Maafkan bila banyaknya Typo
"den, aden."
Dengan sedikit berat hati Dava membuka matanya.
Alangkah terkejutnya ia, saat sadar bahwa ia masih di sekolah.
Melihat jam yang melingkar manis ditangannya Dava berlari keluar UKS menuju kelasnya.
Sial.
Umpatnya dalam hati.
Bagaimana bisa ia tertidur didalam UKS.
ketika sedang berjalan ke motornya ia kembali teringat dengan adik kelas penakut.
Tunggu mana dia?
Ia berlari ke arah UKS. Untung saja ia cepat. Pak Mamang si penjaga sekolah yang sudah berjasa membangunkan Dava dari tidurnya hampir saja menutup pintu UKS. Untung saja yah,
Pak Mamang kaget dengan Dava yang menyerobot masuk kedalam UKS.
"ada apa lagi den? "
Tanya pak Mamang. Namun itulah Dava ia tidak menjawab, segera ia melihat ke arah tempat gadis tadi tidur. Namun apa yang ia lihat, tempat tidur rapi, tidak ada seorangpun yang tidur disana.
Kemana dia?
Udah pulang?
Ck. Gak tau diri. Dasar cewek aneh.
Lagi umpatan-umpatan ia lontarkan kepada gadis tadi, walaupun hanya sebatas dirinya dan Tuhan yang tau.
Ketika keluar dari ruangan itu, pak Mamang memanggilnya lalu memberikan sebuah surat yang ditutupi dengan amplop berwarna biru. Dava menatap heran surat itu.
"untuk saya? "
Tanya Dava yang tidak mengerti apa maksud dari surat itu. Apa dia dikeluarkan karena selalu terlambat?
"ini untuk mas, dari siswi pendiam itu"
"okey" balas Dava lalu tersenyum terimakasih kepada pak Mamang.••••
Surat itu benar-benar mengganggunya, ia sangat penasaran dengan isi surat itu. Ia membuka surat itu.
Ternyata surat itu dari gadis tadi. Ia tersenyum miring.Terimakasih sudah mau menolong saya tadi.
Terimakasih sudah menjaga saya di UKS tadi.
Maaf karena tidak pamit.
Maaf karena tidak membangunkan kaka.Hujan.
hujan?
Apa namanya hujan? Kenapa namanya harus hujan?
"gak keren banget namanya. Apa dia suka hujan?"
Tanya Dava pada dirinya sendiri.
"dasar cewek aneh. Punya mulut tapi gak dipake. Apa dia bisu?
Wahh bisa jadi, bisa jadi dia bisu.
Padahal cantik. Kasihan"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara