25

92 3 0
                                    


Dava sudah kembali dari rumah Angga. Ia membaringkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Dava menatap beberapa kertas kiriman gadis hujan itu yang cukup banyak. Kumpulan kertas yang Rain pakai ketika ia hendak mengucapkan sesuatu pada Dava, atau sekedar mengucapkan terimakasih atas bantuan Dava.
Sebanyak itu? Jelas. Dava dengar dari mama Rain kalau gadis itu memang hobi menulis.
Tanpa sadar sebuah tarikan bibirnya membentuk lengkungan keatas. Yah, Dava tersenyum. Ia mengingat, bagaimana ia pertama kali bertemu gadis itu, lalu menolong gadis itu.
Dan ia baru sadar, bahwa diwaktu yang secara bergiliran ia bertemu gadis itu.
Ia ingat betul, bagaimana ia mau menolong gadis itu demi mendapatkan nama gadis itu yang pada akhirnya tidak ia dapatkan, sehingga ia menamai gadis itu Rain yang artinya hujan.

TOK TOK TOK TOK TOK..
Ketukan pintu kamar Dava membuyarkan semua ingatan Dava tentang gadis hujan itu.
"Dava, ini ada kiriman dari seseorang. Cepet buka! "
Teriak Sandra, mama Dava.
Dava cepat-cepat membuka pintu kamarnya.
Dan mendapatkan mamanya tepat didepan pintu kamarnya sambil memegang sebuah kado yang cukup besar itu.
"nih"
Ucap mamanya sambil menyodorkan kado ditangannya itu.
Dava mengambil kado merah itu lalu mengucapkan terimakasih pada mamanya sembari masuk kembali kedalam kamarnya dan menutup pintu.
"dari siapa ini?
Dari Rain? "
Tanya Dava pada dirinya sendiri, lalu tersenyum senang. Ia yakin kado itu dari si gadis hujan itu.
Dengan cepat Dava membuka kado itu, dan tenyata, sebuah jam tangan hitam pekat yang cukup bagus.
Dari siapa ini?
Batin Dava.
Ada secarik kertas putih polos.
Yang dilipat, dan diletakkan didekat jam.
"sekarang, dia udah ubah warna kertas?
Biasanyakan warna biru, "
Ucap Dava bingung. Dengan gerakan cepat, Dava membuka gulungan kertas kecil itu dan membacanya.

Mungkin, rangkaian kataku ini tak seindah puisi para puitis.
Mungkin, tulisanku ini jauh dari kata bagus.
Tapi,
Ketahuilah kata-kataku ini tulus dari hati.
Tulisanku, kalah jauh dari hati yang tulus padamu.

"sampai disini saja?
Mana kelanjutannya?
Nama penulisnya kek, apa kek"
Ucap Dava protes dengan apa yang ditulis sang pengirim.
"gw kok gak yakin si Rain yang ngirim, apa Rain mulai belajar ngegombal? "
Tanya Dava lagi.
Ia mengangkat jam tangan itu dan ada yang jatuh dari bawah jam itu.
Sebuah kertas kecil yang sama seperti tadi.
"hah!
Ada lagi" ucap Dava antusias. Dengan cepat ia ambil kertas itu dan membukanya.

Hai Dav, apa kabar kamu?
Lama gak ketemu, udah mau kuliah nih pasti.
Kamu masih ingat aku kan?
Kalau kamu gak ingat, nih nama aku
L U C I A.
kaget kan?
Hahaha... Aku tau kamu kaget. Aku baru aja sampe dari Surabaya, dan rencananya mau lanjut kuliah disini aja,
Biar dekat sama kamu.

Sampai ketemu ya Dav.
Love you more.

Dava tercekat. Hatinya seperti dihantam batu kali besar. Sakit dan detakannya cepat sekali.

Lo balik lagi?

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang