10 - TERIMA KASIH PRAS

3K 232 92
                                    


"Tujuh kali"

Dua kata itu terus mengudara di atas kepala ketika jemariku dengan tanpa henti menari di atas keyboard untuk menyelesaikan satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Seolah tak akan ada lagi hari esok, aku gak memberikan ruang sedikitpun bagi hal-hal lain masuk ke dalam kepalaku selain memusatkan seluruh isi otakku pada pekerjaan.

Sepanjang hari ini, aku sedang tidak tertarik untuk melakoni drama kehidupanku yang kembali menyedihkan setelah insiden semalam dengan Boy. Lalu berusaha berdamai dengan diri sendiri agar tidak semarah itu juga pada Boy. Tapi namanya manusia tidak mungkin juga hanya bisa diam ketika mendapatkan pasangannya selingkuh. Apalagi dia bermain api dengan orang yang aku kenal. Marah adalah kesimpulan yang akhirnya aku berikan pada Boy.

Sedari pagi sebelum aku berangkat kerja, puluhan telepon, chat hingga SMS masuk ke ponselku dari Boy. Aku mengacuhkannya. Melihat namanya saja di layar ponsel, hatiku rasanya sakit apalagi harus membaca pesan atau mendengar suaranya di telepon. Sehingga pada akhirnya aku menyimpan ponsel itu di atas meja kostanku dalam keadaan mati tanpa membawanya. Aku bekerja dengan ponselku yang satunya lagi. Itu pun aku rubah ke Airplane mode dan menggunakan fasilitas wifi kantor agar ponselku tetap bisa digunakan. Sebenarnya aku juga bisa melakukan hal seperti ini pada ponselku yang satunya. Tapi aku tahu jika Boy pasti akan datang ke kostan. Dia punya kunci kostanku, bisa jadi sekarang pun dia ada di sana. Paling tidak, dengan melihat ponselku tergeletak di atas meja ada alasan bagiku karena telah mengabaikannya. Meski Boy tahu jika aku punya satu ponsel lagi, tapi aktivitasku lebih banyak dihabiskan dengan ponsel yang aku simpan di kostan.

Ada rasa kasihan juga pada Boy. Aku benar-benar egois karena belum mau mendengarkan penjelasan apapun darinya. Tapi untuk saat ini, aku benar-benar butuh waktu untuk beralih sejenak dari masalah itu. Setidaknya satu sampai dua hari. Kalau bisa, aku tidak mau bertemu dengan Boy untuk sementara waktu ini. Tapi harus menghindari dia kemana, itulah yang menjadi permasalahannya sekarang.

Sepanjang malam, jujur saja jika aku hampir tidak memejamkan mataku untuk tidur. Rasa-rasanya mataku terlelap gak sampai satu jam.

Ya.
Gara-gara aku sedang diliputi kesedihan, marah dan rasa kecewa yang begitu besar atas apa yang terjadi di antara aku dengan Boy. Tetapi aku juga tidak sedilema itu dengan menangisi semuanya sepanjang malam. Aku masih memikirkan tentang kerja hari ini. Jika aku harus menangis semalaman, bisa jadi aku gak masuk kerja karena mata yang pasti akan membengkak. Hanya karena gak tidur saja, teman-temanku bisa membaca jika ada perubahan di wajahku. Bilang pucat lah, kusam lah, dan lain sebagainya.

Bagiku, Jakarta di musim panas sebenarnya bukanlah waktu yang tepat untuk berlarut dalam kesedihan. Apalagi hidup di atas bendera pelangi sepertiku ini. Perselingkuhan bukanlah isu yang seharusnya tidak dianggap terlalu dramatis saking maraknya pasangan yang selingkuh dan tetap berhubungan badan sekalipun ia memiliki pacar. Begitupun dengan aku yang sudah cukup memiliki banyak pengalaman dalam hal pacaran.

Ah, sudahlah.

Itu semua hanya topeng ketegaran yang aku perlihatkan pada orang-orang di sekitarku hari ini.

Faktanya, mau isu perselingkuhan itu marak di kalangan pelangi, mau pengalamanku banyak dalam hal pacaran, aku tetap saja aku. Yang tak bisa sepenuhnya tegar menghadapi itu semua.

Benar. Aku sebenarnya lagi rapuh sekarang. Bagaimana tidak, Boy adalah cinta yang ukuruannya lebih besar dari cinta-cintaku sebelumnya. Perjuangan untuk bisa mengikrarkan sepasang kekasih bersamanya melewati rintangan yang cukup memilukan. Mendapati kenyataan seperti semalam, gak mungkin jika aku bisa tegar dan senyum-senyum saja. Yang ada, aku gak tahan untuk berteriak dan menumpahkan semua air di dalam mataku ini.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang