15

98 5 0
                                    

Kring....!!!!!
Bunyi bel pertanda waktunya untuk memenuhi kantin sekolah.
Tapi kali ini, Dava benar-benar lapar karena sekarang Dava datang pagi, dan kesempatannya untuk sarapanpun tidak ada.
"Dav,  gimana kabar dede llu? "
Tanya Angga pada Dava.
Dava yang mendengar pertanyaan Angga menatapnya datar.
"lah nih bocah.  Ngomongnya so imut banget dah" ucap Kevin pada Angga.
"yee.. Gw kan cuman nanya sama si Dava,  gimana perkembangan asmara mereka" ucap Angga enteng.
Dava buru-buru menghabiskan nasi goreng pesanannya, ia malas mendengar godaan-godaan tidak bermutu Angga.
Setelah memakan habis nasi gorengnya,  Dava bangkit dari tempat duduknya lalu pergi dari kantin yang penuh dengan manusia-manusia lapar.
Seperti biasa,  Dava berbaring santai dibelakang kelas,  ditaman yang cukup sepi. Tiba-tiba,  seseorang datang kepadanya, dan menyodorkan sebotol air putih. 
"lo? " kaget Dava. 
Cewek itu hanya tersenyum singkat lalu menyimpan air yang ia bawa serta secarik kertas dia atas bangku,  lalu pergi.
Minum ya kak, tadi lupa minum kan,
Airnya sehat kok,  seharusnya setelah makan itu minum.
Tadi,  kaka buru-buru,  jadi lupa minum.

Hujan

Dava menatap sebotol air yang ada didalam botol itu.  Diam-diam ia tersenyum senang.
Manis. 
Eh,  apa tadi yang dipikirkan Dava.  Apa Dava benar sudah menyukai si hujan itu?
Biarlah waktu yang menjawabnya. 

••••

15 menit yang lalu Dava sampai dirumahnya.
Dan sekarang, ia berbaring dengan badan yang masih menggunakan pakaian sekolah dengan sepatu yang sudah ia lepas beserta kaos kaki.
Dava menutup matanya sebentar lalu membukanya dan menghembus nafas berat.
Apa gw harus cari tau soal sicewek tadi ya?
Apa gw tanya dulu sama si Angga?
Dava menggeleng cepat. Ia malas jika harus di goda si kunyit memar satu itu.
"okey. Cari tau siapa gadis itu.  Hanya cari tau.  Yahh"
Ucap Dava pada dirinya sendiri sambil bangkit dari tidurnya.

Dava sudah siap untuk jalan- jalan sebentar.
Ia akan pergi ke rumah gadis itu,  dan bertanya secara langsung pada gadis itu tentang namanya.
"Dava,  kamu mau kemana? "
Itu suara ibunya.
"mau jalan-jalan sebentar ma, "
Ucap Dava sambil menyalimi tangan ibunya.
"ohoo.. Hati-hati ya"
Ucap mamanya yang hanya diangguki oleh Dava.
Dava masuk kedalam mobil,  lalu membawa mobilnya keluar kintal rumahnya.

"hallo om,  tante. "
Ucap Dava sopan sambil menyalimi tangan orang tua gadis itu.
"Dava dari mana? "
Tanya Reno, papa Dari gadis yang ia panggil hujan itu.
"Dari rumah. om,"
Balas Dava sopan.
"mmm...  Dia ada_"tanya Dava ragu.  Karena tidak tau namanya.
"oh.. Anak om lagi gak ada tuh.
Lagi keluar. Kenapa? "
Tanya Reno pada Dava.
"ohh.. Gak kenapa-kenapa kok om. Saya boleh nanya sesuatu gak? "
Tanya Dava.
Setelah mendapat anggukan dari orang tua gadis itu,  Dava langsung bertanya kepada mereka.
"nama anak om,  siapa sih? "
"soalnya,  selama kami bersama, sampai sekarang saya tidak tau namanya. "
Orang tua gadis itu berpandang-pandangan, lalu menatap Dava.
"tanya  dia sendiri.  Kalau kami yang kasihtau,  bisa marah dia"
Ucap mama dari gadis itu sambil tersenyum.
"kenapa? "
Tanya Dava heran
"sudah,  tanya saja sama dia.  Biar dia yang jelaskan semuanya"
Percuma. Percuma kalau harus bertanya pada orang tuanya.  Tidak ada informasi yang bagus
"yaudah deh om,tan.
Dava pergi dulu ya.  Dava mau cari dia,  mau tanya ke dia. " ucap Dava lagi sambil bangun.
Orangtua dari gadis itu hanya tersenyum,  lalu bangkit dari duduknya untuk mengantar Dava sampai didepan Rumah mereka.

•••••

"dimana gw bisa cari tau namanya,  kalau orangtuanya aja gak mau jawab pertanyaan gw. " ucap Dava pada dirinya sendiri,  saat dirinya dengan sengaja memarkirkan mobilnya didepan sebuah restoran ternama.
Ia tidak ada niat sama sekali untuk turun.  Ia duduk saja didalam sambil bersandar ganteng didalam.
Gerimis mengundang malas  bagi Dava untuk keluar dari mobilnya.
Ia duduk sambil termenung.  Memikirkan cara untuk mengetahui namanya.
Apa perlu bertanya langsung pada si gadis itu?
Tidak.  Itu bukan ide yang bagus.
Bagaimana kalau gadis itu tidak mau menjawab pertanyaannya?
Dava diam,  menikmati bunyi air yang jatuh diatas mobilnya.

Sedang asik mengelamun,  hp Dava bergetar.
Ada pesan masuk.
Dava segera membuka hpnya lalu membaca pesan yang ternyata dari Stasya.

Stasya

Woy nyet.  Ngapain lo duduk disitu sendiri.
Sini masuk.
Kita duduk di kursi,  yang mejanya nomor 12.

Itulah stasya.  Sahabatnya yang aneh.
Masa ia sahabat yang sudah dari kecil, selalu memanggilnya monyet?
Monyet!
"untung teman"
Ucap Dava pelan sambil turun menuju restorant dan duduk ditempat yang sudah disiapkan sahabatnya.
Ada Angga juga disana.
Tunggu.
"kalian berdua,  ngedate? "
Tanya Dava langsung ketika duduk di kursi kosong.
"hahahah... Lah si taik.  Kami berdua udah jadian kelles lonya aja yang kelewat fokus sama cewek itu,  sampai lupa kami. " ucap Angga yang ditemani tawa yang menyebalkan miliknya dan pacarnya.Stasya.
"tapi fokusnya cuman dari luarnya aja.  Masa ia namanya gak tau.  Hahahah... "
Tawa stasya menggelegar.
Mengundang mata orang melihat mereka.
Dava menatap mereka datar.
Dasar teman terlaknat ucap Dava sebal.

"udah? "
Tanya Dava menyindir, setelah kedua sahabatnya berhenti menertawainya.
"eh.  Si boss, gitu aja ngambek"ucap Angga.
"tapi,  makasih banyak ya Dav.  Lo emang teman paling mengerti gw. Lo udah ngerestuin gw pacaran. "
Dava hanya mengangguk sebagai jawaban.
Yah, Dava memperboleh Angga pacaran sebelum ia mendapakan pacar.
Ia tau.  Angga dan Stasya,  sudah saling suka dari kecil.

"gw butuh bantuan kalian. "
Ucap Dava tiba-tiba yang mengundang tatapan terkejut kedua sahabatnya.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang