3 - WHEN I SEE YOUR FACE

4.4K 273 61
                                    

Ada yang selalu ingin aku mengerti bagaimana awalnya sate yang biasanya dibumbui kacang itu kini berevolusi menjadi sate polos yang dibumbui dengan cabe merah. Benar-benar cabe merah yang pedasnya luar biasa. Itulah sate yang kini orang mengenal namanya dengan Sate Taichan.

Selepas gym, Bagas mengajakku untuk makan malam terlebih dahulu. Sebenarnya ketika melihat jam yang sudah menunjukkan jam 9 lebih, itu sudah melewati jam makan malam. Tapi lagi-lagi urusan makan godaannya gak pernah bisa untuk ditepis. Gym hanyalah sekedar gym, urusan makan lain lagi. Bukan berarti aku sembarang memasukkan makanan ke dalam mulut dalam setiap harinya, hanya saja makanan-makanan seperti ini terkadang dibutuhkan juga di sela-sela program makan sehat yang aku jalani. Jumlah kalori yang dikonsumsi gak lagi menjadi persoalan besar. Apalagi ketika makanan sudah tersaji di depan mata.

Sebuah gerobak sate khas yang selalu dipenuhi banyak pelanggan kami pilih. Berada tepat di ujung jalan U Raya, kawasan Rawa Belong Jakarta Barat. Berhubung aku dan Bagas pergi ke tempat gym dengan berjalan kaki, maka kami tidak pusing harus memarkirkan kendaraan karena memang jalan ini hanya pas untuk satu mobil saja.

Aku bukan pertama kalinya makan sate taichan, begitupun dengan Bagas. Maka tidak begitu banyak obrolan apalagi seputar rasa dari sate ini selayaknya orang yang baru pertama kali mencoba. Maka setelah sate yang di pesan datang, aku dan Bagas pun hanya fokus dengan melahap sate itu hingga habis.

Tanpa berlama-lama, aku dan Bagas langsung membayar makanan kami dan segera beranjank untuk pulang.

"lo tahu gak kenapa namanya Taichan?" tanyaku saat perjalanan menuju kostan.

Bagas menatap ke arahku sesaat lalu melanjutkan perjalanannya. Ada sedikit gelengan kepala yang disertai senyuman kecil saat aku bertanya.

"selalu salut dengan ide-ide orang dalam hal makanan yang tak pernah habis. Ada aja idenya" lanjutku.

"dan hebatnya hampir setiap ada makanan baru selalu saja banyak yang suka" tambah Bagas tanpa melihat ke arahku sama sekali.

Aku menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapannya itu. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan tanpa ada lagi topik yang dibahas.

"lo tahu gak sih kapan sate taichan ini muncul? Atau... bagaimana pertama kalinya ada sate taichan ini?" tanyaku beberapa menit selanjutnya kembali membuka percakapan.

Bagas menghentikan langkahnya. Lalu berbalik ke arahku.

"Emm... gue sih sempat dengar dari temen kantor, kalau pada tahun 2016 ada seorang pedagang sate keliling di Jakarta kalau gak salah namanya itu... Pak Amir. Pada waktu itu ada seorang pelanggan cowok asal Jepang yang beli satenya Pak Amir, tapi dia pengen bikin sate sendiri. Lalu dibuatlah sate ayam dengan tangannya sendiri yang hanya di kasih garam dan jeruk nipis. Si Pak Amir nanya kan ke si cowok Jepang itu nama satenya apa. Nah, si cowok Jepang bilang kalau namanya 'Taichan'" Bagas berusaha menjelaskan dengan yakin.

"wah berarti si Pak Amir ini pelopor sate taichan ya"

"bisa jadi. Lihat aja, sekarang gak hanya di Jakarta, sate taichan tersebar di kota-kota lainnya di Indonesia. Eh soal sate taichan Pak Amir itu gue juga belum nyoba sih. Katanya sekarang dia gak jualan keliling lagi, tapi udah punya gerobak gitu di kawasan Senayan kalau gak salah di depan pintu GBK deh. Kapan-kapan ke sana yuk"

"boleh-boleh tuh" sambutku antusias.

"eh tapi bentar, sate taichan itu emang khasnya pedas ya? Bukannya orang Jepang gak suka pedas?" sambungku bertanya.

"wah kurang tahu kalau soal itu. Mungkin karena akhir-akhir ini semua makanan di Indonesia lagi khas dengan tingkat-tingkat kepedasannya. Jadi sate taichan pun di taro di atas bumbu cabe yang banyak itu haha" jelas Bagas diakhiri tawa kecilnya yang jujur saja jika ia terlihat manis.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang