42 - LUST FOR LOVE

3K 247 108
                                    


Ketika sebagian besar orang berlibur dan mengambil jatah sisa cuti tahunan mereka, aku masih asik menikmati Ibu kota dengan segudang aktivitas yang sama. Kerja dari pagi hingga sore bahkan malam.

Hari ini tanggal 24 Desember. Itu berarti secara umum berada pada masa libur kerja natal hingga tanggal 25 bahkan 26 besok. Tapi seminggu ini aku justru mendapat tugas masuk, dan baru mendapat libur di akhir tahun. Untung saja, semua episode untuk program talk show seminggu ini adalah hasil taping yang membuat semua karyawan produksi di departemenku bisa pulang kerja di jam normal. Apalagi, produserku dari jauh-jauh hari meminta izin jika tahun ini mau merayakan natal besama keluarga. Ditambah lagi dia pasti sedang mengurus pertunanganya untuk tanggal 26 lusa. Sehingga seminggu kemarin sibuk dengan live dan taping yang dilakukan setiap hari.

Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam lewat dua puluh menit. Aku sudah di apartemen sejak jam enam tadi. Dan berhubung Boy juga sedang ke Bogor untuk merayakan natal bersama keluarganya dari sejak tadi pagi, maka aku menghubungi Pras untuk datang ke apartemen ketika aku mau melaksanakan shalat isya barusan.

Rasa-rasanya, malam ini adalah momen yang tepat bagiku untuk berbagi cerita pada Pras. Selain itu ada hal yang ingin aku bicarakan juga padanya terkait keinginanku yang dalam seminggu terakhir ini secara tiba-tiba meracuni pikiranku. Untung saja, Pras juga sudah libur kuliah. Dia juga belum mendapat pekerjaan tetap yang baru sehingga membuatnya santai seharian. Dan sudah pasti Pras tidak akan mungkin mau pulang ke Bandung. Bagaimana pun aku sedikit banyak mengetahui bagaimana kondisi keluarganya sekarang gara-gara orang tuanya katanya sudah tahu tentang ketertarikannya itu pada sesama jenis. Meski aku belum begitu jauh tahu soal itu. Siapa tahu dengan memanggilnya ke sini, Pras juga mau berbagi masalahnya padaku mengingat aku merasakan sekali bagaimana berada di posisi dia.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Pras datang. Ia mengenakan jogger santai warna abu dan kaus polos berwarna hitam yang dibalut jaket bomber membuatnya nampak begitu casual. Tapi seorang Pras selalu terlihat modis sekalipun ia datang hanya mengenakan sandal jepit.

"Jadi... apa nih yang membuat seorang Putra kembali memanggil gue?" Pras melepas sandalnya kemudian menggantungkan jaketnya pada stand hanger.

"Bahasa lo Pras "memanggil kembali" seakan lo ini cowok panggilan. Haha..." kataku menyambut kedatangannya.

Ia berjalan mendekatiku. "Oh jelas. Lo itu kalau gak ada perlu atau gak ada butuh sama gue mana ingat" ujarnya sambil tersenyum, lalu merangkul tubuhku. "Apa kabar Bro?"

Kami pun berjalan menuju ruang televisi. "Baik. Duduk Pras" Pras mendaratkan tubuhnya di sofa. "Selama ada Boy aja gak pernah lo ngundang gue ke sini. Chat aja kagak ada muncul-muncul"

Aku mengambilkan minum untuknya. "Haha lo kangen ya sama gua?"

"Gue apa lo? Lo yang minta gue ke mari berati lo yang kangen sama gue hehe"

"Iya aja deh biar cepat. Gua emang kangen sama lo. Kangen ngobrol sama lo" aku meletakkan gelas berisi air minum di hadapannya.

"Haha gitu dong..." Ia menyandarkan punggungnya ke sofa. "Gue pikir lo ke Bogor"

"Bogor? Ngapain gua ke Bogor?"

"Ya ikut pacar lo lah" jawabnya singkat.

"Natalan? Ya kali" kuraih remote control dan kuacak beberapa channel Tv.

"Loh, gak apa-apa kan ikut partisipasi doang"

"Bukan masalah ikut partisipasinya. Gua kan gak ngerayain natal, mau bilang apa gua ke keluarga Boy kalau ikut ke Bogor? Sedekat-dekatnya pertemanan juga gak ada kali yang sampai mengikuti perayaan besar temannya itu" jelasku.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang