39

71 4 2
                                    

"kamu tadi ngomongkan? " tanya Dava lagi, meyakinkan apa yang ia duga.
Rain menggeleng.
Lagi.
Dava menghembuskan nafasnya. Ia kira gadis hujannya berbicara padanya, eh ternyata tidak.
"yaudah, peluk lagi ya? " tanya Dava pada Rain dengan senyum mengembang.
Rain menggeleng lalu mengangkatkan tangannya menutup hidungnya.
"aku gak bau, Rain"
Ucap Dava malas.
Rain tersenyum lebar, merasa berhasil menggoda Dava.
Dava memperhatikan tangan Rain yang lebam, akibat tali yang digunakan untuk mengikat tangannya.
Ia menarik tangan itu.
"kamu ada oil ga? Mau aku olesin ke tangan kamu ini, pasti sakit banget ini" ucap Dava sambil terus fokus ketangan Rain yang lebam itu.
"tante ada nak" ucap seorang wanita paruh baya, sambil menyodorkan oil pada Dava.
Dava tersenyum.
"makasih ya tan" balas Dava sambil meraih oil untuk diolesi ke tangan lebam milik Rain.
"makasih lo ya, sekarang tante lega ngelihat anak tante udah sembuh" ucap mama Rain lembut.
Dava mengangguk.
"makasih juga tante, udah kasih kesempatan aku buat ketemu sama Rain. "
Ucap Dava tulus.

"nak Dava," panggil papa Rain yang baru saja memasuki ruangan.
Dava yang tengah asik menyuap buah pada Rain menoleh kearah papa Rain.
"ya om" tanya Dava pelan.
" itu, Nak Angga sama Revan lagi nunggu kamu didepan.
Katanya ada urusan penting? " ucap papa Rain sambil mendekati anak gadisnya itu.
Dava teringat akan janjinya sebelum kerumah sakit, tadi.
Ia berjalan keluar kamar, setelah berpamitan pada Papa, mama, dan Rain sendiri.
.
.
.
"bagaimana om, hasilnya?"
Tanya Dava tak sabar.
"yahh.. Kita sudah mengetahui siapa yang menculik gadis yang bersama adikmu.
Berdasarkan hasil penelitian kami, adik mu, Dea meninggal karena tertabrak truk yang meluncur dari jalan belokan tajam, sehingga tidak dapat mengontrol posisi truknya dan menabrak Dea.
Tapi, penculikan itu masih harus ditindak lanjuti juga.
Karena menurut dugaan saya, itu merupakan sebuah perencanaan pembunuhan."
Ucap pak Andra, papa Angga.
Dava mengangguk, semakin kesini, semakin terlihat kasus sebenarnya.
"lalu_"pertanyaannya terpotong ketika hpnya bergetar, tanda ada panggilan.
"ya pa?" tanya Dava ketika menggeser tanda hijau dilayar hpnya.
"siapa?! " kaget Dava.
"oke"jawabnya segera.

Semua yang ada diruangan itu bingung melihat dia. "maaf om, kayanya hari ini sampai disini saja.
Saya harua segera ke rumah sakit."ucap Dava pelan.
"siapa yang sakit Dav? " tanya Revan cepat.
"mama Van" ucap Dava lagi.
"mama kenapa? " tanya Revan kaget akan keadaan mbaknya, yang tadi sehat-sehat saja, sekarang malah dikabarkan masuk rumah sakit.
Dava menggeleng tak tahu, ia sendiri tak tahu kenapa mamanya masuk rumah sakit.
"kita ke Rumah sakit sekarang! " ucap Angga.
"om, saya permisi dulu. " pamit Dava pada pak Andra dan diangguki oleh pak Andra.
.
.
.

Dava berlari kearah ruangan yang ditunjuk suster tadi.
Ia sudah sangat khawatir akan keadaan mamanya.
Berbagai macam dugaan yang ia pikirkan sedari tadi.

"papa! " panggil Dava ketika ia melihat sosok laki-laki paruh baya berdiri didepan sebuah ruangan bertulis UGD itu dengan wajah khawatir.
Papa Dava menatap Dava yang sedang ngos-ngosan didepannya.
"mas" sapa Revan pada masnya. Defano.
"mama gimana pa? " tanya Dava lagi setelah beristirahat sebentar menarik nafas.
"mama kamu tadi sakitnya kumat Dav.
Mama kamu jantungan, pas ingat Dea, adikmu. " ucap Defano dengan suara beratnya.
"kamu kenapa membuka kasus itu lagi? Kamu taukan itu berdampak buruk pada mama. Mama bisa stres dan jiwanya bisa terguncang. Dan yang paling parahnya lagi, mamamu bisa ma_"
"pa.. " potong Dava, tak ingin mendengar ucapan papanya lagi.
"kasus itu harus diselesaikan pa. Kasihan teman Dea, dia mengalami trauma yang berat, sampai hampir mati. " ucap Dava pelan namun menusuk.
Defano,papa Dava yang mendengar itu menatap Dava lagi.
"kalau papa bisa menjaga rahasia ini, aku akan nyelesainnya lebih cepat. Kasus ini hampir berhasil pa" ucap Dava lagi.
"bagaimana dengan mamamu? Kamu gak mikirin itu? " tanya papanya lagi pada Dafa.
"itu tadi pa, papa sembunyikan masalah ini dari mama, dan aku bakal berusaha nyelesain masalah ini dengan cepat." ucap Dava lagi.
Papa Devan menarik nafas mendengar ucapan Dava barusan.
Ia takut keadaan isterinya semakin memburuk dengan kasus yang dibuka ini.
Tapi, bagaimana keadaan sahabat anaknya Dea yang katanya hampir bunuh diri karena kasus yang tak terselesaikan ini?

"pa, " panggil Dava menyadarkan papanya yang sedari tadi diam.
"yah. Papa tidak bisa berbuat apa-apa.
Tapi, papa minta kamu selesaikan kasus ini cepat!" Dava mengangguk mengiyakan permintaan sang papa. Yang penting sudah diberi isin.
"Revan!mas minta kamu dampingin Dava yah" minta Defan pada sepupunya. Revan yang mendengar itu, mengangguk mengiyakan permintaan sang kakak.
"mas jangan khawatir. Mas jaga mbak aja, dan usahakan masalah ini mbak tidak tau. " ucap Revan, mantap.
"terus, kenapa mama bisa tau pa? " tanya Dava tiba-tiba.
"foto Dea, setelah ditabrak truk, dikirim orang dihp mama" jawab papa Defan dengan suara seraknya, menahan rasa sakit ketika mengingat lagi, bagaimana kondisi anaknya di foto itu.
Dava kaget akan ucapan papanya.
"dari siapa pa? " tanya Dava cepat,
"nomor tak dikenal" ucap papa Defano sambil menunjukkan nomor itu.
Dafa segera menulis nomor itu, untuk diberikan kepada polisi,lebih tepatnya pada papa Angga, pak Andra.
...
Setelah menunggu sekitar setengah jam,  dokterpun keluar dari UGD, tempat mama Dava ditangani.
"keluarga pasien atas nama Nyonya Adenara? " tanya dokter itu pada papa Defano, dan Diangguki oleh papa Defano.
"iya dok, bagaimana keadaan isteri saya? " tanya papa Defano berusaha tenang, Dava pun ikut bangun ingin mendengar bagaimana kondisi mamanya, mama sandra.
"mari kita bicarakan ini diruangan saya. Ada yang
Ingin saya sampaikan pak" pinta sang dokter dan diangguki oleh sang papa Defano.
"papa kesana dulu ya,  Revan, Angga" ucap Defano, pamit.
"ya pa, jangan lupa kabari Dava soal keadaan mama, Dava jagain mama disini" ucap Dava.
Dan diangguki Revan dan Angga.
Papa Dava mengekori dokter dan suster itu keruangan Dokter yang bernametag Dr.Ravi
"Angga, bisa kirimin ini ke om Andra gak? " tanya Dava sambil menyodorkan hp yang dilayarnya tertulis nomor seseorang.
"bilang, ini nomor tolong diselidiki dulu,  nomor siapa ini, soalnya tadi foto Dea setelah ditabrak truk, dikirim oleh si pengguna nomor ini.
Siapa tau, ini bisa bantu kita siapa pelaku sebenarnya. Karena menurut aku, ini itu pasti ada orang yang nyuruh preman itu buat ngeculik adik gue dan Rain" Ucap Dava.
" ya. Itu benar" ucap Revan serius.

Mama Sandra sudah dipindakan keruangan inap vip.
Dava duduk disebelah ranjang mamanya sambil memegang kuat tangan yang sudah mulai keriput namun tetap putih cantik.
Revan dan Angga baru saja pamit pulang ke rumah Angga untuk menemui pa Andra dan membahas soal nomor tak dikenal ini.
Dava masih setia memegang tangan putih mamanya.
"ma, " panggil Dava setengah berbisik.
"mama kenapa, kenapa gak bisa moveon dari Dea? Kasihan Dea ma, Dea pasti ngerasa bersalah banget sama mama" ucap Dava.
Ia mencium tangan mamanya,lama wanita cantik yang paling ia Sayangi.
"cepat sembuh ma, aku sayang mama" ucap Dava lagi.
"Dava. " panggil papa Defano.
Dava berbalik dan langsung bangkit berdiri ketika mengetahui siapa yang datang.
"bagaimana keadaan mama pak,  kata dokter? " tanya Dava tanpa menunggu papanya duduk dulu.
"sini! " panggil papa Defano pada putera semata wayangnya untuk datang duduk di sofa ruangan itu.
Dava menurutinya.

"mama kamu, cuman syok aja Dav." Dava menghembuskan nafas lega, ketika mendengar itu.
"tapi, kata dokter,mama harus dibawa ke psikiater." ucap Papa Dava lagi, dan sukses membuat bahu Dava langsung melemah dan tak sanggup untuk bangkit lagi.
Gangguan Jiwa?
Mamanya?
"bukan gangguan jiwa pa, tapi psikolog mama. Yang terganggu. Mama belum terima Dea meninggal. " ucap Dava tak terima.
Papa Defano mengangguk menerima itu.
Dava menghembuskan nafas berat.
Ia tidak sanggup menerima ini semua.
Mamanya adalah wanita yang kuat, ia tau mamanya akan segera sembuh.
"pa, aku mau ke tempatnya teman Dea dulu. Dia juga dirawat disini" pinta Dava, dan diangguki Papanya.
"jangan lama-lama ya,  papa harus pulang dan mengambil baju papa juga" pesan papanya dan diangguki Dava.
Yah hari ini,  hari yang melelahkan baginya.
Pelan-pelan, beban itu akan hilang.
Pecayalah
Ucap Dava.

Hallo Gaezz..
Pemilu udah selese nih.. Gantian sekarang kalian nyoblos cerita Rain ya...
Dengan cara vote cerita Rain
.
Yang tanda 🌟 itu lohh.. Di klik,
Biar kaliannya bisa bercahaya kaya 🌟.

Selalu setiya yahh..😅
Authornya ngalay tingkat menara eipel 😅

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang