PROLOG

14.6K 405 59
                                    

JALAN SANDANG,

JAKARTA, AWAL MEI.

Di penghujung gelap yang hendak berganti terang, hujan turun begitu deras. Aku membuka mataku dengan berat karena kerasnya segerombolan air hujan yang menghantam fiber di lantai lima itu telah berhasil membangunkanku.

Aku menyalakan lampu meja sebelum benar-benar beranjak dari tempat tidurku. Lalu tanganku dengan cepat berlari mencari sebuah telepon pintar yang tak pernah bisa terlewatkan di setiap bangun pagi.

Pagi?

Ah, bahkan aku belum bisa menduga jika ini sudah pagi. Rasanya baru beberapa menit yang lalu mata ini terpejam. Aku saja masih bisa merekam dengan jelas apa yang aku lakukan sebelum terlelap. Aku dan seorang Mr. X yang kukenal lewat aplikasi Blued beberapa minggu yang lalu melakukan percakapan yang sangat seru. Bukan soal kehidupan gay apalagi soal seks. Melainkan seputar Ibu kota di malam hari.

Bagaimana tidak, jam satu pagi aku masih ngobrol dengan Mr. X itu. Lalu percakapan pun mengalir begitu saja. Di malam yang seharusnya orang-orang sudah pada terlelap, aku justru masih mendengar kebisingan. Suara kendaraan bermotor dari yang knalpotnya mulus hingga yang urakan masih hilir-mudik. Belum lagi penjual kerak telor yang menyerukan dagangannya. Bahkan aku dan Mr. X jadi membayangkan betapa aroma sate kambing yang ditiupkan angin dari penjual sate keliling itu dibakar disepanjang Kemanggisan hingga masuk Komplek Sandang. Percakapan semakin seru ketika mulai membahas seputar pernikahan. Seorang Mr. X itu sekalipun sudah lama menyadari jika dia seorang gay, tetapi dia belum pernah pacaran sama sekali apalagi berhubungan badan. Masturbasi pun jarang sekali dilakukannya. Katanya.

Entah aku harus percaya atau tidak, tapi yang jelas dia memang seperti orang yang sangat baik meski aku belum pernah melihat wajahnya hingga tadi malam itu. Tapi paling tidak, dari penuturannya di dalam chat sudah sedikitnya menggambarkan kepribadiannya. Lalu sebuah jawaban cukup mengejutkanku ketika aku bertanya apakah dia akan menikahi pria atau wanita. Dengan cepat dia membalas "aku tidak akan pernah menikahi wanita. Jika memang aku tidak bisa menikahi seorang pria, aku memilih untuk tidak menikah sama sekali". Baiklah, jawaban dia berhasil membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Bagaimana bisa orang setertutup dia soal orientasinya punya prinsip yang luar biasa seperti itu. Kami terus berbincang hingga jam dua lebih sebelas menit dan memutuskan untuk tidur.

Sebenarnya dalam beberapa minggu terakhir setelah aku sembuh dari pengeroyokan waktu itu, ada seseorang yang selalu mencuri perhatianku. Padahal aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan yang namanya suka pada seorang pria setelah waktu itu mengetahui jika Boy sebagai orang yang aku suka justru orang yang mencelakaiku, meskipun kenyatannya bukan dia.

Seseorang itu tinggal di sebuah kostan persis di sebrang kostanku dengan lantai yang sejajar denganku dimana kamar dia di barisan paling ujung dekat balkon, sehingga aku bisa beberapa kali melihatnya keluar masuk. Aku tidak bisa melihat wajah dia dengan jelas, tapi entah kenapa yang justru menarik perhatianku adalah perawakannya. Untuk ukuran postur tubuhnya yang terbilang sangat tinggi itu, ia begitu terlihat terlalu kurus. Belum lagi dengan boxer super pendek yang selalu dikenakannya pasti memperlihatkan bentuk paha dan betisnya yang panjang. Entah apa pekerjaannya, karena hampir setiap hari jam berangkat dan pulang kerjanya denganku sama. Tetapi tidak terlihat seperti pegawai kantoran. Bahkan aku sampai tahu jam berapa dia keluar kamar untuk mandi sebelum berangkat kerja mengingat dia selalu mandi di jam yang sama. Tapi semenjak dia selalu bawa teman pria setiap kali pulang kerja, gak tahu kenapa aku jadi merasa kurang suka. Terlepas dari itu teman kantornya atau bukan pikiran kotorku selalu datang. Apa yang sedang mereka lakukan di dalam? Apakah ada kemungkinan dia seorang gay? Maka sejak hari itu aku iseng mengunduh aplikasi Blued di telepon pintarku karena rasa penasaran itu terus menghantuiku. Padahal aku telah meninggalkan aplikasi-aplikasi sejenis setelah perkenalan dengan Garin dulu. Lagi-lagi alasannya sederhana. Selain rasa penasaran tadi, aku sedang diliputi kesepian. Lebih tepatnya berusaha mengalihkan pikiran dari bayang-bayang pengeroyokan dimana ada nama Boy di sana sebagai pelaku utamanya. Seperti itulah kira-kira.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang