07

123 7 0
                                    

Pagi ini tidak seperti biasanya.
Iya,  ini tidak seperti biasanya. Seorang Dava Adenara bangun pagi,  dan berangkat sekolah sangat pagi.
Aneh?
Jelas. Bahkan orangtua Davapun tidak yakin itu anak mereka.

Dava berjalan santai sambil memainkan kunci motornya. Ia terlihat lebih segar, lebih semangat,pagi ini.
"ello Dav?"
Kevin yang melihat Dava pertama kalipun tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Dava yang melihat ekspresi kevin yang baginya lebay itu, menatap kevin datar.
Ia yakin sebentar lagi, pasti ada yang akan lebih heboh dari kevin.
Dava melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

"demi kucing betina gw yang lagi pdkt-an sama guk-guknya Ari, yang sering ngejar gw kalau gw ke rumah Ari.  Ini beneran Dava Adenara anak dari mami sandra dan papi Depano?"
Kaget Maliq, Teman Dava yang sudah Dava duga akan lebih lebay dari kevin.
"caellah liq, lo kaya lihat Pak Rian nyatain cinta sama bu semsong alias santi aja.
Dava datang sekolah pagi mah,  di syukuri bukan malah kaget yang ruar biasa alias luar biasa.
LEBAY tau gak sih"
Ucap Angga yang menekan kata Lebay pada Maliq.
Dava tidak memusingkan perdebatan tidak berfaedah Angga dan Maliq.
Ia hanya butuh duduk dan menenangkan pikirannya yang sedang melayang-layang ke si hujan, adik kelasnya.
Dava juga bingung,  kenapa sepertinya si hujan deras itu sepertinya sudah menjadi setan yang gentayangan dipikirannya.
Entah apa yang speisal dari adik kelasnya.
Tengah asik mengelamun,  tiba-tiba senggolan dari seseorang mengagetkannya.  Ternyata itu Angga, mengingatkan kepadanya untuk kembali fokus karena guru mereka, pak vino sudah masuk.

••••

"heh bisu,  lo tu ya,  mentang-mentang udah diselametin ka Dava,  jadi mulai angkat ekor.
Lo kira gw bakal tinggal diam?
GAK!  Gw bakal terus nyiksa ello,  sampe lo mau kasitau ke bu deli, kalau
Gw kerja tugasnya sendiri,  tanpa bantuan lo" bentak Tari si tukang buli itu.  Raina hanya bisa menunduk takut,  takut melihat wajah marah Tari.
Ia tidak berani melakukan itu.
"iya nih. Itu aja susah banget.  Siksah aja dia ri
Sekarang udah gak ada yang bakal bantu dia.  Tadi gw lihat ka Dava datang pagi, ka Dava gak bakal kerja disini lagi" ucap teman Tari.
Tari tersenyum, senyum yang menakutkan bagi Raina. Tanpa sadar,  air matanya sudah jatuh Dipipinya.
Tari menarik rambutnya,  lalu mengambil gunting untuk digunting.
Namun ketika gunting itu sudah hampir menggunting rambut Raina, ada orang yang menahannya.
Orang itu,
"Ka Dava? "
Kaget Tari. Yah itu Dava

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang