38 - LOVE OR LUST 2

3K 274 329
                                    

"Cinta tidak sekedar berbicara soal dua hati yang saling menyayangi. Cinta mengajarkan bagaimana kita bisa saling menjaga untuk tidak saling menyakiti dan bertahan dari rasa bosan yang kerap kali melanda sebuah pasangan. Karena rasa bosan bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya perselingkuhan" ~ #LOVEorLUST

===========================

Aku hanya bisa menghela napas berkali-kali ketika harus terjebak dalam sebuah kemacetan di jalan H.R. Rasuna Said. Aku tahu jika hari ini adalah Sabtu. Siang pula. Jakarta di kala weekend pasti terkenal dengan kemacetannya. Tetapi aku merasa jika kali ini berbeda. Setidaknya taksi yang sedang kutumpangi saja sudah dua kali mengambil jalur alternatif untuk mengindari kemacetan itu. Kini, aku gak bisa lagi mencari jalan lain selain duduk bersabar dalam waktu yang sudah lebih dari dua puluh menit lamanya. Bergerak memang. Tapi gerakan mobil itu tak lebih cepat dari seekor kura-kura yang kakiknya mengalami cedera.

Ya Tuhan.

Tahu gini aku diam saja dulu di StarTV. Tapi masa iya juga aku harus diam di kantor saat jam kerjaku hanya setengah hari. Ah, lagian salah aku juga gak pulang dengan menggunakan ojek. Bahkan busway pun gak terlintas di pikiranku. Aku hanya sempat berpikir jika naik busway suasananya pasti akan sangat padat dipenuhi penumpang. Padahal busway memiliki jalur sendiri yang paling tidak aku bisa tiba di apartemen lebih cepat. Aku hanya memikirkan untuk bisa duduk manis di dalam perjalan ketika aku memilih taksi untuk pulang. Meski hari ini hanya kerja setengah hari, tetapi pekerjaan begitu banyak yang pada akhirnya sangat menyita pikiranku. Sebenanrnya beberapa anak creative mengajaku untuk hangout hitung-hitung melepas penat setelah bekerja. Tapi entah kenapa rasanya aku hanya ingin rebahan di sofa apartemen dengan tanpa mengenakan pakaian dan beristirahat hingga malam tiba. Dengan begitu rasa lelahku akan hilang.

"Kok tumben ya Pak macetnya separah ini? Biasanya juga hari Sabtu di kawasan ini gak segila ini macetnya" ujarku pada driver taksi sambil melihat ke luar.

"Loh Mas nya emang lupa ya kalau dari kemarin hingga hari ini kan lagi ada reuni 212" jawabnya.

"Reuni 212?"

"Iya di Monas"

"Pantesan... tapi kan itu jauh Pak dari sini. Kok dampak macetnya hingga meluas gini sih?"

"Ya maklum Mas, masa yang ikutnya kan banyak. Jadi beberapa jalan ditutup. Akhirnya mau gak mau kendaraan pun sebagian besar harus berputar dan melalui jalan yang sama"

"What the..."

Aku jadi geleng-geleng kepala. Lalu mencoba menenangkan diri agar bisa lebih bersabar. Tepatnya bersabar untuk menyikapi apa yang sedang terjadi saat ini sebagai orang yang tinggal di ibu kota.

Aksi 2 Desember atau yang disebut aksi 212 dan Aksi Bela Islam yang terjadi pada tahun lalu itu telah membawa sedikitnya ribuan masa yang menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif. Kadang aku tidak mengerti dengan adanya reuni 212 itu. Urusan agama memang begitu sensitif tetapi kenapa dampaknya harus sebegitu besar seperti sekarang? Padahal kalau aku lihat dari kaca mata telanjang yang tidak begitu melek politik atau agama, bagiku kesalahan yang diucapkan sang Gubernur bisa saja diselesaikan secara baik-baik. Apalagi melihat kenyataan bahwa kesalahan yang diucapkan itu keluar dari mulut seoang non-muslim yang seharusnya bisa disikapi secara sudut pandang yang lain. Tetapi pada akhirnya isu soal ras jadi timbul juga yang kemudian menyulut isu perpolitikan juga. Kendati demikian, aku sebagai seorang islam sebenarnya ada rasa kagum juga. Kagum dan terharu atas fakta begitu banyaknya orang islam yang masih peduli pada agamanya. Ah, sudahlah. Membahas soal hal itu tidak akan pernah berakhir. Yang ada hanya akan menimbulkan perdebatan yang gak akan berujung. Bisa jadi gak berujung seperti halnya reuni itu yang menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang