
Tidak-tidak, jangan pernah memikirkan si hujan lagi.
Merasa sudah mulai pusing dengan pikiran yang sudah tidak ia mengerti lagi, Dava menutup matanya, tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara