29 - SEBUAH PERINGATAN

2.5K 246 62
                                    


"Kamu adalah hidupku. Kebahagiaanku adalah bersamamu" ~ Putra

===============

Pagi hari di pertengahan Oktober, ibu kota sudah memasuki musim penghujan. Malas adalah apa yang selalu menggambarkan kebanyakan orang untuk keluar dari atap tempat tinggal mereka. Tetapi selalu ada hal positif di balik itu semua. Jakarta lebih sejuk setelah hujan mengguyur selama semalaman penuh.

Aku sudah berada di StarTV meski waktu baru saja menunjukan pukul tujuh pagi. Dua jam lebih cepat dari jam masuk kerjaku. Tepatnya kecepatan. Atau bisa jadi kerajinan. Yang jelas, bukan karena itu sebenarnya aku sudah berada di kantor sepagi ini. Tadi malam Pak Julian menghubungiku agar aku bisa menemui klien jam delapan bersama Mbak Lea. Sebuah perusahaan e-commerce yang mau menawarkan kerjasama untuk mensponsori program talk show selama sebulan ke depan. Untuk itu, aku harus datang lebih awal agar bisa mempersiapkan semuanya secara matang.

Bicara soal pekerjaan, rasanya akhir-akhir ini aku merasakan ada yang kurang. Bagaimana tidak, aku sudah tidak lagi mendapati Pras di departemenku. Kini dia sudah menjadi pekerja part time karena pekerjaan sampingannya dan juga perkuliahan magisternya itu. Aku dan dia jadi tidak pernah lagi bertemu. Bahkan di luar jam kerja. Terakhir kali aku bersamanya saat dia menjemputku di rumah sakit waktu itu. Kemudian, kami sibuk dengan urusan masing-msing. Pras yang hampir setiap hari masuk malam, membuatku tidak bisa menemuinya. Apalagi ketika aku harus kerja hingga larut malam, tempat kerjaku bukan lagi di kantor melainkan di studio yang terletak berjauhan dengan kantor pusat StarTV. Hubungan kami sampai sekarang benar-benar hanya terjadi di WhatsApp saja. Itu pun ia balas hanya dengan seadanya. Aku tahu, di tidak pandai memulai percakapan. Ia juga tidak terlalu suka berbasa-basi. Maka percakapan hanya untuk seperlunya saja.

Iya. Seperlunya.
Seperti Putri yang kembali datang di kehidupanku. Ia muncul dengan alasan ada perlu denganku. Selama beberapa Minggu terakhir ini saja, ia sudah dua kali mendatangiku. Tujuannya sama, mencari tahu apa yang kini sedang Devina rencanakan. Selain itu? Gak ada lagi. Jujur saja aku tidak bisa membohongi perasaanku kalau rasa canggung terhadapnya masih begitu besar. Bukan karena dia seorang mantan, tetapi aku melihat bayanganku di matanya sebagai sosok yang berbeda. Maksudku, aku memang mantan pacarnya. Tapi Putri mungkin tidak melihatku sebagai mantannya lagi. Melainkan sebagai seorang laki-laki penyuka sesama jenis. Aku sama sekali tidak tersinggung. Justru itu sebuah kerhomatan. Aku harus berterima kasih padanya karena masih mau berhubungan denganku dengan statusku yang sekarang tanpa melihat siapa aku di masa lalu dan siapa aku di masa kini.

"Putra. Kasihin ini ke studio berita siang ya. Bilang dari Pak Julian" Mbak Lea memberikanku beberapa berkas kertas yang langsung kuterima.

"Pak Julian? Emang dia udah datang?" tanyaku sebelum pergi.

"tepatnya dia belum pulang. Pak Julian dari semalam di kantor. Buruan kasihin itu dulu. Mereka nungguin" ujar Mbak Lea.

Aku pun dengan segera pergi menuju studio berita.

Sekembalinya dari departemen berita, aku melewati rest room. Kalau membuka pintu itu, aku akan mendapati banyak kamar di dalam sana yang biasa digunakan karyawan yang masuk shift malam. Masing-masing kamar berukuran tidak lebih besar seperti kost-kostan itu terdapat dua buah kasur di dalamnya. Biasanya juga suka digunakan bagi mereka yang masuk pagi. Seperti dari departemen berita mengingat berita pertama itu jam lima pagi. Maka biasanya mereka harus sudah siap dari satu jam sebelumnya dan memutuskan untuk tidur di kantor terutama bagi mereka yang jarak tinggalnya cukup jauh dan tidak memiliki kendaraan pribadi. Aku juga sesekali suka tidur siang di sana. Apalagi kalau di jam istirahat saat bulan puasa. Hampir setiap hari.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang