37 - A SUSPICION

2.4K 252 117
                                    

Mega itu bergerak mengikuti arah angin dan mengiring awan hitam lainnya saat aku sedang mengharapkan secercah mentari di pagi hari. Awal Desember ini menjadi pembuktian jika musim penghujan akan terus membasahi Jakarta hingga beberapa Minggu ke depan. Kututup segera pintu yang mengarah ke balkon. Lalu meraih tas kerjaku dengan cepat. Sesaat kuperhatikan diriku di cermin saat melewati kamar mandi, seragam dengan lengan yang aku lipat hingga sikut telah menempel di tubuhku dengan rapi dan pas. Ditambah lagi celana berwarna beige semi formal yang kupakai berpadu dengan Nike SFB Leather Combat Boots menambah keseluruhan penampilanku semakin terlihat gagah. Acap kali aku tersenyum melihat diriku sendiri. Bagaimana pun, meski aku belum pernah bekerja di televisi swasta lainnya, tapi aku begitu yakin jika semua karyawan televisi dari saluran manapun akan setuju jika seragam StarTV adalah paketan uniform terbaik. Ganteng, haha. Gumamku memuji diri sendiri sebelum akhirnya berjalan mendekati pintu untuk segera berangkat mengingat waktu sudah menunjukan jam delapan lebih.

Baru saja pintu itu setengah terbuka, sebuah kotak khas berwarna cokelat dibalut plastik sudah tergeletak di depan pintu.

Huffh...

Aku menghela napas panjang.

Apa lagi?

Aku pikir paketan seperti ini gak akan datang kembali. Namun nyatanya masih saja ada. Ingin sekali aku membuang paket itu sebenarnya. Tetapi rasa penasaran selalu berhasil membuatku ingin tetap mengambil dan mencari tahu isinya.

Aku kembali masuk ke dalam. Kini paket tanpa nama pengirim itu sudah di tanganku. Sambil duduk di kursi tempat makan, kubuka paket itu dengan segera. Lagi-lagi sebuah tulisan. Tapi kali ini sedikit berbeda. Bukan sebuah ancaman seperti sebelum-sebelumnya.

"KERAS KEPALA JUGA LO YA. BUKANNYA SEGERA MINGGAT DARI APARTEMEN MALAH MENCARI PELAKU PENERORAN"

'Pak Agus?' pikirku.

Nama itulah yang langsung melitas di kepalaku setelah membaca tulisan dalam secarik kertas itu. Berarti benar dugaanku selama ini jika pelaku penerornya kemungkinan besar sudah tahu kedatanganku ke Bandung waktu itu. Lantas di mana sekarang orang bernama Agus itu? Apakah ia ada di rumahnya sekarang? Ah, aku bahkan belum sempat pergi ke Bandung lagi setelah hari itu.

Tapi tunggu dulu, seperti kataku kenapa paket kali ini berbeda karena tidak hanya kertas yang ada di dalam kotak itu. Aku mendapati sebuah minuman dingin. Minuman Vitamin C yang masih mengeluarkan bulir embun di botolnya. Aku sedikit terhentak. Apa maksud semua ini? Dan bagaimana bisa minuman ini masih sangat dingin ketika berada di dalam paket. Sebentar, berarti paket ini benar-benar baru. Ada kemungkinan pengirimnya membungkus paket ini di apartemen ini juga. Dia masih ada di sekitaran sini, Pikirku.

Aku langsung membuka pintu apartemen dan dengan cepat berlari lalu turun ke bawah. Aku harus bisa menemukan orang yang mencurigakan di gedung ini.

Entah berapa lama aku berlarian ke sana-kemari. Hasilnya nihil. Aku gak begitu pandai untuk mencurigi setiap orang yang keluar dari tower apartemenku pagi ini. Semuanya hanya membuang waktuku saja karena waktu terus bergerak. Setelah aku kembali ke apartemenku untuk mengambil tas kerja, aku dengan cepat langsung memesan ojek online untuk menuju kantorku dan aku pasti akan telat tiba di kantor pagi ini.

Hingga siang hari, yang ada di kepalaku hanya paket yang kuterima itu. Aku benar-benar telah dibuat berpikir selama berjam-jam lamanya. Apa arti dari isi paket itu sebenarnya? Kenapa harus ada minuman juga yang dikirimkan padaku? Apakah itu sebuah petunjuk?

Bahkan ketika menjelang shalat Jumat pun pikiranku masih terbagi. Bukan sekedar paket dan pekerjaan saja, tetapi aku juga berusaha untuk fokus menjalani ibadah. Kenyataannya? Sulit. Bagaimana mungkin aku bisa khusuk beribadah selama banyak sekali hal yang mengusik pikiranku.

LUST for LOVE (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang