33

73 4 0
                                    

Bunyi motor Dava memasuki halaman rumah milik Rain.
Terlihat bundanya serta sahabatnya, menunggu didepan rumah.
Mereka bangkit berdiri menyambut Dava Dan Rain yang sudah basah kuyub.

" terimakasih ya nak" ucap bunda Rain tulus.
Dava membalasnya dengan senyuman.

.
.
.
.

" mau minum apa Kak? " tanya Desi pelan.
"gak. Gausah." mendengar itu, Desi hanya bisa mengangguk paham.
Ia tidak ingin membantah kaka kelasnya ini.
Ia tahu betul bagaimana kaka kelasnya, sekali tidak, ya tidak.
"tolong tinggalin gw sama Rain dulu. Ada yang pengen gw omongin ke dia." ucap Dava datar.
Desi buru-buru keluar dari kamar milik Rain.
...
"kenapa suka kabur dari rumah sih? " Dava mulai membuka pembicaraannya dengan si gadis bisu itu.
Rain hanya bisa menunduk, takut.
"kamu lagi ada masalah?" tanya Dava pelan dan sangan lembut.
Rain menggeleng lagi.
"mau cerita? Kalau mau, cerita ke gw sekarang! " ini terdengar seperti memerintah. Rain menunduk, lalu air matanya jatuh.

Bagaimana ini?
Niat Dava ingin meringankan beban gadis hujannya, eh malah ia membuat gadis hujannya menangis.
"oke-oke, gak usah cerita. Tapi janji ya, jangan kabur-kabur lagi" ucap Dava sambil mengelap air mata yang jatuh dipipi Rain dengan ibu jarinya.
Dava menarik Rain kedalam pelukannya, lalu mencoba menenangkan Rain yang semakin jadi tangisnya dengan elusan di punggungnya.
Entah apa yang dirasakan Dava, melihat air mata Rain, ia rindu pada adiknya. Dea.
.
.
.
" Dava! Kamu dari mana aja?"tanya mamanya ketika Dava memasuki rumahnya.
"dari rumah Rain, ma" ucap Dava singkat.
"ngapain? Kenapa pulangnya basah begini? " tanya mamanya bertubi-tubi.
"ck. Pengen aja mandi hujan ma. Ngapel dirumahnya Rain" balas Dava asal.
"ngawur aja jawabnya. Sana! Mandi, ganti baju" ucap mamanya kesal.

.
.
.
.

Kring kring kring kring!!

Bunyi bel sekolah begitu nyaring.
Wajah bahagia murid-murid disekolah tersebut sangat terlihat.
Dava keluar kelas, bersama sahabat-sahabatnya.
Mereka saling melemparkan candaan-candaan disepanjang koridor.
Tatapan memuja milik adik-adik kelasnya begitu jelas. Bagaimana tidak, semuanya begitu sempurnah.
Apalagi si kevin sahabat Dava, yang mulai tebar pesona, yang membuat adik-adik kelasnya makin terpesona dengan pesona kevin.
" apasih vin, jijik tau! " teriak Angga sambil melempar kripik pisang yang ia pegang.
"biarin aja, jomblo mah bebas." balas kevin santai.
Angga yang mendengar itu mendengus.
" dasar zomblo alay!" balas Angga. Semua teman-teman yang mendengar itu, tertawa terbahak-bahak.
"zomblo alay kayak zombi hahahaa..! Teriak Maliq keras sekali, sambil memegang perutnya.
" garing banget, " balas Kevin.

"Dava!" panggil seseorang yang membuat semuanya diam dan berbalik kesumber suara. "syifa?" gumam kevin, bingung.
Sejak kapan mereka saling kenal?
"kenapa? " tanya Dava datar.
"boleh pulang bareng kamu gak? " tanya syifa pelan.
" gak" semua teman Dava melongo mendengar jawaban Dava yang singkat, jelas, padat.
" kenapa? Sampai depan gang juga gak pa pa deh" balas syifa masih dengan harapan yang sama. Agar Dava mau mengantarnya.
"gak" balas Dava lagi. Dan,
" Rain!" panggil Dava gadis hujannya yang tengah berjalan bersama sahabatnya.
"gimana? Jadikan? " tanya Dava.
Rain yang mendengar itu bingung.
Lalu,
" ayok aku antar." ajak Dava lalu, menarik tangan si gadis hujan itu. Syifa yang melihat itu hanya bisa menahan rasa sakitnya, lagi. Ditolak lagi. Dan ini lebih sakit. Bagaimana tidak, ia ditolak oleh Dava karena gadis lain.
Rasanya ia tak terima dengan semua itu.
"drama apalagi ini?" gumam Angga sambil melangkahkan kakinya kearah parkiran.

...

"kamu masuk, istirahat ya, jangan lupa makan. " ucap Dava sambil menerima helm yang diberikan Rain padanya.
Rain mengangguk sebagai jawaban.
" oh, iya.
Satu lagi. Kabarin gw kalau kamu udah makan. " ucap Dava ketika Rain ingin memasuki rumahnya.
Rain yang mendengar itu, menatap kearah Dava dengan tatapan bingung, lalu mengangguk.
Dava yang melihat itu, terkekeh.
" dasar gadis penurut" ucapnya sambil tersenyum.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang