JANGAN SENYUM!
20 menit sudah Dava menunggu. Rain sigadis hujan tak kunjung muncul, wajah Davapun terlihat bosan menunggu.
Ayo Dav, sabar-sabar.
Ucap Dava mencoba menguatkan diri sendiri.
Setelah lama menunggu, gadis manis berwajah cantik itupun datang.
Dengan senyum yang kelihatannya menunjukkan tidak enakannya karena melihat seniornya yang menekuk wajahnya akibat lama menunggu.
"kamu habis dari mana sih?" tanya Dava kesel. Seperti sedang memarahi pacarnya yang lama menerima telfonnya.
Ehh!
" sorry. Gak bermaksud marah. Heran aja. Lama ya. " ucap dava membenarkan.
Gadis itu menunjukkan senyum maafnya pada si Dava.
Aghhh... Kalau begini, gimana mau marah coba? Pikir Dava sambil menghembus nafasnya sabar.
"emm. Rain. Aku mau minta tolong. Bolehkan?" tanya Dava pelan.
Rain mengangkat sebelah alisnya, lalu mengangguk.
"oke." menarik nafas berusaha menetralkan detakan jantungnya.
"mama aku minta kamu kerumah. Kamu mau gak kerumah aku. Gak lama kok. " ucap Dava pelan sambil menunduk.
Rain terlihat kaget akan permintaan Seniornya. Ia tertunduk, lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum. Dava melihat itu. Senyuman milik jelmaan bidadari. Itulah yang dipikirkan Dava.
"ka.. Kamu mau?" tanya Dava sedikit ragu. Dengan mantap, Rain tersenyum pada Dava. Melihat itu, Dava bersorak senang. "thankyu" ucap Dava senang.
Setelah itu, Dava dan adik kelasnya itu melanjutkan dengan bercerita banyak hal. Walaupun yang mulutnya komat kamit adalah Dava, Rain hanya tersenyum mendengar lelucon-lelucon yang diceritakan Dava. Dan Dava? Dava menikmati itu. Menurutnya, itu adalah anugerah terindah baginya, melihat senyum manis milik sang gadis cantik.
"aku suka senyum kamu. Baru kali ini aku rasa senyum itu buat aku ngerasa bahagia. Sederhana banget ya, kalau mau bahagia. Cukup ngelihat lo senyum aja, aku ngerasa kaya hari ini hari bahagia aku. Padahal aku hari ini, lebih tepatnya pagi ini, aku dihukum sana sini. Bersihin semua toilet, dan yang paling parah, harus bersihin perpustakaan yang bukunya berantakan banget. Padahal buat masuk kesana aja gak pernah." ucap Dava curhat pada gadis didepannya. Dengan Rain yang mendengarnya kaget sekaligus salah tingkah. Karena secara tidak langsung, Dava menggombalinya. Walaupun secara tidak disadari Dava."siapa itu ditaman? "
Suara bariton milik seseorang. Dava dan Rain reflek berbalik keasal suara itu.
"pak giant? " ucap Dava kaget, dengan suaranya yang cukup keras.
Mendengar sebuatan nama itu, pa guru itu sudah tau, siapa lelaki berbadan cukup kekar itu.
" Dava, dengan siapa kau membolos itu? " teriak Pak guru itu.
Dava cepat-cepat menarik tangan milik Rain, lalu memutar taman itu dengan Pa giant yang mengejar mereka. Masih dengan tangan Rain yang ia genggam, ia menarik tangan Rain ke arah lapangan.
"ayo Rain. Kita buat pa giant jadi pak suneo. " ucap Dava sambil tersenyum jahat.
" kurang ajar kamu ya. Awas kamu!" teriak pa Geo yang biasa dipanggil Dava giant karena badan paguru yang mirip giant dikartun doraemon. Yah. Cukup gemuk.
Dava berlari mengelilingi lapangan dengan Rain yang masih setia ia genggam. Rain sendiri menampilkan wajah kagetnya sekaligus rasa lucunya terhadap kaka kelasnya ini.
Ketika sudah cukup jauh dari pa Geo. Dava berhenti, tapi tangannya tidak melepas Rain, sang adik kelas. Ketika Rain hendak menarik tangannya dari Dava, Dava menahannya.
"jangan. Jangan lepas tangan aku. Jalan sendiri itu gak enak. " ucap Dava sambil mengerlingkan sebelah matanya. Melihat itu, Rain memalingkan wajahnya. Dengan pipinya yang merona, dan dengan Dava yang semakin erat genggaman tangannya, lalu berlari lagi.
"INGAT YA, JANGAN LEPAS. KALAU BUTUH TENAGA BUAT LARI, KASIHTAHU AKU. KITA LARI BARENG. KARENA LARI BARENG KAMU, AKU NGERASA TENAGAKU MAKIN KUAT BUAT NGURUSIN PAK GIANT! " teriak Dava sangat kuat, membuat siswa mendengarnya. Rain yang melihat itu hanya bisa menunduk malu.
Dava tersenyum senang.
"AYO PAK! SEMANGAT! KALAU TURUN 2 KILOAN, BERARTI BAPAK HEBAT! " teriak Dava lagi, pada pak Geo yang sedang kelelahan berlari.
Melihat gadis disampingnya sudah kelihatan lelah. Ia mengajak gadis itu kearah kantin.
"buk, air tiga botol ya," ucap Dava sambil tetap menggenggam tangan Rain.
Setelah membayar, dan tidak lupa mengucapkan terimakasih, ia kembali pada pagurunya yang sudah duduk, kelelahan.
"ini pak, minum ya" ucap Dava, sambil menyerahkan sebotol air kearah paguru kesayangannya.
Tangan mereka sudah lepas. Rain melihat Pa Geo takut-takut.
"lo yo kamu ya Dav. Lari itu ya pagilah. Ini kulit saya udah hitam nih" ucap Pak Geo bergurau. Jelas. Pak guru satunya ini memang suka sekali bergurau.
" alah. Kulit bapak mah bukan hitam pak. Tapi merah. Orang cina mah mana bisa hitam. Kecuali kalau cinanya cina mandi arang pas baru lahir. " ucap Dava tak kalah berguarau. Rain yang mendengarnya hanya menatap heran.
Oke ini aneh.
Rain rasa gurunya sudah ikut gila seperti dirinya, yang dibuat gila Dava hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Fiksi RemajaBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara