14 - WHO ARE YOU?

3.2K 253 318
                                    


Aku pernah membaca sebuah artikel yang menyatakan jika setiap orang memiliki ujian hidup yang sama. Terkadang banyak orang beranggapan jika orang baik ujiannya akan lebih banyak. Atau sebaliknya. Pemikiran seperti itu didasari akibat sebuah anggapan bahwa yang namanya ujian itu haruslah menyedihkan atau menyakitkan. Padahal kesenangan adalah sebuah ujian juga. Beruntungnya, ujian kesenangan seringkali terjadi pada sebagian orang yang perilaku hidupnya kurang baik. Seperti sebuah kutukan, itu sudah menjadi hukum alam. Bahkan kalau harus berbicara soal Tuhan misalnya. Orang yang semakin jauh dari Tuhan akan mendapat ujian berupa kesenangan, mulai dari harta hingga kehidupan lingkungan yang bagus sampai nantinya ia melupakan Tuhannya. Sekali lagi, itu sebenarnya adalah ujian.

Berkaca dari semua itu, aku terkadang bingung melihat diriku sendiri saat ini. Kalau memang ujian setiap manusia itu sama, kenapa aku selalu merasa jika ujianku lebih banyak porsinya dari orang lain. Setidaknya orang-orang di sekelilingku. Kadang aku ingin marah. Tapi pada siapa? Tuhan? Sangat memalukan kalau manusia harus marah sama Penciptanya.

Tetapi aku memang mulai kewalahan. Dua tahun terakhir ini aku merasa hidupku berada di area terbawah. Meski banyak kebahagiaan yang menghampiriku, tetapi masalah demi masalah terus saja datang bergantian. Belum satu masalah selesai, masalah baru muncul.

Oh Tuhan... apalagi sekarang? Apakah semuanya adalah kutukan? Tetapi aku tidak pernah mempercayai hal-hal seperti itu? Sementara ujianMu datang silih berganti. Masalah aku dan Boy saja belum tuntas, kenapa kehadiran Pras sekarang seolah menambah masalah baru dalam hidupku?

Ya. Dia memang tidak salah apa-apa. Tetapi terkadang kemunculannya selalu datang disaat yang tidak terduga. Entah sudah berapa kalinya identitas ku sebagai penyuka sesama jenis hampir diketahui olehnya, dan malam ini semua itu terjawab dengan gamblang melalui kemunculan dia yang lagi-lagi selalu tiba-tiba.

Aku jadi bingung harus berbuat apa sekarang. Kalaupun harus mengejar Pras dan menjelaskan semuanya, percuma juga. Tetapi kalau aku diam saja, aku hanya akan jadi bahan tertawaan Pras. Maka setelah ia pergi meninggalkan kostan ku, aku dengan gontai kembali ke kamarku dengan perasaan bercampur aduk.

"Gimana?" Tanya Boy ketika aku tiba.

Sepertinya gak hanya aku yang mulai frustasi malam ini. Boy pun demikian, ada kekhawatiran besar yang nampak di wajahnya. Apalagi, hanya beberapa orang saja yang tahu identitas Boy sekarang. Boy akan sangat ketakutan jika semakin banyak orang yang tahu kalau pacarnya sekarang adalah seorang pria.

"Udah pergi" lirihku.

Kututup pintu kamar, lalu duduk di kursi gak tahu harus berbuat apa.

"Maafin aku karena tadi gak sempat menutup pintu. Jadinya..."

"Bukan salahmu Boy, aku juga orangnya ceroboh" potongku.

"Tapi... kenapa Pras bisa tiba-tiba ada di sini? Apa dia pernah ke sini sebelumnya?" Tanya Boy penasaran.

Aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Lalu?"

"Tadi Pras yang nganterin aku ke sini. Kami makan bareng dulu sebelum aku ke kostan. Tadinya dia memang mau mampir, tapi parkiran di bawah penuh. Aku sih sempat nunjukin area kosong gitu di yang deket belokan. Aku pikir dia balik, ternyata malah parkirin mobilnya di sana. Kalau dia bisa tiba-tiba bisa muncul di depan kamar ini, yang paling dia nanya penjaga kost" jelasku.

"Hemm... aku bingung sekarang..." sambungku. Lalu kuremas kepalaku sambil menunduk.

"Yang... kamu tenang, kita hadapi ini sama-sama" Boy langsung berdiri di sampingku dan merangkulku saat itu juga.

"Masalahnya dia itu..."

"Dia kenapa?" Boy berlutut dan menatapku.

"Aku gak tahu kenapa. Yang jelas, dia seperti saingan aku di kantor, Boy. Banyak sekali hal yang sama di antara kita berdua kalau aku melihat background dia. Umur kita sama, dia dulu mahasiswa berprestasi, bahkan dia juga orang Bandung coba. Sekarang di tempat kerja, meski aku gak tahu jelas informasinya, tapi dia juga katanya mantan PA kayak aku. Sekarang dia sedivisi sama aku dan kerjaan dia... you know what... is always... PERFECT! Sekarang dia ngelihat kalau aku ini gay, pasti dia nertawain aku Boy. Gimana kalau tadi dia sempat foto kita, lalu dia jadiin semua itu untuk jatuhin aku?"

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang