"hai..
" sapa Dava sedikit takut melihat wajah marah Rain membuatnya hanya bisa berkata 'hai' saat bertemu Rain didepan gerbang rumah Rain.
Ia menarik nafas lalu..
"maaf. Telat banget ya? " ucap Dava menyesal.
Rain mengangguk.
Dava memasang wajah menyesalnya pada Dava.
"ayok. Janji deh gak bakal ulang lagi. " ucap Dava dengan senyuman manisnya. Rain mengangguk setuju.----
Wajah kaget Rain terlihat jelas, ketika Dava membawanya kesebuah taman yang sangat indah, dengan bunga-bunga yang sangat cantik.
Dava yang melihatnya tersenyum puas.
Tidak salah memang, ketika ia membawa Rain kemari. Dava menarik tangan Rain lalu membawa Rain dibangku yang berada ditengah bunga.
"kamu suka kan?" tanya Dava lagi.
Rain mengangguk sebagai jawaban.
Setelah itu, Dava diam menatap Rain yang sedang terpesona dengan kecantikan taman disekitar."eheemm.." batuk Dava, membuat Rain berbalik menatapnya.
"ada yang pengen aku omongin kekamu. " ucap Dava lembut.
Rain menatap Dava begitu intens, begitupun dengan Dava. Dava menggenggam tangan Rain dan,
"aku, aku" ucap Dava terbata-bata. Ia menarik nafasnya, menelan salivanya, lalu..
" aku sa... "Ddddddrrtttddrtt..
Dava melepas tangan Rain, kaget dengan deringan hpnya.
"Siapa ini?"
Gumam Dava pelan.
"ya. Halo? " tanyanya pelan.
"siapa? " tanyanya lagi.
"oke. " balas Dava pada seseorang diseberang sana.Yahh.. Gagal lagi.
Itulah yang dipikirkan Dava.
Ia menarik tangan Rain, lalu berjalan kearah mobil yang tadi ia parkir.
"maaf, kamu gak bisa menikmati ini. Aku lagi ada masalah" ucap Dava tulus.
Rain menatap Dava yang sedang fokus menyetir.
Laju mobil begitu cepat. Raut wajah khawatir terlihat jelas.
Rain menggenggam tangan Dava.
Dava menyadari itu, lalu mulai memelankan sedikit laju mobilnya.
"maaf. " ucap Dava.
Rain mengangguk.
.
.
.
."kamu tunggu disini ya?"
Ucap Dava lalu mengelus pipi Rain lembut.
Rain mengangguk sebagai jawaban.
Dava keluar menemui seseorang.
----
Dava telah bertemu dengan seseorang yang menelfonnya tadi.
Dava tak menegur Rain ketika masuk kedalam. Ia langsung menghidupkan mobilnya lalu jalan." ada yang pengen aku tanyain" ucap Dava dingin, saat Rain hendak turun dari mobil. Rain berhenti untuk turun. Ia berbalik menghadap kearah Dava.
" kamu siapanya Dea? " tanya Dava dingin.
Rain terbelalak kaget.
Bagaimana Dava bisa tau? " jangan tanya darimana aku tau. Kenapa kamu gak kasihtau aku? Kamu tau kenapa Dea matikan? Kamu tau semuanyakan? Kamu gak mau ngomong sama siapapun karena masalah itukan?" ucap Dava dingin.suaranya bergetar. Rain menunduk, dengan air mata yang sudah jatuh tak terbendung lagi.
"kenapa kamu gak kasih tau aku?" tanya Dava pelan, namun menusuk.
Rain menangis sesenggukan.
Ia tak berani menatap mata Dava.
apa yang salah dengan aku selama ini? Bagaimana bisa aku mencintai orang yang menjadi alasan adikku meninggal?
Ucap Dava dalam hati.
Ia menunduk,menahan sesak didadanya. Rain?
Ah gadis itu masih terus menundukkan kepalanya.
Bahunya terlihat bergetar. Tangannya meremas kuat ujung bajunya.
Bajunya basah karena keringat yang mengalir deras di tubuhnya yang kaku. Dalam pikirannya, hanyalah sebuah tanda tanya besar.
APAN YANG HARUS AKU LAKUKAN?
"turun" ucap Dava dingin.
Rain turun dengan tangan serta kaki bergetar.
Ia takut, sangat takut.untuk berjalanpun ia akan tak sanggup.
Ia menopang tubuhnya dengan tangan bertumpu pada gerbang rumahnya.
Dava mengusap wajahnya kasar.
Kenapa? Kenapa harus Rain?
Dava melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.Kecewa.
Marah.
Sedih.
Menjadi satu.
Hatinya seperti ditusuk ribuan panah yang membuatnya mati.Mati rasa.
"apa yang salah dengan aku? " tanya Dava.
"tolong.
Dea, tolongin kakak" ucap Dava.
Seakan tak menerima kenyataan ini.
Apakah ini mimpi buruknya?Tanpa sadar, air matanya jatuh.
Lagi.
Ia berhenti sejenak, lalu menundukkan kepalanya. Hujan mulai deras.
Jika ini adalah bukti kesetiaan awan padaku yang ikut merasakan kesedihanku,
Tolong. Jangan tinggalkan aku sendiri.
Bahuku sudah tak sanggup menahan segala hal yang menyakitkan. Hatiku sudah tak mampu menahan panah yang tertancap disana.
Mataku sudah tak sanggup membendung air.
Guntur, temani aku berteriak sejenak.
Hibur aku dengan suara gemuruhmu.
Aku sedang ingin tau, apakah ini mimpi, atau suatu kenyataan pahit yang tak ingin ku terima.Siapapun, tolong sadarkan Dava dari mimpinya...
![](https://img.wattpad.com/cover/152423354-288-k854436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINA
Teen FictionBidadari hujan. Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci hujan. Tapi, ketika aku melihatmu. Hujan menjadi salah satu hobiku untuk menunggu kamu datang sebagai pelangi. Dava Adenara