03

197 5 4
                                    

hallo guys..
Budayakan vote sebelum membaca..
Sorry kalau ada typo..

"ka.. K Dava, " gugup adik kelasnya ketika Dava menahan tangan gadis itu untuk menampar temannya.
Dava menaikkan sebelah alisnya.
"pagi-pagi udah cari masalah.
Udah ngerasa hebat lo? "
"kembali kekelas sekarang sebelum gw lapor ke guru" perintah Dava yang langsung diikuti adik kelasnya. Mereka berlari ke kelas secepat mungkin sebelum dilaporkan ke guru oleh kaka kelas mereka.
Setelah situkang bully itu pergi Dava menatap adik kelasnya yang sedang menunduk takut.
Ketika Dava ingin mengucapkan sesuatu, adik kelasnya itu langsung berlari keluar.
Dava terdiam sebentar,  lalu mengangkat bahunya cuek melanjutkan hukumannya mungkin lebih baik.  Pikirnya.

••••

Bel pelajaran pertama telah selesai.  Dava berjalan kearah kelasnya setelah memakan habis nasi goreng pesanannya.  Yah, hukumannya telah usai 1 jam yang lalu. Itulah kebiasaannya.  Setelah menyelesaikan tugasnya, ia langsung ke kantin mengisi perutnya.
"woy bro. Udah selesai kerja lo? "
Canda Kevin.
"hm. " singkat. Itulah jawaban Dava.
"makanya Dav, kalau datang sekolah itu cepet,  jangan kaya cabe yang masih dandan cantik biar orang yang ngelihat tertarik. Gak bosan lo tiap pagi ngirup udara kaga sedap? "
Cerocos Aldi yang hanya dibalas gumaman Dava.  Mereka segera kembali ketempat duduk mereka masing-masing karena gurunya sudah memasuki kelas.

°°°°
2 jam penuh,  Mereka habiskan dengan mengerjakan soal ulangan pemberian pak Cahyo selaku guru matematika.
Lelah.  Itu yang sekarang mereka rasakan.  Bel istirahat sudah berbunyi.  Banyak murid yang sudah melarikan diri kekantin karena sudah kelaparan.
" kantin kuy, "
Ajak Kevin
"kuy.  Bro, ikut kita kekantin?" ajak Angga.
"gk.  Udah makan tadi.  Kalian pergi aja" Dava seperti biasa, membalas dengan singkat.
"okey" jawab mereka singkat.  Mereka tau Dava sudah makan tadi, mereka sudah tau betul kebiasaan temannya itu.

Setelah teman-temannya kekantin,  Dava keluar kelas berniat untuk ke belakang sekolah saja. Tempat biasa untuk tidur.
Ketika ia melewati satu lorong yang sepi ia melihat lagi  kejadian seperti pagi tadi.  Yeay,  adik kelasnya. Melanjutkan aksinya untuk membully temannya yang sama.
Dava melihat mereka malas. Adik kelasnya ini benar-benar si tukang bully terhebat dan si penakut yang mau saja dibully.
Ketika sedang asik mengerjai temannya,  ia tidak sadar bahwa Dava sudah berada di belakang.  Sampai Dava menegur mereka barulah mereka sadar.
"lo gaada bosan-bosannya ngebully orang, gaada rasa manusiawi lo?
Mukulin anak orang sampe lebam. So penguasa lo disini?
Pergi! " ucap Dava dingin.
Mau tidak mau adik kelasnya itu langsung pergi.
Dava menatap adik kelasnya yang tetap menunduk.
Ia melihat jam ditangannya, sebentar lagi masuk. Ia malas masuk kekelas, guru-guru rapat. Pastilah kelas ribut.
Tanpa mengucapkan kata-kata Dava menarik adik kelasnya ke UKS.
Sampai di UKS Dava mengambil kotak P3 untuk mengobati luka disudut bibir gadis itu.
Dava menatap wajah adik kelasnya itu. Ia meringis melihat luka serta lebam di sekitar wajah gadis itu.
"tahan." ketika Dava hendak mengobati.
Tapi Dava cukup kaget dengan ekspresi gadis didepannya itu. Ekspresinya tidak menunjukkan rasa sakit apapun itu.
Dava sepertinya mendapat lawan muka datar kah?
"kalau mereka ngebuli lo lagi,  lapor ke guru.
Ngerti?"
Tidak.  Dava tidak sedang bicara dengan patung.  Tapi kenapa gadis didepannya ini diam tanpa bicara sedikitpun?
Apa dia bisu?
Mungkin,  pikir Dava.  Bel sudah berbunyi gadis didepannya itu hendak turun dari tempat tidur.
Tapi Dava menahannya.
"istirahat aja dulu,  kalau guru sampe lihat muka lo yang luka-luka gitu,  nanti dikira lo abis berantem lagi.  Lo kan gak bisa ngomong,  mana bisa kasitau ke mereka."
Ucap Dava panjang lebar.
Gadis itu menurut saja.  Ia berbaring kembali.  Dengan Dava yang menemaninya duduk sedikit jauh dengan kaki ia naikkan keatas meja.  Ia menutup matanya tidur.
Namun,  baru semenit ia membuka matanya lagi,  melihat gadis disampingnya itu.
Kaya pernah lihat. Dimana ya?
Batin Dava. Ia mengangkat bahunya cuek.
Ia kembali menutup matanya.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang