34

84 6 0
                                    

"cie...ada yang habis ngantar do'i ni" suara Stasya menyambut Dava yang baru saja tiba disebuah kafe.
Ya.  Hari ini,ia berkumpul bersama stasya dan Angga. 
"hahaha... Iya nih,apalagi tadi main nyosor tangan orang aja. Tangan Ade kapan mas" sambung Angga menggoda Dava.
"apa sih" balas Dava dengan tatapan tak sukanya.
Krit.
Iya menarik kursi didepan Angga dan Stasya,  lalu mendudukinya.
"jangan ngegantungin anak orang Dav, entar diambil orang,  pingsan loh, hahaha" canda Angga lagi dan disambut tawa yang cukup keras oleh stasya.
"huh... Iya Dav, awas loh ya,  gadis hujanmu, jadi gadis hujan milik orang lain. " ucap Stasya sambil membalas chat wa dari teman-teman sekolahnya.
"gw masih ragu sama perasaan gw aja. " ucap Dava pelan, sambil mengaduk-aduk minuman miliknya.
"ragu? Ckckck..
Mau sampai kapan ragu gitu terus, sampai Si Rain jadi istrinya Maliq? " ucap Angga sinis.
Mendengar itu,  Dava hanya bisa menunduk.
"pastiin perasaan lo kedia." tegas Angga pada sahabatnya ini.
Stasya hanya mendengar tanpa mau mengomentari lagi. Ia tau,  hanya Angga sajalah yang mau Dava dengar.  Just Angga.
" tapi,  gimana caranya? " tanya Dava bingung.
Angga mengangkat kedua bahunya,  tanda bahwa ia tak tahu.
Melihat itu, Dava menunduk pasrah.
" kalau boleh kasih saran ni ya,lo nyatain aja perasaan lo kedia. "
Ucap stasya santai.
Tidak!  Jelas tidak!
Ia takut jika nanti gadisnya malah tidak menyukainya,  dan membuat ia dan adik kelasnya itu malah saling jauh.

.
.
.
.

"Dava! " panggil papanya.
Dava kaget,  lalu berbalik kearah papanya.
"iya pa? " tanya Dava, setelah mencoba menetralkan rasa kagetnya.
"ngapain bengong sih? " tanya papanya lagi.
Dava menggeleng sebagai jawaban dan memilih kembali melihat kearah lain.
"nggak bengong kok pa" balas Dava. Papanya yang melihat itu hanya bisa mengangguk mengiyakan.
"kamu kalau ada masalah, ya diselesaikan bukan bengong kaya orang aneh gini" ucap papanya lalu berlalu.
Masalah hati, pa.

Balas Dava dalam hatinya.
Ia bukan tipe orang yang terbuka dengan papanya.
Mama sih, iya.
Ia memasuki kamarnya lalu mengambil hp yang ia letakkan diatas meja belajarnya.

Hai, lagi ngapain?

20 menit,  30 menit.
"yah, pasti lagi tidur" ucap Dava lemah.
✔✔
"hah!  Udah diread sama dia! " kaget Dava lalu kembali menatap hpnya.

Hallo juga, ini lagi duduk-duduk aja.

Dava langsung membaca balasannya.

Mau jalan-jalan gak?
Ada yang pengen aku omongin
✔✔

Oke, aku tunggu ya kak,

.
.
.
.
.

Tengah bersiap-siap, tiba-tiba Dava dikagetkan oleh si uncle Revan.
"ada apa?" tanya Dava yang masih sibuk mencari baju yang cocok ia pake. " mau kemana? " tanya om Revan.
"temu sama orang" Ucap Dava.
"oohhh.. Tuh, ada lucia,  beresin dulu masalah kamu sama dia,  baru jalan" ucap Revan sambil bebaring di tempat tidur nan empuk milik Dava.
"kalau gak buru-buru juga sih" tambanya lagi. Dava mendengus pelan.
Ia segera memakai pakaiannya dulu,  yang sedari tadi ia cari,  lalu keluar dari kamarnya.
...

"hai.  Ada apa? "
Tanya Dava pada lucia yang tengah duduk disalah satu kursi belakang rumah Dava.
"ada yang pengen aku omongin Dav. " ucap Lucia singkat.
"apa? " tanya Dava tak panjang.
"aku pengen jelasin kekamu tentang dulu aku gak ada buat kamu.  Waktu Dea meninggal" ucap Lucia lembut. 
Dava menatap lucia, seperti sedang menunggu apa yang akan dijelaskan oleh lucia.
Lucia menarik nafas panjang lalu menghembuskan pelan.
"aku,  pergi dari rumah papa mama ,  karena..."
"apa? " kaget Dava.
"kenapa pergi dari rumah? " tanya Dava lanjut.
Lucia menyeka air matanya yang mulai mengalir.
"ak..aku marah,  marah sama papa dan mamaku karena...mereka, mereka selalu saja ribut dirumah.
Karena a_"
"kamu. Selalu." ucap Dava memotong pembicaraan Lucia.
"karena kamu bukan anak kandung papa kamu." ucap Dava yang memang sudah tau betul masalah yang selama ini dihadapi lucia.
"jadi,  papa kamu belum juga nerima kamu jadi anaknya ya?" tanya Dava. Lucia mengangguk.
" aku,  aku gak mau jadi biang masalah papa dan mama. Aku gak mau papa cerain mama karena aku. " ucapnya lagi.
" maaf, maaf aku gak tau kalau kamu punya masalah sebegitu rumitnya. Aku marah tanpa mau ngedengerin kamu dulu."
Ucap Dava tulus.
"jadi, kita masih bisa ngelanjutin hubungan kita kan Dav? " tanya lucia lagi.
"sorry lus,  kayanya aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita lagi.
Kamu harus lanjut kuliah. Kamu harus serius dalam kuliah kamu,  karena beasiswa itu gak bakal datang dua kali. Kamukan mau cari saudara kamu yang hilang?" ucap Dava.
Lucia menatap mata Dava.  Ya.  Mata itu menunjukkan kalau Dava benar-benar sudah tidak mencintainya lagi.
Tatapan Dava sudah bukan tatapan cinta yang dulu ia rasakan.
Sekarang, tatapan itu hanyalah tatapan biasa, tatapan yang mau menunjukkan kalau mereka memang sudah tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi.
"oke" jawab Lucia singkat.
"aku memang akan terus lanjut kuliah di Jerman." ucap Lucia lagi.
"kapan kamu berangkat? " tanya Dava.
"tahun depan aku bakal berangkat.  Jadi setahun ini,  aku bakal nyari,  dimana adik aku. " ucap lucia.
Ia tidak patah hati.  Ia lega, lega telah menjelaskan semuanya pada Dava.  Walaupun sudah tidak bersama lagi.
Sebelum semuanya dijawab Dava,  ia bisa merasakan bahwa Dava memang sedang jatuh cinta pada si gadis bisu itu.
Ia berusaha sebiasa mungkin untuk tanpa Dava lagi. Ia akan berusaha sebiasa mungkin tanpa tatapan hangat cinta Dava lagi.
"lus, lus, lucia! " panggil Dava menyadarkan lucia dari lamunannya.
" hm. Kenapa? " tanya Lucia.
" kamu ngelamunin apa? " tanya Dava.
" kamu suka ya sama si gadis bisu itu? " tanya Lucia pelan
Ah!  Dava lupa,  kalau ia sedang ada janji akan menjemput Rain.
" kita bakal ngobrol nanti ya.  Aku pengen jalan dulu. " ucap Dava buru-buru.
"iya, iya.  Sukses ya sama dia" ucap Lucia, dengan senyum tulus.
Dava mengangguk mengiyakan.
" Bye! " teriak Dava sambil berlari keluar rumah.
Lucia mengangkat tangannya,memverikan lambaian singkat pada Dava.
" udah. Jangan kelamaan" ucap Revan singkat.
Lucia menatap Revan tak suka.
"dasar om om rempong" gumamnya.
"aku dengar itu. " ucap Revan datar.  Ia berbalik kearah Lucia dan menatap mata lucia intens.
" orang kalau patah hati itu ya, jangan cere_"
"ahhh.. Bawel!
Kenapa Dava punya om nyebelin kaya ini sih" ucap Lucia malas.
"cerewet!" ucap Revan, lalu ia memasukkan roti yang penuh coklat kemulut Lucia.
" manis banget ini" ucap Lucia.

Jangan lupa vote and coment 💕

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang